Tumpas Rasa Malas
Oleh: Alil Wafa
“Seandainya”, kalimat ini begitu akrab dalam
kehidupan sehari-hari. Disadari atau tidak, sebagian besar orang boleh jadi
biasa mengucapkannya, “Seandainya aku melakukan ini, tentunya begini dan
begini, tidak justru begini.” Ungkapan ini berkonotasi sebagai angan-angan semu
dan sesuatu yang tidak akan terjadi.
Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam
sangat tidak menyukai umatnya mengumbar kata-kata “seandainya”. Beliau
mewanti-wantikan kepada mereka bahwa kalimat “lau” (seandainya) adalah tipu
daya setan. Orang yang selalu mengumbar kata ini adalah pemalas yang hanya bisa
berhasrat tapi tak bersemangat.
Jika kita sudah benar-benar dijangkiti rasa
malas, maka cepat-cepatlah berusaha melawan dan membuangnya jauh-jauh. Malas
adalah sifat buruk yang wajib dihindari oleh semua muslim. Malas adalah
ciri-ciri orang munafik. Firman Allah dalam al-Qur’an (artinya):
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu
Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk
salat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan salat) di
hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.”
(QS an-Nisa’ [4]: 142)
Jika kita mulai kedatangan tamu yang bernama
‘malas’ dan kita ingin mengusirnya, berikut ini beberapa tips yang diajarkan
oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam:
Perbanyak Doa
Doa adalah senjata orang mukmin, begitulah
Nabi menegaskan. Ibnu Qayyim dalam karyanya al-Jawâb al-Kâfî li Man Sa’ala
‘anid-Dawâ’ asy-Syâfi, menjelaskan bahwa obat mujarab untuk menyembuhkan jiwa
orang mukmin yang sudah terjangkiti berbagai penyakit adalah berdoa dan
bersungguh-sungguh dalam doa. Di antara doa yang diajarkan oleh Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam untuk menanggulangi rasa malas adalah:
اللَّهُمَّ
إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْعَجْزِ
وَالْكَسَلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْبُخْلِ والْجُبْنِ ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ
غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ. رواه أبو داود
“Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari
kegelisahan dan kesusahan, dan aku berlindung pada-Mu dari kelemahan dan sifat
malas, dan aku berlindung kepada-Mu dari sifat kikir dan pengecut, dan aku
berlindung pada-Mu dari hutang yang tak mampu ditanggung serta kesewenangan
orang yang tak mampu dilawan.” (HR Abu Dawud)
Lawanlah Setan dan Nafsu
Malas sebenarnya berasal dari setan. Setan
akan terus berusaha mengusik dan membujuk nafsu manusia untuk malas, baik dalam
menunaikan ibadah maupun dalam aktivitas yang lain. Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam pernah bersabda:
“Setan mengikatkan tiga ikatan di belakang
kepala salah seorang dari kalian ketika tidur. Pada setiap ikatan setan
mengatakan, “Malam masih panjang, tidurlah.” Apabila salah seorang dari kalian
terjaga dari tidur, lalu menyebut nama Allah, maka akan terlerai satu ikatan.
Jika ia mengambil wudu, maka terlerai satu ikatan lagi. Dan jika ia salat, maka
terlerailah semua ikatan. Jika demikian, maka ia akan bangun di waktu pagi
dalam keadaan rajin serta lapang hatinya. Jika ia tidak (melakukannya), maka ia
bangun pagi dalam keadaan buruk jiwanya dan diliputi rasa malas.” (HR Abu Dawud,
Ibnu Majah, Ibn Hibban, dan lainnya)
Hadis ini menunjukkan bahwa malas berasal
dari setan dan kita harus berusaha terus melawannya dengan tidak menuruti
apapun yang dibisikkan olehnya. Jika setan sudah bisa dikalahkan, maka malaspun
akan hilang.
Menimba Ilmu
Timbalah ilmu sebanyak mungkin. Dengan
ilmulah seseorang akan menjadi orang yang rajin dan cekatan dalam hidupnya.
Mengapa ilmu? Apa hubungan antara ilmu dengan rajin? Gambaran sederhananya
begini: ketika seseorang sudah mengetahui (memiliki ilmu) tentang fadilah dan
keutamaan ibadah tertentu, maka pastinya akan menyebabkan ia rajin melakukan
ibadah tersebut. Hal itu apabila dia memiliki keyakinan yang kuat tentang apa
yang dipelajari. Orang yang memiliki ilmu mengenai keutamaan salat jamaah, ia
akan terdorong untuk rajin mengerjakan salat jamaah. Begitupun ketika seseorang
tahu bahwa malas berasal dari setan dan merupakan sifat orang munafik, dia akan
memiliki dorongan untuk mengusirnya.
Sejalan dengan hal tersebut, sabda Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam, “Salat yang paling berat bagi orang munafik adalah
salat Isyak dan salat Subuh. Seandainya mereka mengetahui pahala yang ada pada
keduanya, niscaya mereka akan datang untuk salat walaupun harus merangkak.” (HR
an-Nasa’i, ath-Thabrani, dan al-Baihaqi)
Sabda tersebut menunjukkan betapa pentingnya
pengetahuan mengenai hakikat sesuatu. Ilmu menyebabkan semangat dan sikap
seseorang terhadap sebuah amal berubah 180 derajat. Ilmu akan menuntun
seseorang untuk rajin dan cekatan dalam mengisi waktu dengan kegiatan yang
bermanfaat. []
Buletin Pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan –
Jawa Timur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar