Shalat adalah Kontrol Sosial
Oleh : KH. Syaifuddin
أََلْحَمْدُ
لِلّهِ أََلْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ أَفْضَلَنَا بِالصَّلاَةِ وَيَأْمُرُنَا
بِالْعَمَلِ الصَّالِحِ وَالطَّاعَةِ ،وَالَّذِيْ نَسْتَهِْدِيْ فِيْ كُلِّ
اْلأُمُوْرِ وَالْمَظْلَمَةِ ، أَشْهَدُ أَنَّ
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ
تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ ، يَا أَيُّهَا
النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ وَيُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ
وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ ، وَمَنْ يُصَدِّقِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ
فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا ، اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحِسَانِ إِلَى يَوْمِ الْمِيْعَادِ
أَمَّا
بَعْدُ : فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ ، وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ
مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ
كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ : سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلاً مِّنَ
الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ
إِلَى
الْمَسْجِدِ الأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا
إِنَّهُ هُوَ
السَّمِيعُ البَصِيرُ
، وَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : صَلُّوْا كَمَا رَأَيْتُمُوْنِيْ أُصَلِّيْ
Hadirin Sidang Jum’at yang Dimuliakan oleh
Allah
Marilah pada hari yang cerah ini, kita
bersama-sama meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Karena hanya dengan
taqwalah kita dapat selamat menjalani kehidupan dunia dan akhirat.
Adapun salah satu di antara tanda terpenting
bagi ketaqwaan kita adalah shalat kita. Apakah kita sudah rajin shalat sesuai
yang diperintahkan? Yakni di awal waktu. Apakah kita sudah melaksanakan
shalat-shalat sunnah sebagai penyempurna bagi kekurangan-kekurangan kita ketika
mendirikan shalat fardhu?
Lalu bagaimanakah kita mesti mengerti apakah
yang dimaksudkan sebagai shalat? Secara etimologi shalat adalah doa, secara
umum. Sedangkan secara istilah syariat, shalat adalah suatu ibadah yang terdiri
dari perkataan-perkataan dan perbuatan-perbuatan tertentu sesuai sarat dan rukun
yang dimulai dengan Takbiratul Ihram dan disudahi dengan Salam. Tata caranya
adalah sesuai yang dituturkan oleh para Sahabat yang melihat Rasulullah sewaktu
sedang shalat.
Turun-temurun hingga sekarang, maka begitulah
kita dapat melihat orang-orang mendirikan shalat. Demikian pula kita mendirikan
shalat sesuai ajaran yang kita yakini kesahihannya hingga saat ini. Hal ini
telah sesuai dengan sabda Rasulullah SAW yang kami bacakan di awal tadi, yang
artinya adalah ”Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihatku
melaksanakan/mempraktikkannya.” (HR Bukhari-Muslim)
Menurut sejarahnya, perintah shalat diterima
oleh Rasululah SAW ketika menunaikan Isra’ mi’raj. Bahwa Nabi Muhammad naik
menuju Sidratul Muntaha dan bertemu secara langsung (yaqodhoh) dengan Allah SWT.
Pada saat inilah Rasulullah mendapat perintah baginya beserta seluruh ummat
yang mempercayai keterutusannya, berupa shalat 50 kali sehari yang kemudian
dikurangkan hingga lima kali.
Pewahyuannya yang secara langsung ini
menjadikan shalat diyakini oleh para ulama sebagai sebuah ibadah yang memiliki
keistimewaan-keistimewaan tertentu. Shalat adalah ibadah yang pertama kali akan
ditimbang kelak dihari pembalasan. Jika seorang hamba baik shalatnya maka tentu
menjadi baik pulalah seluruh amal perbuatannya. Sebaliknya, jika seorang hamba
jelek shalatnya, maka berarti buruk pulalah seluruh hidupnya.
Hadirin Sidang Jum’at yang Berbahagia
Tentu urusan baik dan buruk ibadah shalat
seseorang kemudian bukan hanya ditentukan oleh rajin dan tidaknya ia pergi ke
Masjid. Melainkan juga menghitung khusyuk ataukah tidaknya, ikhlas atau
pamernya seorang hamba ketika sedang menghadap Sang Pencipta alam semesta ini
setiap waktunya. Sebagaimana firman Allah,
قَدْ
أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَالَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ
"Telah beruntunglah orang-orang mukmin,
yaitu mereka yang khusyu' dalam shalatnya." (QS. Al-Mu'minun, 23:1-2)
Bukan hanya di akhirat Allah menjanjikan
kebahagiaan bagi hambanya yang mendirikan shalat dengan segenap jiwa dan
raganya. Semenjak di dunia pun Allah telah memberi kabar gembira kepada umat
Islam, sebagaimana firman Allah:
وَلَوْ
أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُواْ وَاتَّقَواْ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ
وَالأَرْضِ
"Sekiranya penduduk negeri-negeri
beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari
langit dan bumi…" (QS. al-A'raf, 7:96)
Meskipun ketaqwaan tidak dapat hanya diukur
dari sisi lahiriah berupa shalat saja, namun shalat jelas-jelas merupakan pintu
masuk bagi setiap Muslim untuk memulai pengabdian kepada Allah dan Rasulullah.
Hadirin Jamaah Jum’at Rahimakumullah
Shalat merupakan sebesar-besarnya tanda iman
dan seagung-agungnya syiar agama. Shalat merupakan tanda syukur para hamba atas
nikmat yang telah dikaruniakan Allah.
Peristiwa Isra’ mi’raj merupakan bukti bahwa
Shalat merupakan simpul terpenting dalam tatanan Islam, baik bagi setiap
individu maupun masyarakat, dalam skala yang terkecil hingga level bangsa.
Sebegitu pentingnya, maka layaklah Allah mewahyukannya langsung kepada
Rasulullah tanpa melalui perantara.
Shalat mempunyai kedudukan yang tak dapat
ditandingi oleh ibadah-ibadah yang lain. Ada banyak kutipan ayat-ayat al-Qur'an
mengenai keutamaan Shalat. Beberapa di antaranya adalah :
وَأْمُرْ
أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ
وَاصْطَبِرْ
عَلَيْهَا لَا نَسْأَلُكَ رِزْقاً نَّحْنُ نَرْزُقُكَ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَى
"Dan perintahkanlah kepada keluargamu
untuk mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya." (QS.
Thaha, 20:132)
Shalat sangat bermanfaat bagi kehidupan umat
Islam, baik secara individual maupun secara kemasyarakatan. Dalam hal ini Allah
menjanjikan bahwa Shalat dapat menjauhkan manusia dari perbuatan-perbuatan yang
tidak manusiawi. Firman Allah :
وَأَقِمِ
الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاء وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ
يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ
"Dan dirikanlah shalat, karena
sesungguhnya Shalat dapat mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan
munkar" (QS. Al-Ankabut, 29:45)
Ayat ini merupakan peringatan dari Allah
bahwa shalat merupakan elemen terpenting dalam pembentukan pribadi Muslim.
Termasuk dalam pembentukan karakter bangsa.
Jika saja seluruh penduduk bangsa rajin
melaksanakan Shalat dengan semestinya, tentu Allah akan mencurahkan karunianya
kepada kita. Bukan besar kecil atau indah dan gemerlapnya sebuah masjid yang
menjadi tolok ukur religiusitas sebuah masyarakat, melainkan banyak atau
sedikitnya jamaah yang mendirikan shalat ketika waktu-waktu adzan
dikumandangkan.
Sementara Shalat sebagai sebuah keharusan
bagi setiap individu Muslim merupakan salah satu pertanda paling mudah
dijadikan standar untuk mengukur sejauh mana seseorang memiliki ketaqwaan
kepada Allah. Pribadi yang bertaqwa adalah pribadi yang senantiasa hatinya
terikat dengan batas-batas waktu Shalat.
Meskipun memang Shalat tidak secara mutlak
menunjukkan tingkat ketaqwaan seseorang. Setidaknya Shalat dapat memberikan
sebuah perenungan intens dan continue kepada setiap pribadi Muslim dalam
keseharian. Ketika seorang Muslim sedang berada dalam posisi yang mengakibatkan
ia memiliki kecenderungan atau peluang lebih besar untuk berbuat dosa, maka ia
akan dapat mengingat shalatnya. Buat apakah rajin-rajin Shalat jika masih
selalu menjalankan kebiasaan buruk misalnya.
Sidang Jum’at yang Dimuliakan Allah
Tentu saja dalam hal ini, shalat adalah
sebuah sarana spiritual yang cukup penting untuk meredam kekejian atau
kemungkaran yang akan dijalaninya. Shalat dapat berfungsi sebagai kontrol diri
setiap saat bagi setiap perilaku individu muslim.
Maka demikian pun shalat dapat berfungsi
sebagai kontrol sosiologi masyarakat. Jika sebuah komunitas masyarakat memiliki
Masjid yang selalu penuh oleh Jamaah di setiap waktu-waktu shalat, tentu ini
mencerminkan kondisi lingkungan yang religius. Biasanya secara otomastis,
kegiatan-kegiatan massal yang berbau kemungkaran akan berkurang.
Hal ini tentu sangat berbeda dengan
lingkungan masyarakat yang Masjidnya-masjidnya hanya penuh ketika hari raya
saja. Tentu kegiatan-kegiatan yang bersifat foya-foya lebih sering
diselenggarakan dalam masyarakat. Dari sini shalat dapat kita jadikan sebuah
pola dalam memperjuangkan peningkatan moral masyarakat.
Memakmurkan Masjid dengan shalat berjamaah
merupakan program yang efektif untuk meredam gejolak negatif masyarakat. Jika
kita mampu memakmurkan masjid dengan shalat berjamaah, kedamaian dan linkungan
kondusif pasti terkondisikan dengan sendirinya.
Maka marilah kita bersama-sama meningkatkan
ketaqwaan dan membangun masyarakat yang islami dan bermoral mulia, berakhlakul
karimah dan berkerukunan serta berkesatuan melalui penggalakan shalat berjamaah
di masjid-masjid, musholla-musholla maupun di kantor dan di mana pun tempat
yang selayaknya kita mengagungkan Asma Allah. Marilah bersama-sama kita
tegakkan agama Allah, agar beroleh keselamatan dan kesejahteraan di sepanjang
usia umat manusia.
بَارَكَ
اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا
فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ
وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ
اللهَ لِيْ وَلَكُمْ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ
لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِيِمْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ
وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ،
إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Sumber: NU Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar