Antre Semen Sebelum
Menyalip di Tikungan
Senin, 9 April 2012,
07:03 WIB
Seraya berdiri di
atas dermaga pelabuhan yang jauh menjorok ke laut. Saya hitung ada 13 kapal
yang mengapung buang sauh di kejauhan sana. Kapal-kapal itu menunggu giliran
dipanggil merapat ke dermaga untuk mengisi semen. Mereka antre semen.
Kapal-kapal itu lama sekali menunggu dan menunggu di tengah laut, ada yang
sampai mengapung di tengah laut dua minggu.
Tidak jauh dari
pelabuhan itu sebuah proyek baru lagi dikebut penyelesaiannya. Itulah proyek
pembangunan pabrik semen unit 5 PT Semen Tonasa di Sulawesi Selatan. Antrean
kapal seperti itu masih akan terus terjadi sampai pabrik baru itu bisa
berproduksi. Lima bulan lagi. Dengan pabrik baru ini Semen Tonasa bisa menambah
kapasitas 3 juta ton lagi per tahun. Meski selama ini sebenarnya Semen Tonasa
sudah mampu berproduksi 4 juta ton per tahun, rupanya belum mampu mengimbangi
melonjaknya keperluan semen di Indonesia Timur.
Antrean kapal yang
panjang itu memang menggambarkan banyak hal. Terjadi kekurangan semen yang luar
biasa. Ini karena ekonomi lagi sangat baik. Di mana-mana orang membangun. Harga
semen pun naik terus. Antrean kapal yang sampai dua minggu itu saja sudah menggambarkan
bahwa biaya angkutan pasti meningkat.
Kalau pabrik baru
Semen Tonasa sudah beroperasi, bisa dibayangkan sendiri: pembangunan akan
semakin cepat di wilayah timur. Apalagi banyak sekali pembangkit listrik ukuran
besar (untuk ukuran Indonesia Timur) selesai di tahun 2012 ini: 2x50 MW di
Barru, 2x100 MW di Jeneponto, 150 MW PLTA di Poso, dan beberapa lagi. Dua bahan
baku utama pembangunan, semen dan listrik, tidak akan jadi penghambat lagi.
Pabrik Semen Tonasa
memang akan menjadi salah satu andalan pembangunan di wilayah timur. Setelah
pabrik kelima ini beroperasi, harus segera diputuskan untuk membangun pabrik
yang keenam. Cadangan bahan baku di Tonasa seperti tidak terbatas. Pabrik itu
terletak di bibir gunung kapur yang menjadi bahan bakunya. Tidak perlu biaya
pengangkutan sama sekali. “Bahan baku di sini bisa untuk keperluan ratusan
tahun,” ujar M. Sattar Taba, Dirut PT Semen Tonasa.
Penambahan kapasitas
tidak hanya terjadi di Tonasa. Di Tuban, Jatim, Semen Gresik juga membangun
pabrik baru. Bahkan sudah hampir beroperasi. Insya Allah bulan depan.
Pemasangan mesin-mesin dan komisioning sudah selesai. Hari Kamis minggu lalu
saya ke Tuban untuk menyaksikan penyalaan api pertama pabrik baru itu. Berarti
dari Tuban akan ada tambahan semen tiga juta ton lagi per tahun. Total menjadi
13 juta ton semen diproduksi di Tuban.
Sebagai rasa syukur
selesainya pembangunan pabrik unit 4 di Tuban ini, Dirut Semen Gresik Group Dwi
Soetjipto mengadakan acara doa khusus. Dwi mengajak seluruh orang Tuban yang hafal
Al Quran (hufadz) berkumpul di pondok pesantren Hidayatul Mubtadiin desa
Jarorejo untuk khataman. Di pesantren pimpinan KH Ashari inilah saya ikut acara
khataman itu.
Grup Semen Gresik
memang sedang ekspansi di segala penjuru Indonesia. Tidak hanya di Tuban dan
Tonasa tapi juga di Sumatera. Perencanaan ekspansi di Padang sudah selesai.
Dana sudah siap. Tinggal menyelesaikan masalah-masalah di daerah. Kalau pun
ekspansi di Padang ini nanti terhambat, bisa saja dialihkan ke Aceh. Pokoknya
harus di Sumatera. Untuk mendukung percepatan pembangunan di Sumatera yang
sangat kaya ini. Penentuan lokasi itu sudah harus diputuskan pertengahan tahun
ini. Dana triliunan rupiah yang sudah disiapkan sayang kalau tidak
diinvestasikan.
Investasi BUMN tidak
boleh ditunda, apalagi dibatalkan. Ini untuk mengemban misi negara dalam
menjaga pertumbuhan ekonomi yang harus terus meningkat. Di saat banyak negara
mengalami kesulitan ekonomi, saatnyalah Indonesia siap-siap menyalip di
tikungan. Dengan investasi baru di Tuban dan Tonasa itu saja, Grup Semen Gresik
sudah akan menjadi pabrik semen terbesar di Asia Tenggara.
Thailand sudah akan
kita kalahkan beberapa bulan lagi. Siam Cement (Thailand) dengan kapasitas 25
juta ton per tahun, sudah akan disalip Semen Gresik dengan kapasitas 26 juta
ton per tahun. Apalagi kalau proyek semen Padang atau Aceh bisa dilakukan.
Grup Semen Gresik
memang punya kemampuan luar biasa untuk melakukan ekspansi. Unit 4 Semen Tuban
itu misalnya, sama sekali tidak menggunakan dana dari bank. Semua menggunakan
dana sendiri. Unit 5 Semen Tonasa yang semula direncanakan 70% dari dana
perbankan, tidak jadi dipakai seluruhnya.
Dengan terus
melakukan investasi seperti itu, di segala bidang, pertumbuhan ekonomi akan
terjaga. Ekonomi Indonesia harus terus berkembang di saat ekonomi dunia melesu.
Kepercayaan diri kita sudah kuat untuk bisa satu per satu menyusul
negara-negara lain dan bahkan melewatinya.
Apalagi ekonomi kita
sudah mulai kebal terhadap gejolak politik. Heboh-heboh politik ternyata sangat
kecil pengaruhnya. Di saat seru-serunya demo BBM yang lalu, harga saham di
pasar modal justru naik. Kalau investasi bisa terus dilakukan, target
pertumbuhan ekonomi 6,5% akan tercapai. Ibarat balapan mobil, di saat pesaing
lagi punya problem, Indonesia harus menginjak gas lebih dalam.
Ekspansi pabrik semen
di Sumatera bukan hanya dilakukan grup Semen Gresik (kelak akan berganti nama
menjadi Grup Semen Garuda). Tapi juga oleh BUMN lain: PT Semen Baturaja di
Sumatera Selatan. PT Semen Baturaja, tahun ini go public. Punya kemampuan untuk
ekspansi.
Semen Baturaja akan
membangun pabrik yang kedua dengan kapasitas 1,5 juta ton per tahun. Harus
dimulai tahun ini juga. Ini untuk memberikan dorongan perkembangan ekonomi
Sumatera yang akan terus berkibar-kibar.
Apalagi tahun depan
banyak sekali pembangkit listrik yang sudah jadi. Dua hambatan dasar terbesar
untuk pembangunan teratasi. Jalan tol pun mulai dibangun di Sumatera. Semua itu
akan membuat pembangunan di Sumatera tidak akan bisa tertahan lagi.
Grup Semen Gresik
memang sudah bisa menjadi contoh BUMN yang berkelas dunia. Bukan saja segera
menjadi yang terbesar di Asia Tenggara tapi juga punya kesiapan berkembang di
segala bidang. Bahkan sudah mampu membangun pabrik modern dengan cara swa
kelola. Tidak perlu BOT, BOO, atau pun EPC. Unit 4 Semen Tuban dan unit 5 Semen
Tonasa yang termodern itu, misalnya, dibangun sendiri oleh orang-orang Grup
Semen Gresik. Untuk mencapai tahap ini, BUMN seperti Pertamina atau PLN pun
masih tertinggal jauh.
Tak ayal bila harga
saham Semen Gresik, heemmm, terus melejit. Rekor baru terus dipecahkan.
Terakhir mencapai rekor Rp 12.500 minggu lalu. Ini setara dengan Rp 120.000 per
lembar seandainya lembar sahamnya tidak dipecah-pecah menjadi 10 lembar
beberapa waktu lalu.
Tiga-empat tahun
lagi, rasanya, banyak BUMN yang mencapai tingkatan itu. Karena itu kalau selama
ini kita dikenal sebagai negara yang “jual-jual-jual” BUMN ke asing, bisa jadi
akan segera berubah menjadi “beli-beli-beli” di luar negeri. Tidak akan terjadi
lagi privatisasi dengan cara lama: mencari strategic partner dari luar negeri.
Kalau pun akan dilakukan strategic sale, pembeli strategisnya adalah BUMN
sendiri!
Tentu kita tidak
boleh terlalu menyalah-nyalahkan mengapa dulu kita melakukan “jual-jual-jual”.
Kala itu negara kita memang lagi sangat lemah. Krisis ekonomi yang berat di
tahun 1998, membuat pemerintah tidak memiliki anggaran untuk menjalankan roda
pemerintahan. Negara dalam keadaan terancam. Keseluruhan APBN kita, waktu itu,
hanya Rp300 triliun. Alangkah kecilnya. Hanya sama dengan anggaran pendidikan
kita tahun 2012 sekarang ini. Atau hanya sedikit lebih tinggi dari anggaran
subsidi yang kita hebohkan dua minggu lalu.
Kini dengan kemampuan
pemerintah yang begitu kuat (tahun lalu ekonomi Indonesia sudah mengalahkan
ekonomi Belanda), dengan APBN yang sudah Rp1.500 triliun, dengan asset BUMN
yang Rp3.000 triliun, privatisasi BUMN hanya boleh dilakukan melalui pasar
modal.
Saya pun akan terus
mendorong BUMN untuk masuk pasar modal. Agar pengelolaan BUMN lebih transparan,
lebih terbuka, lebih akuntabel. Siapa tahu, dengan cara ini, kapitalisasi pasar
modal kita pun tidak lama lagi sudah bisa mengalahkan Singapura! Kalau bisa
paling lambat tahun depan!
Sekarang ini kita
tinggal kalah sedikiiiit lagi. Saatnya, di sektor ini pun kita menyalip di
tikungan. Kalau kapitalisasi pasar modal kita sudah bisa mengalahkan Singapura
tahun depan, sejarah akan terus berbalik. Satu per satu. Tidak bisa ditahan
lagi. Ekonomi Indonesia berlari kencang. Lupakan politik. Kita kejar harga diri
kita!
Kejadian 13 kapal
yang antre semen, telah berbicara banyak mengenai gambaran negara kita ke
depan!
*Dahlan Iskan, Menneg
BUMN
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar