Jihad Melawan Syetan
Barangsiapa yang menginginkan agar syetan
tidak mempunyai peluang pada dirinya, hendaknya ia meluruskan iman,
tawakkal dan ubudiyah nya, semata karena Allah Swt. Di atas hamparan
kefakiran, bersegera serta mohon perlindungan kepada Allah Swt.
Allah Swt. berfirman:
“Sesunggunya syetan itu tidak ada
peluang (menggoda) baginya, terhadap orang-orang yang beriman, dan kepada
orang-orang yang senantiasa tawakkal kepada Tuhannya.”
“Sesungguhnya hamba-hamba-Ku, tak ada
kekuasaan atas mereka bagimu.” (QS Al-A’raaf: 198)
“Dan jika kamu ditimpa godaan syetan, maka
berlindunglah kepada Allah.”
Sedangkan pelurusan iman itu dilakukan
melalui:
Syukur terhadap nikmat-nikmat-Nya,
Sabar terhadap bencana,
dan ridha terhadap qadha’.
Keabsahan tawakkal dengan jalan:
Menjauhi hawa nafsu,
Melupakan makhluk, dan
Bergantung pada Yang Maha Diraja Yang Benar
serta
Melanggengkan dzikir.
Apabila ada rintangan yang menghalangimu
untuk sampai kepada Allah Swt, maka tetaplah dalam keteguhan.
Allah Swt. berfirman: ”Wahai orang-orang yang
beriman, apabila engkau sekalian bertemu dengan kelompok (musuh), maka
tetaplah kokoh, dan ingatlah kamu sekalian kepada Allah
sebanyak-banyaknya, agar kamu sekalian berbahagia.”
Pelurusan ubudiyah melalui:
Pelanggengan kefakiran (terus menerus merasa
fakir kepada Allah),
Merasa lemah dan
Hina di hadapan Allah.
Lawan ubudiyah adalah Rububiyah, lalu apa
fungsi Rububiyah bagimu dan apa yang seharusnya dilakukan bagi Rububiyah? Maka,
teguhlah dengan sifat sifat-sifatmu dan gantungkanlah dengan sifat-sifat Allah.
Ucapkanlah dari hamparan kefakiran hakiki:
“Wahai Yang Maha Kaya, kepada siapa lagi bagi
si fakir selain kepadaMu”.
Ucapkanlah dari hamparan kelemahan,
“Wahai Yang Maha Kuasa, kepada siapa lagi
bagi si lemah ini selain kepada-Mu.”
Ucapkanlah dari hamparan ketakberdayaan,
“Wahai Yang Maha Kuat, kepada siapa lagi bagi
si lemah ini selain kepada-Mu.”
Sedangkan dari hamparan kehinaan ucapkanlah,
“Wahai Dzat Yang Maha Mulia, kepada
siapa lagi bagi orang yang hina ini selain kepada-Mu.”
Engkau akan menemukan ijabah, seakan-akan
ijabah itu mengikuti tanganmu.
Allah Swt. berfirman: “Mohon pertolonganlah
kamu sekalian kepada Allah dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah
bersama orang-orang yang sabar.”
Siapa yang menetapi bumi syahwat dan
masih mengikuti selera nafsunya, sementara dirinya tidak ditolong oleh
TajalliNya, dan terjauhkan dari tajalli, maka ‘ubudiah-nya pada dua perkara:
Pertama, mengetahui nikmat-nikmat Allah
Swt. atas karunia yang diberikan-Nya berupa iman dan tauhid. Sebab ketika
Allah mencintainya, dan menghiasi hatinya, dan menjauhkan kontranya
berupa kufur, fasik dan maksiat, maka ia mengatakan: “Tuhanku, Engkau
memberi nikmat kepadaku dengan ini... Dan Engkau memberi namaku dengan nama
“Rasyid” (yang diberi petunjuk), lantas bagaimana aku bisa berputus asa dari-Mu,
sedangkan Engkau menunjukkan diriku melalui karunia-Mu, walaupun
aku berbeda? Maka aku sangat berharap agar Engkau menerimaku, walaupun
aku ini pengecut.”
Kedua, senantiasa berkomitmen dan membutuhkan
(Allah), dan Anda mengucapkan: “Selamatkanlah.. selamatkanlah... dan
selamatkanlah diriku.” Tak ada jalan lain bagi orang yang yang
tidak mampu dan terputus dari ibadah murni, kecuali dua perkara tersebut.
Jika dua hal tersebut diabaikan, maka kesengsaraan menjadi miliknya, kejauhan
menjadi kelazimannya, dan hanya kepada Allahlah tempat
berlindungnya. Kerangkeng syetan itu ada empat:
Anda duduk sambil berfikir tentang faktor
yang mendekatkan kepada Allah, lalu Anda mengamalkannya;
Anda berfikir tentang faktor yang menjauhkan
diri Anda kepada Allah, lalu Anda menjauhi faktor tersebut;
Anda duduk berfikir tentang apa (amal) yang
telah Anda lakukan, lalu Anda bersyukur dan memohon ampunan;
Anda duduk berfikir tentang dosa yang
berlalu, lantas Anda memohon ampunan dan bersyukur.
Apabila Anda ingin mengalahkan musuh Anda,
maka Anda harus berteguh dengan iman dan tawakkal, ubudiyah yang benar
dan memohon perlindungan Allah dari syetan.
Allah Swt. berfirman: “Sesungguhnya
hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan atas mereka bagimu.”
Dan firman-Nya: “Dan jika kamu ditimpa godaan
syetan melalui suatu godaan, maka berlindunglah kepada Allah dari
syetan.”
Jadikanlah Allah sebagai Walimu, dan
jadikanlah syetan sebagai musuhmu. Maka anda bisa merdeka.
“Apakah Anda ingin agar Allah memberikan
kekayaan kepadamu, sehingga melalui Anda Allah mengkayakan orang yang dicintai,
atau sebagai tawasul, doa dan permohonan?”
Saya bertanya, “Bagaimana hal itu bisa
pada saya?”
Syeikh menjawab, “Janganlah
engkau jadikan manusia itu sebagai musuh dan kekasih. Jadikan pada
dirimu, Allah sebagai Sang Kekasih.”
Saya bertanya, “Bagaimana dengan
permusuhan karena Allah dan kecintaan karena Allah?”
Beliau berkata, “Hal itu bersama Allah
bukan bersama ibadah dan selera nafsu. Bila engkau memusuhi atau mencintai
mereka, maka lakukanlah dengan standar ilmu, dan janganlah engkau jadikan
syetan sebagai walimu.“
Allah Swt berfirman: ”Barangsiapa
menjadikan syetan sebagai wali, bukan Allah, maka ia benar-benar
mendapatkan kerugian nyata.”
Jika engkau mencintai melalui ilmu, maka
iringilah dirimu dengan ilmu yang selaras dengan ketaatan. Sebaliknya bila anda
menentang, maka marahlah dengan dengan menggunakan standar ilmu, sepanjang
dalam perlawanan. Sedangkan rahasia batinmu tetap duduk di atas hamparan
keimanan pada yang anda cintai, dan perlawanan dilakukan menurut lahiriyahnya
ilmu.
Maka camkanlah bab ini, karena seringkali
orang-orang bodoh tergelincir, karena itu mohonlah perlindungan kepada Allah.
Sebab, barangsiapa berusaha dan menegakkan kewajiban-kewajiban terhadap Allah
Swt., maka perjuangan jiwanya benar-benar sempurna. []
KH. M. Luqman Hakim, Ph.D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar