Pemimpin
yang Baik
Oleh: M. Quraish Shihab
Seorang pemimpin―apa pun bidang
kepemimpinannya, baik politik maupun sosial, bahkan keagamaan―dituntut untuk
memperhatikan kondisi yang dipimpinnya, bahkan berusaha untuk memenuhi
keinginan mereka. Demikian secara umum orang berkata. Tetapi, itu tidak selalu
demikian karena yang dituntut dari pemimpin sebelum memenuhi keinginan itu
adalah mengetahui kondisi mereka lalu memilihkan apa yang terbaik buat mereka.
Memang, boleh jadi pada mulanya apa yang dipilihkan oleh sang pemimpin itu
tidak disambut oleh masyarakatnya, tetapi ia harus berusaha dan di sinilah
salah satu fungsi kepemimpinan, yaitu memengaruhi yang dipimpin menuju yang
terbaik.
Seorang
penganjur agama misalnya, mestinya tidak menghidangkan buat jamaahnya apa yang
menyenangkan mereka bila itu tidak berkaitan secara langsung atau tidak
langsung dengan tujuan dakwah, bahkan tidak memilih topik pembicaraan jika ada
topik yang lebih penting. Sementara penganjur dewasa ini turun ke tingkat
sementara jamaahnya yang senang mendengar uraian yang mengundang tawa, padahal
tujuan dakwah bukan tawa atau tangis pendengar, tapi tujuan utamanya adalah
menambah pengetahuan dan atau kesadaran beragama pendengarnya.
Pemimpin
politik pun mestinya demikian. Ia tidak boleh mengikuti kehendak masyarakatnya,
apalagi kalau hanya sebagian yang berdemo jika kehendak itu bertentangan dengan
sikap dasar negara atau menimbulkan pelanggaran terhadap kebebasan yang diakui
oleh negara, bahkan yang bertentangan dengan kemaslahatan negara. Kalau ada
sekumpulan anggota masyarakat yang mendesaknya melakukan hal itu, maka di
sanalah diuji kepemimpinannya dan sampai di mana ia berhasil memengaruhi mereka
agar mereka dapat menerima ajakan sang pemimpin, apalagi jika hal tersebut
sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah disepakati. Keliru, bahkan sangat
tercela dan tidak pantas menjadi pemimpin, siapa yang mengikuti begitu saja
desakan sebagian masyarakat dengan dalih atau alasan apa pun.
Al-Qur’an tidak saja mengingatkan
Nabi Muhammad saw. bahwa kalau beliau mengikuti kehendak banyak orang yang
durhaka, maka beliau akan mereka sesatkan dari jalan Allah (QS. al-An’âm [6]:
116). Tidak saja itu, tetapi Allah juga mengingatkan sebagian sahabat Nabi saw.
yang ingin agar keinginan mereka dituruti Nabi dengan firman-Nya: Seandainya
Rasul mengikuti kamu dalam banyak hal, maka kamu pasti akan mengalami kesulitan
(QS. al-Hujurât [49]: 7). Jadi, seorang pemimpin tidak serta-merta harus
mengikuti pandangan masyarakatnya―yang dinilainya membahayakan―tapi ia harus
berusaha menjelaskan duduk soal dan memengaruhi mereka sehingga semua terhindar
dari hal-hal yang negatif. Ini berlaku bagi setiap pemimpin, dari yang
tertinggi hingga yang terendah. Demikian, wa Allâh A’lam. []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar