Senin, 14 Maret 2016

(Ngaji of the Day) Perbincangan Rasulullah SAW Usai Shalat Gerhana



Perbincangan Rasulullah SAW Usai Shalat Gerhana

Saat gerhana terjadi di masa Nabi, banyak orang mengaitkan fenomena itu dengan wafatnya Ibrahim, putra Rasulullah SAW. Ia adalah putra kesayangan Nabi Muhammad. Dugaan ini langsung dibantah oleh Rasulullah SAW sembari menjelaskan bahwa kejadian gerhana tidak ada kaitannya dengan kematian dan kehidupan siapa pun.

Gerhana hanyalah fenomena alam biasa, yang terjadi atas kehendak Sang Pencipta Alam. “Apabila kalian mendapati fenomena ini, ingatlah Allah,” demikian pesan Nabi Muhammad SAW, (HR Al-Bukhari dan Muslim).

Di antara media paling baik untuk mengingat Allah ialah shalat. Makanya shalat gerhana sangat dianjurkan, sunah mu’akkad. Bahkan makruh meninggalkannya. Usai shalat, menurut Madzhab Syafi’i disunahkan dua khotbah, laiknya khotbah hari raya (‘Idul Fitri dan ‘Idul Adlha).

Seketika selesai shalat gerhana, Nabi Muhammad SAW menyempatkan diri berbincang-bincang dengan para sahabatnya. Mungkin obrolan ini dimulai setelah Nabi melaksanakan khotbah. Hasil obrolan itu terekam baik dalam Shahih Muslim. Kisah ini diceritakan oleh Ibnu ‘Abbas yang turut hadir mengikuti shalat gerhana bersama Rasulullah SAW. Berikut petikan obrolannya.

قالو: يارسول الله رأيناك شيئا في مقامك هذا، ثم رأيناك كففت، فقال: إني رأيت الجنة، فتناولت منها عقودا، ولو أخذته لأكلتم منه ما بقيت الدنيا، ورأيت النار فلم أر كاليوم منظرا قط، ورأيت أكثر أهلها النساء، قالوا بم يا رسول الله، قال: بكفرهن، قيل: أيكفرن بالله؟ قال: بكفر العشير، وبكفر الإحسان، لو أحسنت إلى إحداهن الدهر، ثم رأت منك شيئا، قالت: ما رأيت منك خيرا قط.

Artinya, “Wahai Rasulullah, kami melihat engkau sepertinya mendapatkan sesuatu di tempat anda berdiri ini. Kami juga melihat Anda menahan kedua tangan?” tanya sahabat.

“Sesungguhnya aku melihat surga. Aku mendapati satu tandan darinya. Sekiranya Kuambil, niscaya kalian akan memakannya selama dunia ini berputar. Aku juga melihat neraka, sebuah pemandangan mengerikan yang belum pernah kusaksikan sebelumnya. Kulihat kebanyakan penghuninya adalah kaum wanita,” kata Rasulullah SAW.

“Apa sebabnya?”

“Lantaran kekufuran mereka,” jawab Rasul.

“Apakah mereka kufur kepada Allah?”

“Mereka kufur terhadap suaminya dan mengingkari kebaikannya. Andaikan kalian berbuat baik kepada salah seorang di antara mereka sepanjang zaman, lalu dia mendapati satu kekuranganmu, ia akan mengatakan, ‘Saya belum pernah melihat kebaikanmu sama sekali,’” kata Rasul.

Obrolan ini memiliki makna yang sangat dalam, terutama bagi kaum perempuan. Ternyata kufur tidak hanya terhadap Allah SWT, tetapi ada juga yang ditujukan kepada suami. Dua jenis kufur ini termasuk perbuatan yang tidak baik.

Sepantasnya seorang istri menghargai setiap jerih payah dan usaha suaminya. Karena bagaimana pun mereka sudah bersusah-payah banting tulang demi kebahagian seorang istri. Wallahu a’lam. []


Sumber: NU Online

Tidak ada komentar:

Posting Komentar