Nabi Muhammad selalu menjaga perkataan yang keluar dari lisannya, dalam segala situasi dan kondisi. Bahkan dalam keadaan marah sekalipun, beliau tidak pernah mengeluarkan ucapan-ucapan yang kotor, merendahkan, apalagi bernada melaknat. Sehingga tidak ada orang yang merasa tersakiti atau terhina dengan perkataan Nabi Muhammad.
Nabi Muhammad juga orang yang selalu menjaga kehormatan orang lain. Tidak pernah mengatakan sesuatu yang tidak layak dan membuat orang lain tersinggung –meskipun itu betul misalnya. Nabi lebih memilih menggunakan cara lainnya yang tidak membuat orang lain sakit hati. Beliau tahu betul cara menjaga perasaan dam kehormatan orang lain.
Nilai-nilai itu kemudian diajarkan kepada para sahabatnya. Nabi Muhammad langsung mengingatkan apabila ada sahabatnya yang perkataannya menyakiti atau menyinggung perasaan orang lain. Dalam hal ini, Nabi Muhammad pernah menegur Sayyidina Abu Bakar karena ucapannya membuat anak Sa’id bin Ash marah.
Dikutip dari buku Akhlak Rasul Menurut Al-Bukhari dan Muslim (Abdul Mun’im al-Hasyimi, 2018), suatu ketika Nabi Muhammad bersama dengan Sayyidina Abu Bakar, dua anak Sa’id bin Ash, dan beberapa sahabat lainnya pergi ke Thaif untuk suatu urusan. Di tengah jalan, rombongan melewati sebuah kuburan. Sayyidina Abu Bakar kemudian menanyakan siapa penghuni kuburan itu. Dijawab orang-orang, itu adalah kuburan Sa’id bin Ash.
Mengetahui itu kuburan Sa’id bin Ash, Sayyidina Abu Bakar berdoa kepada Allah agar melaknat penghuni kubur tersebut karena semasa hidupnya memerangi Allah dan Nabi Muhammad. Doa Sayyidina Abu Bakar itu membuat telinga Amr –salah satu anak Sa’id bin Ash yang ikut dalam rombongan- memerah. Amr marah dan mengadukan hal itu kepada Nabi Muhammad.
Kepada Nabi Muhammad, Amr membandingkan kebaikan ayahnya dengan ayah Sayyidina Abu Bakar. Menurut dia, Sa’id bin Ash lebih banyak menolong orang yang kesusahan dari pada ayah Sayyidina Abu Bakar, Abu Quhafah.
“Wahai Rasulullah, ini adalah kuburan orang yang lebih banyak memberi makan dan banyak menolong orang yang kesusahan dibandingkan Abu Quhafah,” kata anak Sa’id bin Ash itu.
Nabi Muhammad kemudian melerai mereka. Di satu sisi, beliau meminta Amr untuk tidak meneruskan perselisihan itu. Di sisi lain, Nabi menasihati Sayyidina Abu Bakar agar menghindari kata-kata yang khsusus jika membicarakan orang kafir. Alasannya, agar anak-anak orang kafir yang dibicarakan itu tidak marah.
"Wahai Abu Bakar, bila kamu berbicara tentang orang kafir maka buatlah kalimat yang masih umum. Bila kamu menyebut seseorang secara khusus, maka anak-anaknya tentu akan marah,” kata Nabi Muhammad kepada Sayyidina Abu Bakar. Umat Islam tidak pernah lagi menjelek-jelekkan orang kafir setelah peristiwa itu. []
(Muchlishon)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar