Meninggal di Bulan
Ramadhan, Wajibkah Zakat Fitrah?
Zakat fitrah merupakan salah satu ibadah yang
hanya wajib ditunaikan di bulan Ramadhan. Membayar zakat fitrah bagi seseorang
berfungsi sebagai penyempurna ibadah puasa yang dijalankan selama bulan
Ramadhan. Dalam salah satu hadits dijelaskan:
شَهْرُ
رَمَضَانَ مُعَلَّقٌ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ ، وَلَا يَرْفَعُ إِلَى اللهِ
إِلَّا بِزَكَاةِ الْفِطْرِ
“(Puasa) di bulan Ramadhan digantungkan di
antara langit dan bumi, tidak diangkat menuju Allah kecuali dengan zakat
fitrah” (HR. Ad-Dailami)
Dalam perkembangannya, terdapat beberapa
pertanyaan seputar orang-orang yang wajib membayar zakat fitrah. Salah satunya
tentang orang yang meninggal di bulan Ramadhan, apakah wajib bagi keluarganya
untuk membayarkan zakat fitrah atas mayit tersebut? Kasus ini sangat sering
terjadi.
Dalam menjawab pertanyaan tersebut, patut
dipahami terlebih dahulu bahwa para ulama Syafi’iyah memberi ketentuan bahwa
seseorang wajib membayar zakat fitrah ketika ia menemui dua waktu wajibnya
zakat fitrah: (1) masa akhir bulan Ramadhan atau sebelum terbenamnya matahari
di akhir Ramadhan dan (2) awal bulan Syawal, yakni setelah terbenamnya matahari
lepas akhir Ramadhan. Dua waktu itu harus dijumpai. Bila salah satu saja dari
dua waktu itu tidak sempat dijumpai, gugurlah kewajiban zakat fitrah bagi
seseorang. Hal ini seperti yang dijelaskan dalam referensi berikut:
الثاني: أن يدرك وقت وجوبها الذي هو آخر جزء من رمضان وأوّل جزء من
شوال، فتخرج عمن مات بعد الغروب وعمن ولد قبله ولو بلحظة دون من مات قبله ودون من
ولد بعده
“Syarat kedua, menemukan waktu wajibnya zakat
fitrah, yakni akhir bagian dari Ramadhan dan awal bagian dari Syawal. Maka
wajib dikeluarkan zakat atas orang yang meninggal setelah terbenamnya matahari
(di hari akhir Ramadhan) dan atas bayi yang lahir sebelum terbenamnya matahari,
meskipun dengan jarak yang sebentar. Tidak dikeluarkan zakat bagi orang yang
mati sebelum terbenamnya matahari (di hari akhir Ramadhan) dan bayi yang lahir
setelah terbenamnya matahari” (Syekh Muhammad Nawawi al-Bantani, Nihayah
az-Zain, hal. 174)
Maka bagi orang yang tidak menemui salah satu
dari dua masa tersebut, misalnya seperti orang yang meninggal di bulan
Ramadhan, atau bayi yang lahir pada malam takbir (malam Idul Fitri) maka tidak
wajib bagi mereka zakat fitrah. Penjelasan yang sama juga terdapat dalam kitab
al-Fiqh al-Manhaji ‘ala al-Madzhab al-Imam as-Syafi’i berikut:
الثاني- غروب شمس آخر يوم من رمضان: فمن مات بعد غروب ذلك اليوم،
وجبت زكاة الفطر عنه، سواء مات بعد أن تمكن من إخراجها، أم مات قبله، بخلاف من ولد
بعده. ومن مات
قبل غروب شمسه لم تجب في حقه، بخلاف من ولد قبله
“Syarat kedua adalah terbenamnya matahari di
akhir hari dari Ramadhan. Maka orang yang meninggal setelah terbenamnya
matahari pada hari tersebut, maka wajib zakat fitrah atas dirinya. Baik ia
meninggal setelah mampu untuk mengeluarkan zakat atau sebelum mampu. Berbeda
hukumnya bagi bayi yang lahir setelah terbenamnya matahari. Sedangkan orang
yang meninggal sebelum terbenamnya matahari (di hari akhir Ramadhan) maka tidak
wajib zakat bagi dirinya, berbeda hukumnya bagi bayi yang lahir sebelum
terbenamnya matahari” ” (Dr. Musthafa Said al-Khin dan Dr. Musthafa
al-Bugha, al-Fiqh al-Manhaji ‘ala al-Madzhab al-Imam as-Syafi’i, juz 1, hal.
150)
Sedangkan ketika seseorang mempercepat
(ta’jil) pembayaran zakat di awal Ramadhan, lantas ketika pertengahan Ramadhan
ia meninggal, maka harta yang dikeluarkan atas nama zakat tersebut hakikatnya
bukanlah zakat, tapi sedekah, sebab ia tidak menemui salah satu masa yang
mewajibkan zakat, yakni awal Syawal. Penjelasan ini seperti dijelaskan dalam
kitab Dalil al-Muhtaj ala Syarh al-Minhaj:
فلو
مات المالك أو تلف المال أو بيع لم يقع المعجل زكاة
“Jika orang yang memiliki harta meninggal
atau harta yang dizakati rusak atau hartanya dijual (dalam kasus zakat mal),
maka benda yang dipercepat atas nama zakat tidak berstatus sebagai zakat”
(Syekh Rajab Nawawi, Dalil al-Muhtaj ala Syarh al-Minhaj, Juz 1, Hal. 290)
Maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
orang yang meninggal di bulan Ramadhan, tidak wajib baginya membayar zakat.
Bila terlanjur menunaikannya saat masih hidup, maka ia tetap mendapat pahala
dari pemberiannya itu, tapi dalam status sedekah, bukan zakat fitrah. Wallahu
a’lam. []
Ustadz M. Ali Zainal Abidin, Pengajar di
Pondok Pesantren Annuriyah Kaliwining, Rambipuji, Jember
Tidak ada komentar:
Posting Komentar