Kamis, 28 Mei 2020

Nasaruddin Umar: Kontemplasi Ramadhan (6): Dahsyatnya Air Mata Tobat

Kontemplasi Ramadhan (6)

Dahsyatnya Air Mata Tobat

Oleh: Nasaruddin Umar

 

Ternyata tidak semua air mata memiliki komposisi kimia yang sama. Ada dua orang sarjana menulis disertasi dengan melakukan penelitian terhadap komposisi kimia pada jenis-jenis air mata. Seorang dari Jerman dan seorang lagi dari AS. Keduanya menyimpulkan dalam penekanan yang berbeda bahwa air mata yang keluar dari mata karena terkena bawang atau cabe komposisi kimianya berbeda jika air mata itu keluar karena kesedihan. Air mata yang keluar karena kesedihan ternyata berisi semacam toksin atau racun yang bisa membahayakan tubuh jika tersimpan di dalam tubuh. Keduanya menyarankan agar siapapun yang memiliki problem kesedihan tangisnya jangan ditahan, kalau perlu menangislah sepuas-puasnya agar toksin dalam tubuhnya bisa dialirkan keluar melalui air mata.

 

Air mata yang keluar karena kesedihan dan penyesalan ternyata mengalami proses yang panjang dengan melibatkan berbagai kelenjar dalam tubuh. Menangis karena cengeng terhadap Tuhan sesuatu yang mulia. Nabi juga pernah mengapresiasi nilai air mata bagi seseorang dengan mengatakan: Ada tiga pasang mata yang diharamkan masuk neraka, yaitu mata yang menangis karena takut kepada Allah, mata yang tidak tidur semalaman dalam perjuangan fi sabilillah, dan mata yang dipejamkan dari sesuatu yang diharamkan Allah atau mata yang dicungkil dalam perjuangan fi sabilillah." Dalam satu riwayat ditambahkan: Air mata taubat memadamkan api neraka dan air mata kerinduan pada Tuhan melicinkan ke surga. Hadis lain, "Wahai sekalian manusia! Menangislah, sebab jika tidak menangis, maka kalian akan ditangisi". Sesungguhnya penghuni neraka menangis hingga air mata mereka mengalir di wajahnya seperti mengalirnya air sungai. Jika air mata mereka sudah habis, maka yang mengalir lagi dari matanya adalah darah. Andaikata sebuah kapal dilepaskan di aliran darah itu, niscaya kapal itu akan berlayar.


Biasanya ada dua hal yang mendorong seseorang untuk menangis, yaitu rasa takut kepada sesuatu, termasuk kepada Tuhan dan rasa penyesalan terhadap kesalahan masa lalu. Jika kedua hal ini menjadi penyebab keluarnya air mata maka inilah yang disebutkan dalam ayat-ayat dan hadis-hadis di atas. Berbahagialah orang yang selalu menyuburkan jiwanya dengan menyiraminya dengan air mata tobat dan rindu. Dalam perspektif tasawuf, ada dua air mata yang sangat mahal nilainya, yaitu air mata kerinduan terhadap Tuhan dan air mata tobat. Air mata yang keluar karena didorong oleh rasa rindu terhadap Tuhan ini yang paling mahal. Seseorang tidak tahu sebabnya kenapa tiba-tiba mengucur air mata kerinduan itu. Linangan air mata tobat akan memadamkan api neraka. Di dalam Al-Qur'an banyak diungkapkan prihal air mata. Antara lain: "Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis" (Q.S.Al-Isra:109), "Mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis". (Q.S. Maryam/19:58).

 

Jika seorang hamba merindukan Tuhannya dan Tuhan pun merindukannya maka tanda utamanya adalah keluarnya air mata rindu dari kedua pelupuk mata seseorang. Terkadang memang sajadah tiba-tiba basah tanpa terasa akibat lelehan air mata, terutama saat-saat sujud tahajjud tengah malam. Disebutkan dalam sebuah kitab bahwa ada sejumlah hamba Tuhan yang cacat mukanya karena air mata tak pernah berhenti mengalir di pipinya, karena begitu terharu bercampur rindu dan takut peda Tuhannya. Mata yang tidak pernah menangis karena terharu, rindu, takut, atau rindu kepada Tuhan dikhawatirkan jiwanya kering. Karena itu siramilah jiwanya dengan air mata tobat dan rindu kepada Allah Swt.

 

Abu Umamah al-Bahili berkata kepada Rasulullah SAW., apakah keselamatan itu?" Beliau menjawab: "Jagalah lidahmu, lapangkan rumahmu, dan tangisilah dosa-dosamu". Menangis karena takut kepada Allah merupakan suatu petunjuk yang sangat jelas atas adanya rasa takut kepada Allah dan itu membuat cenderung semakin cinta akan kehidupan akhirat. Memang kelihatan cengeng, tetapi cengeng kepada kebesaran Allah Swt adalah terpuji dan cengeng terhadap makhluk Allah itulah yang tercela. Alangkah indahnya jika seorang hamba tersungkur di atas sajadah menikmati kemesraan dengan Tuhannya kemudian menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah Swt, hingga dijemput dengan husnul khatimah. []

 

DETIK, 29 April 2020

Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA | Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar