Kontemplasi Ramadhan (5)
Mulailah dengan Taubat!
Oleh: Nasaruddin Umar
Taubat berasal dari akar kata taba-yatubu berarti kembali, yakni kembali ke jalan benar yang dituntunkan Allah SWT. Jika seseorang datang dan bertaubat dengan taubat sejati (taubah nashuha) maka tidak ada mudharatnya bagi Allah SWT untuk mengampuni yang bersangkutan. Bahkan Allah SWT menyatakan: Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. (QS. Al-Baqarah/2" 222). Sebesar apapun dosa seseorang jika ia bertobat sepenuh hati maka ia akan mendapatkan pengampunan dosa Tuhan, sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya: Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. An-Nisa'/4: 110).
Ada satu lagi ayat yang seharusnya memberikan rasa optimisme bagi para pendosa yang bertobat, yaitu: Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (Q.S. al-Hasyr/39:53). Kata yagfir al-dzunub jami'a (mengampuni dosa semuanya), adalah sebuah jaminan dari Allah Swt bagi yang dating dengan taubat yang tulus (taubat nashuha).
Menurut Imam Al-Gazali dalam Ihya'-nya, seseorang dinilai bertaubat sepenuh hati jika memenuhi tujuh syarat syarat taubat, yaitu: Mengucapkan istigfar, meninggalkan dan menjauhi dosa atau maksiyat, menyesal sedalam-dalamnya akan kekhilafannya, bertekad dan bersumpah untuk tidak akan kembali melakukan dosa itu, mengganti perbuatan dosa itu dengan amal kebajikan, mengembalikan harta atau hak orang lain yang pernah diambil, dan menyampaikan permohonan maaf secara jujur kepada orang yang pernah difitnah atau dibicarakan aibnya. Jika orang sudah melakukan keseluruhan syarat taubat tersebut maka pengampunan dosa dijamin dari Allah SWT, sebagaimana disebutkan dalam hadis: "Orang yang bertaubat seperti orang yang tak berdosa".
Banyak bukti yang diungkapkan dalam ayat dan hadis bahwa sebesar apapun dosa seorang hamba jika datang dengan kesadaran sesungguh hati maka tidak ada beban bagi Tuhan untuk mengampuninya. Dalam sebuah hadis Riwayat Bukhari diceritakan seorang pemuda yang terkenal kejahatannya. Tiba-tiba pemuda ini mendatangi seorang ulama. Ia bertanya masih adakah jalan bagi Tuhan mengampuni dosa-dosanya yang amat besar dan banyak? Sang ulama bertanya, dosa-dosa apa saja yang pernah dilakukan. Dijawab semua dosa besar, seperti merampok, memperkosa, dan termasuk sudah membunuh 99 orang. Sang ulama terperanjat dan spontanitas mengatakan, subhanallah, jangankan 99 orang seorang saja yang engkau bunuh pasti engkau akan mendapatkan murka Tuhan dan dimasukkan ke dalam neraka. Mendengar jawaban itu, sang pemuda menghunus pedangnya dan membunuh ulama ini, maka genaplah 100 orang yang dibunuh.
Sehabis
membunuh ulama, ia menanyakan kepada orang-orang di mana ada ulama yang bisa
memberikan jawaban terhadap keresahan jiwanya. Salah seorang menunjukkan ulama
lain di kota lain. Di tengah perjalanan menuju ke rumah ulama dimaksud, ia
terjatuh dan langsung mati. Datanglah malaikat penjaga neraka dengan bengis
mengatakan sudah lama saya tunggu-tunggu kematianmu. Tak lama setelah itu
datang lagi ulama penjaga surga untuk menjemput mayat itu, karena ia sudah
berjalan jauh untuk mencari pertobatan dari seluruh dosa-dosanya
kepada seorang ulama. Kedua malaikat itu saling mengklaim kalau pemuda itu
miliknya. Tiba-tiba muncul malaikat ketiga yang berusaha untuk melerai persengketaan
kedua malaikat tersebut. Ia mengajak kedua malaikat yang bertikai untuk
sama-sama mau menempuh jalan pengadilan yang ditawarkan malaikat yang baru
datang. Malaikat ketiga ini mengatakan, mari kita ukur langkah perjalanan
pemuda ini, lebih dekat mana antara ulama yang baru dibunuh dan ulama yang
dituju. Setelah ketiga malaikat itu mengukur jarak kematian sang pemuda, maka
ditemukan selangkah lebih dekat ke rumah ulama yang dituju. Lalu malaikat hakim
yang diutus Tuhan memenangkan malaikat penjaga surga. Subhanallah. []
DETIK, 28 April 2020
Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA | Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar