Dua Kebahagiaan Bagi Orang yang Berpuasa
Kesempatan dapat menjumpai bulan Ramadhan adalah merupakan anugerah yang agung.
Ketika telah memasuki bulan Rajab sering kita dengar dari pengeras suara masjid
dan surau lantunan doa kerinduan berjumpa Ramadhan yang senantiasa bergema
sampai akhir bulan Sya’ban, yaitu doa ma’tsur (yang berasal) dari Rasulullah
SAW:
عن أنس رضي الله عنه، قال: كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا دخل رجب قال: " اللَّهُمَّ بارِكْ لَنا في رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنا رَمَضَانَ
Artinya, “Dari Anas Ra berkata, ketika bulan Rajab tiba Rasulullah Saw berdoa, Ya Allah, berkahilah untuk kami di bulan Rajab dan Sya’ban dan sampaikan kami menjumpai Ramadhan.” (An-Nawawi, Al-Adzkar, [Beirut, Darul Fikr: 1414 H/1994 M], halaman 189).
Seorang yang mengaku umat Nabi Muhammad SAW sudah sepantasnya merindukan perjumpaan dengan Ramadhan sebagimana yang diteladankan karena semua ibadah kecuali puasa akan dilipatgandakan balasannya mulai dari 10 kali sampai 700 kali. Untuk balasan amal puasa Allah merahasiakanya, bahkan bau mulut tak sedap dari orang yang berpuasa bagi-Nya lebih harum dibanding parfum misik (kasturi).
Hal ini dijelaskan Nabi Saw dalam haditsnya:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ، الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعمِائَة ضِعْفٍ، قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: إِلَّا الصَّوْمَ، فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ، يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي
Artinya, “Dari Abi Hurairah Ra berkata, Rasulullah Saw bersabda, ‘Setiap amal anak Adam akan dilipatgandakan. Satu kebajikan dilipatgandakan 10 sampai 700 kali. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman ‘Kecuali puasa karena puasa adalah untuk-Ku dan Aku-lah yang membalasnya. Dia meninggalkan kesenangan dan makananya karena-Ku,” (HR Muslim).
«وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ المِسْكِ»
Artinya, “Demi Zat yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya, sungguh bau tak sedap dari mulut orang yang sedang berpuasa menurut Allah lebih harum daripada bau misik,” (HR Al-Bukhari).
Ada sejumlah pendapat perihal maksud “balasan amal puasa dirahasiakan Allah”, antara lain karena puasa merupakan ibadah spesial untuk Allah dan tak seorangpun orang kafir yang mengagungkan tuhanya dengan ibadah puasa.
Pendapat lain, karena puasa jauh dari riya’ sebab ia ibadah yang rahasia. Jika kita shalat atau berhaji pasti dapat terlihat dan diketahui orang lain karena bersifat tindakan/perbuatan, namun puasa tidak demikian sebab puasa adalah meninggalkan (tarku) atau imsak (menahan diri) sehingga dapat dilakukan bersamaan dengan aktivitas apapun bahkan dengan tidur sekalipun.
Adapun maksud “lebih harum daripada bau misik” mengatakan bahwa janji pahala untuk orang yang berpuasa karena bau tak sedap dari mulutnya lebih banyak daripada pahala kesunnahan menggunakan parfum misik. (As-Suyuthi, Syarhus Suyuthi ala Muslim, [Beirut, Dar Ihya’it Al-Arabi: 1416 H/1996 M], juz III, halaman 233).
Agar puasa kita tahun ini lebih berkualitas dibanding tahun-tahun sebelumnya, haruslah senantiasa sadar bahwa perjumpaan dengan bulan suci Ramadhan merupakan anugerah Allah yang tidak setiap orang dapat merasakannya. Kalau pun bertemu, mungkin masih ada di antara kita yang tidak menyadari akan keagungan anugerah ini atau tidak berkesempatan berpuasa dengan sempurna.
Selanjutnya berusaha mempersiapkan diri bekal ilmu hukum-hukum puasa dan ibadah lainya serta menjaga kesehatan fisik agar tetap dalam kondisi prima. Yang tidak kalah penting adalah kemauan yang kuat untuk meraih kecintaan Allah melalui ibadah puasa, pengabaian rasa lapar, haus, dan malas yang mesti terjadi dalam ibadah puasa. Hal ini dapat muncul dengan cara senantiasa mengingat kebahagiaan orang yang berpuasa sesuai sabda Nabi SAW.
لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ: فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ، وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ
Artinya, “Orang yang berpuasa akan meraih dua kegembiraan, kegembiaran ketika berbuka puasa/berhari raya, dan kegembiraan ketika bertemu Tuhannya,” (HR Muslim).
Dalam Marqatul Mafatih dijelaskan, dua kegembiraan itu meliputi di dunia dan di akhirat. Pertama, kegembiraan saat berbuka karena telah terbebas dari tanggungan perintah Allah atau sebab mendapatkan pertolongan dapat menyempurnakan puasa atau sebab dapat makan dan minum sesudah menahan lapar dan dahaga atau sebab meraih pahala yang diharapkan.
Kedua, kegembiraan saat bertemu Tuhan sebab mendapatkan balasan amal puasa, mendapatkan pujian, atau keberuntungan dapat berjumpa dengan Allah. (Al-Mulla Al-Qari, Marqatul Mafatih Syarh Misykatil Mashabih, [Beirut, Darul Fikr: 1422 H/2002 M], juz IV, halaman 1363). []
KH Ahmad Asyhar Shafwan, Ketua Lembaga Bahtsul Masail (LBM) PWNU Jawa Timur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar