Lafal Niat Shalat Tarawih
di Rumah
Pemerintah memutuskan agar masyarakat
mengalihkan pelaksanaan shalat tarawih pada 1441 H dari masjid ke rumah untuk
pencegahan Covid-19 yang tengah melanda Indonesia dan banyak negara di dunia
pada tahun 2020 M ini. Pelaksanaan shalat tarawih di rumah merupakan
manifestasi kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang dikeluarkan
oleh sebagian pemerintah daerah di Indonesia.
Ini Penjelasannya Tidak ada perbedaan pada
tata cara shalat tarawih di masjid dan di rumah. Masyarakat dapat melakukan
shalat tarawih di rumah secara berjamaah dengan sedikit orang (ini dianjurkan)
atau sendiri (infirad) sebagaimana shalat tarawih di masjid.
Adapun berikut ini adalah lafal niat shalat
tarawih secara berjamaah.
1. Ini lafal niat shalat tarawih sebagai
imam.
اُصَلِّى
سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً إِمَامًا
ِللهِ تَعَالَى
Ushalli sunnatat tarāwīhi rak‘atayni
mustaqbilal qiblati adā’an imāman lillāhi ta‘ālā.
Artinya, “Aku menyengaja sembahyang sunnah
tarawih dua rakaat dengan menghadap kiblat, tunai sebagai imam karena Allah
SWT.”
2. Ini lafal niat shalat tarawih sebagai
makmum.
اُصَلِّى
سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً
مَأْمُوْمًا لِلهِ تَعَالَى
Ushalli sunnatat tarāwīhi rak‘atayni
mustaqbilal qiblati adā’an ma’mūman lillāhi ta‘ālā.
Artinya, “Aku menyengaja sembahyang sunnah
tarawih dua rakaat dengan menghadap kiblat, tunai sebagai makmum karena Allah
SWT.”
Lafal niat shalat ini dikutip dari pelbagai
sumber, yaitu Kitab Irsyadul Anam karya Sayyid Utsman bin Yahya (1822 M-1913 M)
dan Perukunan Melayu dengan penyesuaian sejumlah redaksional.
Adapun berikut ini adalah lafal niat shalat
tarawih secara infirad atau sendiri.
اُصَلِّى
سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً لِلهِ
تَعَالَى
Ushalli sunnatat tarāwīhi rak‘atayni
mustaqbilal qiblati adā’an lillāhi ta‘ālā.
Artinya, “Aku menyengaja sembahyang sunnah
tarawih dua rakaat dengan menghadap kiblat, tunai karena Allah SWT.”
Shalat tarawih secara berjamaah atau
infirad/sendiri di rumah memiliki jumlah rakaat yang sama dengan shalat tarawih
di masjid, yaitu maksimal 20 rakaat dan minimal dua rakaat.
وهي
عشرون ركعة مجمع على سنيتها... ولا تصح بنية مطلقة بل ينوي ركعتين من التراويح أو
من قيام رمضان أو سنة التراويح
Artinya, “Shalat tarawih berjumlah 20 rakaat yang
disepakati kesunnahannya… Shalat tarawih tidak sah dikerjakan dengan niat
shalat mutlak (tanpa penyebutan kata tarawih di dalam hati), tetapi ia harus
meniatkan shalat dua rakaatnya sebagai bagian dari shalat tarawih, shalat malam
bulan Ramadhan, atau shalat sunnah tarawih,” (Lihat Syekh M Nawawi Banten,
Nihayatuz Zain, [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyyah: 2002 M/1422 H], halaman 112).
Dengan demikian, pengalihan shalat tarawih
dari masjid ke rumah tidak mengubah tata cara pelaksanaan, jumlah rakaat, dan
tidak mengurangi keutamaan shalat tarawih itu sendiri. Wallahu a‘lam. []
Sumber: NU Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar