Jejak dan
Derap Peradaban Islam (2)
Universalitas
Asas Peradaban Islam
Oleh:
Nasaruddin Umar
Yang
paling menakjubkan dari peradaban Islam ialah mengapa peradaban ini begitu
cepat membumi? Mengapa begitu gampang menembus batas geografis dan merasuk di
dalam lapis-lapis budaya masyarakat lokal? Peradaban Islam bagaikan mempunyai
kekuatan batin sehingga membuat sasaran-sasarannya tidak kuasa menolaknya,
karena bukan hanya gagasannya masuk akal tetapi juga sehati dengan masyarakat.
Apabila setelah peradaban Islam bersentuhan suatu negeri maka serta merta
negeri itu respek dan merelakan diri tunduk di bawah spirit peradaban baru ini.
Ternyata
kemudahan peradaban Islam berpenetrasi dengan mudah ke dalam lingkup peradaban
lokal disebabkan karena asas peradaban Islam sangat universal dan seolah tidak
menimbulkan ancaman bagi kekuatan-kekuatan lokal. Dengan kata lain, peradaban
Islam tidak menimbulkan ancaman terhadap pusat-pusat kerajaan dan pemerintahan
setempat. Kalaupun ada maka itu memang sejalan dengan nilai-nilai luhur lokal
mereka.
Di antara
asas-asas peradaban dan kebudayaan Islam itu ialah:
1)
al-ikha, yaitu menjunjung tinggi rasa persaudaraan kemanusiaan antara para
pendatang dan penduduk local. Program al-ikha' ini dicontohkan Nabi ketika
hijarah ke Madinah. Laki-laki pendatang (muhajirin) dikawinkan dengan perempuan
pribumi (anshar). Demikian pula sebaliknya, laki-laki anshar dikawinkan dengan
perempuan muhajirin. Akibatnya pembauran genetic yang dampaknya sangat
strategis secara psikologis sangat penting. Generasi penerus kedua kelompok
tidak direpotkan lagi dengan isu pribumi dan pendatang, karena terjadi
pembauran untuh antara keduanya.
2)
Al-Musawa, yaitu perinsip persamaan. Islam memperkenalkan asas peradabannya
dengan prinsip persamaan (al-musawa). Baik sebagai sesama makhluk biologis,
sesama pewaris sejarah peradaban masa lalu, dan bentuk-bentuk persamaan
lainnya. Islam selalu atau lebih sehingga mengedepankan prinsip persamaan
(pricile of identity) ketimbang prinsip perbedaan (pricile of negation).
Perinsip persamaan ini didasari oleh banyak ayat antara lain Q.S.
al-Hujurat/49:13).
3)
Al-Tasamuh, yaitu prinsip toleransi. Islam bukan hanya mewacanakan toleransi
sebagaimana banyak disinggung di dalam Al-Qur'an, antara lain Q.S.
al-Kafirun/109:1-6), tetapi juga dipraktekkan dalam lintasan sejarah umat Islam
di berbagai Negara, dari dulu sampai sekarang. Tidak kurang dari 15 kali kata
Nashara (Kristen) dan 10 kali kata Yahudi disebutkan di dalam Al-Qur'an. Bahkan
agama-agama minoritas non Abrahamic Religion seperti Al-Shabi'in. Ini semua
menggambarkan adanya spirit toleransi di dalam perkembangan kebudayaan dan
peradaban Islam.
4)
Al-Musyawarah yang sudah menjadi bahasa Indonesia (musyawarah) yang tidak lain
maknanya adalah demokrasi, yaitu memberi kesempatan secara terbuka kepada semua
pihak mengedepankan pendapatnya secara merdeka, tanpa harus khawatir sedikit
pun kepada siapapun, karena prinsip demokrasi ini sesuai dengan anjuran Allah
swt di dalam Q.S. Ali 'Imran/3:159). Allah Swt juga memberi contoh dengan
berdialog dengan para malaikat tentang rencana penciptaan amnesia (Q.S.
al-Baqarah/2:30 dst), berdialog dengan Iblis (Q.S. al-Hijr/15:32), dan manusia
(Q.S. al-A'raf/7:172).
5)
Al-Mu'awanah, yaitu prinsip tolong menolong atau gotong royong. Prinsip ini
didukung banyak seruan di dalam Al-Qur'an dan hadis. Atara lain Q.S.
al-Maidah/5:2). Kelima asas ini menjadi faktor mudahnya diterima tawaran
peradaban Islam di dalam dunia internasional. []
DETIK, 17
Apr 2020
Prof. Dr.
Nasaruddin Umar, MA | Imam Besar Masjid
Istiqlal Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar