Rabu, 04 Mei 2016

KH Mahrus Hasyim, Kiai Azimat Santri dan Masyarakat Pacitan



KH Mahrus Hasyim, Kiai Azimat Santri dan Masyarakat Pacitan


Santri Pondok Tremas dan masyarakat Pacitan, Jawa Timur dengan khidmat mengikuti pembacaan Kalimah Toyyibah Tahlil dalam rangka memperingati haul ke-10 salah satu pengasuh Pondok Tremas Pacitan, Almagfurlah KH Mahrus Hasyim, Kamis (17/3).

Tampak hadir dalam majlis haul ini para kiai diantaranya, Katib Syuriyah PBNU KH Luqman Harits, KH Muhammad Habib, KH Burhanuddin HB, KH Asif Hasyim, Kiai Waki’ Hasyim, KH Dhakwan tokoh masyarakat dan ratusan alumni pondok Tremas dari berbagai daerah.

Rangkaian peringatan haul diawali dengan kegiatan semaan Al-Qur’an bil ghoib dan ziarah ke makam almagfurlah KH Mahrus Hasyim di komplek makam Gunung Lembu bersama keluarga, para santri, dan alumni. 

KH Mahrus Hasyim yang wafat pada tahun 2006 lalu, dimata santri pondok Tremas dan masyarakat dikenal sebagai figur kiai yang tegas dan kharismatik.  Kepada para santrinya, Kiai Mahrus lebih banyak mengajarkan berbagai macam ilmu hikmah. Dalam mendidik santri, Kiai Mahrus juga dikenal sebagai kiai yang keras dan disiplin. Namun dibalik ketegasannya, Kiai Mahrus merupakan kiai yang santun dan memasyarakat.

Tidak heran bila semasa hidup, Kiai Mahrus menjadi azimatnya para santri dan masyarakat pada umumnya. Tiap hari, tak sedikit masyarakat yang sowan kepadanya untuk meminta barokah doa atau sekadar meminta nasehat untuk menyelesaikan permasalahan yang tengah mereka hadapi. 

Sejak usia remaja Kiai Mahrus terkenal sebagai santri nakal. Namun dibalik kenakalanya, dia sudah tekun melakukan berbagai jenis riyadhah atau lelaku batin. Diantaranya dengan tidak makan nasi dan hanya mengonsumsi kunir selama beberapa tahun lamanya. Kiai Mahrus juga sangat gemar belajar ilmu silat dan ilmu kanuragan.

Karena kenakalanya, Kiai Mahrus pernah dikirim oleh ayahnya KH Hasyim Ihsan untuk belajar kepada beberapa kiai di Rembang Jawa Tengah. Tak lama di Rembang, Ia kemudian melanjutkan pengembaraan menuntut ilmu kepada Kiai Jamal, Pesantren Batokan Kediri yang terkenal jadug itu. 

Dibawah bimbingan Kiai Jamal inilah, kiai Mahrus semakin tekun dalam mempelajari ilmu hikmah. Hingga setelah pulang ke Tremas, kiai Mahrus kelak kesohor sebagai kiai jadug yang menguasai ilmu hikmah dan didatangi banyak santri untuk berguru kepadanya. 

Selama mendidik santri, Kiai Mahrus selalu mengajarkan santri untuk giat beribadah dan tekun melakukan berbagai macam tirakat dalam rangka mengolah batin dan raga. Sebab tirakat merupakan salah satu jalan mendekatkan diri kepada Allah SWT dan untuk mempermudah santri dalam menerima berbagai ilmu yang disampaikan oleh guru.

Ada nasihat tegas dari Kiai Mahrus yang selalu diingat oleh para santri pondok Tremas, diantaranya para santri tidak boleh melakukan pacaran. Sebab pacaran dapat membuat seseorang mudah pikun dan sulit menerima ilmu. “Dadi santri ojo seneng pacaran, mundak gampang pikun (Jadi para santri tidak boleh pacaran sebab bisa menyebabkan pikun),” demikian salah satu nasihatnya. []

(Zaenal Faizin)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar