KH Mahrus Hasyim,
Kiai Azimat Santri dan Masyarakat Pacitan
Santri Pondok Tremas
dan masyarakat Pacitan, Jawa Timur dengan khidmat mengikuti pembacaan Kalimah
Toyyibah Tahlil dalam rangka memperingati haul ke-10 salah satu pengasuh Pondok
Tremas Pacitan, Almagfurlah KH Mahrus Hasyim, Kamis (17/3).
Tampak hadir dalam
majlis haul ini para kiai diantaranya, Katib Syuriyah PBNU KH Luqman Harits, KH
Muhammad Habib, KH Burhanuddin HB, KH Asif Hasyim, Kiai Waki’ Hasyim, KH
Dhakwan tokoh masyarakat dan ratusan alumni pondok Tremas dari berbagai daerah.
Rangkaian peringatan
haul diawali dengan kegiatan semaan Al-Qur’an bil ghoib dan ziarah ke makam
almagfurlah KH Mahrus Hasyim di komplek makam Gunung Lembu bersama keluarga,
para santri, dan alumni.
KH Mahrus Hasyim yang
wafat pada tahun 2006 lalu, dimata santri pondok Tremas dan masyarakat dikenal
sebagai figur kiai yang tegas dan kharismatik. Kepada para santrinya,
Kiai Mahrus lebih banyak mengajarkan berbagai macam ilmu hikmah. Dalam mendidik
santri, Kiai Mahrus juga dikenal sebagai kiai yang keras dan disiplin. Namun dibalik
ketegasannya, Kiai Mahrus merupakan kiai yang santun dan memasyarakat.
Tidak heran bila
semasa hidup, Kiai Mahrus menjadi azimatnya para santri dan masyarakat pada
umumnya. Tiap hari, tak sedikit masyarakat yang sowan kepadanya untuk meminta
barokah doa atau sekadar meminta nasehat untuk menyelesaikan permasalahan yang
tengah mereka hadapi.
Sejak usia remaja
Kiai Mahrus terkenal sebagai santri nakal. Namun dibalik kenakalanya, dia sudah
tekun melakukan berbagai jenis riyadhah atau lelaku batin. Diantaranya dengan
tidak makan nasi dan hanya mengonsumsi kunir selama beberapa tahun lamanya.
Kiai Mahrus juga sangat gemar belajar ilmu silat dan ilmu kanuragan.
Karena kenakalanya,
Kiai Mahrus pernah dikirim oleh ayahnya KH Hasyim Ihsan untuk belajar kepada
beberapa kiai di Rembang Jawa Tengah. Tak lama di Rembang, Ia kemudian
melanjutkan pengembaraan menuntut ilmu kepada Kiai Jamal, Pesantren Batokan
Kediri yang terkenal jadug itu.
Dibawah bimbingan
Kiai Jamal inilah, kiai Mahrus semakin tekun dalam mempelajari ilmu hikmah.
Hingga setelah pulang ke Tremas, kiai Mahrus kelak kesohor sebagai kiai jadug
yang menguasai ilmu hikmah dan didatangi banyak santri untuk berguru
kepadanya.
Selama mendidik
santri, Kiai Mahrus selalu mengajarkan santri untuk giat beribadah dan tekun
melakukan berbagai macam tirakat dalam rangka mengolah batin dan raga. Sebab
tirakat merupakan salah satu jalan mendekatkan diri kepada Allah SWT dan untuk
mempermudah santri dalam menerima berbagai ilmu yang disampaikan oleh guru.
Ada nasihat tegas
dari Kiai Mahrus yang selalu diingat oleh para santri pondok Tremas,
diantaranya para santri tidak boleh melakukan pacaran. Sebab pacaran dapat membuat
seseorang mudah pikun dan sulit menerima ilmu. “Dadi santri ojo seneng pacaran,
mundak gampang pikun (Jadi para santri tidak boleh pacaran sebab bisa
menyebabkan pikun),” demikian salah satu nasihatnya. []
(Zaenal Faizin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar