Menyikapi Duka Ala
Muhammad
Judul
: Kala Rasul Berduka
Penulis
: Abdul
Wahid Hasan
Penerbit
: Mizan Pustaka
Cetakan I
: Juni 2014
ISBN
: 978-602-1337-19-6
Tebal
: 251 halaman
Peresensi
: Saiful Fawait, Mahasiswa Institut Ilmu Keislaman Annuqayah, Guluk-Guluk,
Sumenep, Jawa Timur
Manusia hidup di
dunia tidak akan pernah terlepas dari berbagai musibah yang datang
silih-berganti, musibah tersebut tentunya akan membuat hati kita berduka dan
terluka. Allah Swt. tidak hanya memberikan kenikmatan secara kasap mata, tetapi
juga memberikan cobaan-cobaan untuk menguji semua makhluk-Nya, walaupun pada
hakikatnya cobaan-cobaan tersebut juga termasuk sebuah kenikmatan dari Allah
yang patut kita syukuri.
Orang-orang yang
sadar akan sangat bersuyukur ketika Allah menguji mereka, karena dengan ujian
tersebut berarti Allah masih “peduli” dengan keberadaan mereka di muka bumi.
Semakin berat ujian yang menimpa maka semakin tinggi derajat kita di sisi-Nya,
akan tetapi semua itu kembali pada diri kita sendiri, bagaimana diri kita bisa
menghadapi ujian-ujian tersebut dengan hati lapang dan semakin mendekatkan diri
kita kepada-Nya. Namun, jika datangnya musibah itu dianggap sebagai teror dari
Allah sehingga kita merasa tidak terima akan ketentuan Allah yang telah
ditakdirkan kepada kita, bahkan sampai mengeluarkan kata-kata yang menyebabkan
diri kita keluar dari Islam, maka bukan derajat tinggi yang kita peroleh akan
tetapi kemurkaan Allah yang akan menemani hari-hari kita (na’udzu billahi min
dzalik).
Ketika kita ditimpa
suatu musibah terkadang tebersit di hati kita, mengapa aku ditimpa musibah
seberat ini? Kenapa Tuhan begitu tega membiarkan aku menderita seperti ini?
Apakah Tuhan sudah tidak kasihan kepadaku? Padahal tak sepantasnya kita seperti
itu, karena hal tersebut dapat menyeret kita pada kemurkaan Allah. Karena Allah
tidak akan memberi suatu ujian kepada manusia di luar kemampuannya.
Musibah bukan sesuatu
yang tidak mungkin terjadi pada kehidupan manusia, hal tersebut sudah barang
tentu menimpa masing-masing manusia yang masih bernyawa, sehingga dapat
dikatakan bahwa kita tidak mungkin dan tidak akan bisa menghindar dari musibah.
Dari hal itu, kita harus menyiapkan diri untuk bisa mengatasi dan menghadapi setiap
musibah dengan hati yang tulus dan penuh ikhlas, seperti yang dilakukan oleh
Nabi Muhammad Saw. Kehidupan Rasulullah penuh dengan penderitaan dan
penyiksaan, namun beliau menjalaninya dengan lapang dada sehingga beliau
diangkat menjadi manusia nomor satu di muka bumi.
Abdul Wahid Hasan,
penulis asal Sumenep menyusun sebuah buku tentang kisah kehidupan Rasulullah
yang penuh dengan luka dan duka. Buku yang berjudul “Kala Rasul Berduka”
tersebut memberikan banyak pelajaran tentang bagaimana sepak terjang Rasulullah
menghadapi berbagai macam cobaan, penderitaan, penyiksaan sampai persoalan
rumah tangga yang terus mewarnai kehidupan beliau.
Sejak masih bayi
beliau sudah ditimpa musibah yang amat besar. Sebelum lahir, beliau sudah
ditinggalkan untuk selama-selamanya oleh sang ayah tercinta, sehingga beliau
tidak mengenali seperti apa wajah ayah yang wafat sejak beliau berusia enam
bulan dalam kandungan. Menginjak usia enam tahun-an beliau kembali dilanda
musibah yang sangat menyesakkan dada, di usia yang sangat muda beliau harus
kehilangan ibu (Aminah) yang sangat menyayangi anak semata-wayangnya tersebut.
Pada usia tersebut
beliau sudah menyandang status yatim piatu, hidup sebatang kara tanpa seorang
ayah dan ibu di sampingnya, tanpa dekapan dan kasih sayang dari kedua
orangtuanya, (halaman 15). Selanjutnya beliau diasuh oleh kakeknya sendiri
(Abdul Muththalib) orang yang sangat berwibawa di mata masyarakat. Namun,
beliau hanya mengasuh dan menumpahkan kasih sayangnya kepada cucu yang sangat
dicintainya itu selama dua tahun, beliau juga menyusul putranya (Abdullah ibn
Abdul Muththalib) dan menantunya (Aminah) menghadap Tuhan dalam usia 110 tahun,
(halaman 26). Tentu Muhammad yang saat itu berumur delapan tahun merasa sangat
terpukul atas kejadian itu, karena sang kakek sangat mencintainya dan
memperlakukannya begitu istimewa.
Tidak berhenti di
situ, ujian demi ujian terus beliau alami bersama bergulirnya waktu, beliau
terus kehilangan orang-orang yang dicintainya yang menjadi pelindung baginya
dari berbagai hal yang membahayakan. Mulai dari meninggalnya Abu Thalib (paman
yang menjadi benteng pertahanan dan pelindung perjuangan), kepergian istri
tercinta—Khadijah al-Khubra (pelindung dan tempat berteduh yang damai),
kepulangan Hamzah (paman yang menjadi pahlawan perkasa dalam memperjuangkan
agama Islam), kematian putra-putrinya di usia yang sangat dini.
Selain itu beliau
juga harus menerima cacian dan makian dari orang-orang yang tidak menyukainya.
Lebih dari itu, siksaan secara fisik pun beliau rasakan. Gelombang perjalanan
hidup Nabi ini sangat pahit dan menyedihkan. Persoalan rumah tangga juga turut
menambah sesaknya dada, salah satunya tentang isu perselingkuhan Aisyah (istri
Nabi) dengan sahabat Shafwan ibn Mu’athal al-Sulami al-Dzakwani, (halaman 203).
Namun, ujian-ujian
tersebut tak membuat hati beliau berpaling dari Allah, tak tebersit sedikit pun
rasa kecewa kepada Allah atas apa yang telah Dia berikan, apalagi sampai
melontarkan kata-kata yang tak pantas diucapkan. Bahkan dengan beberapa
kejadian tersebut membuat beliau semakin mendekatkan diri kepada sang Ilahi.
Beliau menghadapinya dengan penuh ketabahan dan kesabaran.
Dengan bahasa yang
indah penulis suguhkan kepada pembaca dengan tiga pokok bahasan: Kehilangan
Orang-Orang Terkasih, Ganasnya Serangan Musuh, dan Gelombang dalam Keluarga.
Buku terbitan Mizan Pustaka ini lebih banyak mengisahkan kehidupan Rasulullah
ketika ditimpa musibah. Selain itu penulis terkadang menjelaskan beberapa
hikmah yang terkandung di balik datangnya musibah. Ayat Al-Quran dan Al-Hadits
juga menambah kekompletan buku ini, berikut arti dan asbabun nuzul-nya.
Hadirnya buku setebal
251 halaman ini turut menyadarkan kita bahwa begitu besarnya perjuangan Nabi
dalam menegakkan agama Allah, dan betapa lembutnya hati Nabi dalam menyikapi
berbagai persoalan. Sekaligus buku ini mengajarkan tentang arti sebuah
ketabahan dan kesabaran. Selamat membaca, semoga bermanfaat!!! []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar