Bejo,
Perawat Lingkungan
Oleh:
Ahmad Syafii Maarif
Hatinya
putih bak kapas, sikapnya lurus, polos tanpa minta dikasihi. Dia sudah difabel
sejak bayi, tetapi masih bisa berjalan tanpa tongkat dan lihai bersepeda. Entah
berapa puluh halaman rumah warga di Nogotirto Elok 2 yang disapunya saban hari
di samping membersihkan keliling masjid YAMP (Yayasan Amal-Bhakti Muslim
Pancasila) kami yang makmur.
Bejo
merawat lingkungan dari pukul 05.00 sampai pukul 09.00 pagi. Jika ada pekerjaan
tambahan dari warga, dia bisa bekerja sampai siang, nyaris tanpa istirahat.
Dengan
bangunan fisiknya yang kurang sempurna, Bejo bekerja dengan penuh disiplin.
Sama sekali tidak perlu pengawasan. Beri dia tugas, akan ditandanginya sampai
rampung, tanpa menanyakan berapa upahnya. Alangkah bahagianya hidup manusia
serbasederhana ini, sebuah suasana yang belum tentu saya miliki.
Nama
kecilnya Bejo Sudarsono. “Setelah bersuami [mestinya beristri] oleh Kiai Mlangi
diberi nama baru Muhammad Nur Salim,” katanya suatu ketika baru-baru ini kepada
saya. Setiap berjumpa saya langsung menyapanya “Jo,” langsung disahut, “Ya Pak,
ya Pak.”
Dia paham
bahasa Indonesia. Tidak ada kesulitan untuk berkomunikasi dengannya. Gerobak
dan sepeda dengan dua keranjang adalah sahabat setianya untuk menopang
kehidupan keluarganya.
Tugasnya
bukan hanya sebatas menyapu, juga menggarap sawah. Daun-daun pepohonan
pekarangan perumahan tidak disia-siakannya: diangkutnya dengan gerobak yang
ditariknya sendiri untuk jadi rabuk padi. Kadang-kadang dedaunan itu dibawanya
dengan dua keranjang belakang sepedanya.
Saya
belum bertanya, apakah sawah yang digarapnya milik dia atau bukan. Juga, belum
saya tanyakan tentang apa pekerjaan utamanya sebelum di kawasan ini berdiri
perumahan warga pendatang.
Sekarang
semakin banyak saja rakyat kecil yang menjual sawah miliknya sehingga jadilah
dia sebagai buruh tani dengan menggarap sawah orang lain, bisa jadi bekas
miliknya. Tragedi akuisisi lahan ini semakin masif di Jawa, tidak saja di
kawasan perdesaan, juga di perkotaan. Wong cilik semakin tersingkir dalam
suatu negara berdasarkan Pancasila dengan sila kelima “Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia”.
Penghasilannya
per bulan sudah di atas UMR, belum pemberian tak terjadwal dari warga. Jika
diberi, tidak pernah minta tambahan, sebagai simbol dari ketulusannya. Yang
mengagumkan lagi, sahabat kita ini pernah pula turut berkurban seekor kambing
pada Hari Raya Idul Qurban beberapa tahun yang lalu melalui cara arisan.
Putranya
empat, dua sudah wafat, dan punya dua cucu. Tempat tinggalnya dalam lingkungan
Dusun Kayengan, Pedukuhan Ponowaren, berjarak sangat dekat dengan perumahan
kami.
Ketika
ditanya berapa usianya, dijawab dia kelahiran tahun 1957 atau 1958. Jadi, sudah
mendekati kepala enam. Keceriaannya tidak memudar, fisiknya tahan panas,
kadang-kadang saat gerimis dia tidak beristirahat. Tetap saja ia tekun
menunaikan tugasnya tanpa mengeluh. Pernah ia ditabrak honda, sampai beberapa
bulan tidak bisa bekerja.
Sekarang
kondisinya sudah pulih seperti sediakala. Bejo atau Nur Salim adalah di antara
warga bangsa yang tidak mau menggantungkan nasibnya kepada orang lain. Dia
bekerja, menyapu, kadang-kadang memangkas tanaman jika diminta warga.
Sebelum
berkeluarga, Bejo pernah pula menyantri di Pondok Mlangi selama setahun, sebuah
kawasan santri yang cukup dikenal di Yogyakarta, sekitar satu kilometer ke arah
barat dari perumahan kami. Karena keburu menikah, pesantren terpaksa
ditinggalkannya. Mlangi juga dikenal sebagai pusat industri pembuatan kok bulu
tangkis.
Sebagai
seorang yang pernah di pesantren, Bejo bisa membaca Alquran dan tentu mengerti
dasar-dasar agama. Di mushala dekat rumahnya, perannya cukup penting.
Sekali-sekali Bejo ikut salat berjamaah di Masjid Nogotirto dengan pakaian yang
rapi, lengkap dengan sarung dan kopiah hitamnya yang lancip.
Jika Tuan
dan Puan berkunjung ke perumahan Nogotirto Elok 2 di kala pagi, hampir dapat
dipastikan akan berjumpa dengan sahabat kita yang baik hati ini: Bejo Sudarsono
atau Muhammad Nur Salim. []
REPUBLIKA,
03 Mei 2016
Ahmad Syafii Maarif | Mantan Ketua
Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar