Senin, 02 Mei 2016

Syekh Al-Azhar Abdul Halim Mahmud di Mata Quraish Shihab



Syekh Al-Azhar Abdul Halim Mahmud di Mata Quraish Shihab

Pakar Tafsir Al-Qur'an tanah air, Muhammad Quraish Shihab, sebagai murid Syekh Abdul Halim Mahmud sewaktu masih kuliah di Universitas Al-Azhar, Kairo Mesir mempunyai kesan khusus dan mendalam terhadap guru dan dosennya itu. 

Hal itu dia kemukakan dalam kata pengantar salah satu bukunya yang berjudul "Logika Agama, Kedudukan Wahyu dan Batas-Batas Akal dalam Islam" yang diterbitkan Lentera Hati tahun 2005. Penulis tafsir Al-Misbah tersebut menyatakan, pernah menjadi murid Syekh Abdul Halim Mahmud secara langsung tepatnya saat berada di Fakultas Ushuluddin.

Syekh Abdul Halim Mahmud (wafat 1978) adalah Imam Akbar dan Syekh Al-Azhar, yaitu pemimpin tertinggi lembaga-lembaga Al-Azhar tahun 1970 hingga 1978. Syekh Abdul Halim juga digelari dengan Imam Al-Ghazali Abad XIV H.

Menurut Quraish Shihab, Syekh Abdul Halim Mahmud merupakan tokoh yang sangat sederhana dan tulus. Meskipun sudah menjadi imam kaum muslimin, dia tetap menghuni rumah yang begitu sederhana.  Bahkan mantan rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini mengaku kerap berangkat naik bus umum bersama Syekh Abdul Halim Mahmud menuju fakultas. 

Pemandangan seperti itu, yaitu pengalaman berangkat bersama dalam satu bus berlangsung, baik Syekh Abdul Halim Mahmud sudah diangkat menjadi Dekan Fakultas maupun belum sebagai dekan Fakultas.

Salah satu karakter yang sangat mengesankan dari kepribadian Syekh Abdul Halim Mahmud menurut Quraish Shihab adalah walaupun dia dapat meraih gelar PhD dari Sorbonne University di Prancis dan sempat hidup lama di Paris (sejak 1932-1942), tetapi hiruk-pikuk dan glamornya kota itu, sedikitpun tak berbekas pada pikiran dan hatinya. Syekh Abdul Halim tetap mampu memelihara identitas keislamannya. Di samping itu, menurut Quraish Shihab, penghayatan dan pengamalannya menyangkut nilai-nilai spiritual sungguh sangat mengagumkan.

Kendati tokoh pengagum Imam al-Ghazali ini merupakan seorang pengamal tasawuf yang tentunya sangat percaya kepada hal-hal yang bersifat supra-rasional (ghaib), namun di sisi lain, Syekh Abdul Halim juga diakui oleh semua pihak tentang perjuangan dan kegigihannya dalam menjelaskan ajaran-ajaran Islam secara rasional.

Karena kegigihan dan perjuangan dalam membela dan memperkuat argumentasi ajaran-ajaran Islam itulah, kata anggota dewan pentashih Al-Qur'an itu, maka Syekh Abdul Halim Mahmud terpilih menjadi Imam Akbar, Syekh Al-Azhar (pemimpin tertinggi lembaga-lembaga Al-Azhar) dari tahun 1970 hingga 1978. []

(M Haromain)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar