Kamis, 17 September 2015

(Ngaji of the Day) Fadhilah Puasa di Bulan Dzul Hijjah



Fadhilah Puasa di Bulan Dzul Hijjah

Allah swt memiliki tiga waktu istimewa yang masing-masing berisi sepuluh hari dalam tiap tahunnya yang dibahasakan dengan stalsta a’syaratin (sepuluh hari yang tiga) yaitu 10 hari terakhir di bulan Ramadhan (asyrul awakhir min ramadhan), 10 hari di awal bulan Dzul Hijjah, dan 10 hari pertama pada bulan Muharram.

Banyak hadits yang menerangkan keistimewaan bulan Dzul Hijjah. Bulan yang seharusnya dimanfaatkan kaum muslimin untuk melipat gandakan ibadahnya karena, pahala yang dijanjikan Allah swt di dalamnya sangat luar biasa. Dua hadits berikut dapat dijadikan ukuran keistimewaan bulan Dzul Hijjah ini.

عن ابن عباس رضي الله عنهما قال: مامن أيام العمل الصالح فيها أحب الى الله عزوجل منه فى هذه الأيام يعنى ايام العشر, قالوا ولاالجهاد فى سبيل الله؟ قال: ولا الجهاد فى سبيل الله, الا رجل خرج بنفسه وماله فلم يرجع من ذلك بشيء  

Dari Ibnu Abbas ra. ia berkata “Tidak ada hari di mana amal shaleh di dalamnya sangat dicintai oleh Allah  melebihi 10 hari pertama bulan Dzul Hijjah. Para sahabat lantas bertanya “apakah amal itu dapat membandingi pahala jihad fi sabilillah?” bahkan amal pada 10 hari Dzil Hijjah lebih baik dari pada jihad fi sabilillah kecuali jihadnya seorang lelaki yang mengorbankan dirinya, hartanya, dan dia kembali tanpa membawa semua itu (juga nyawanya) sehingga ia mati sahid. Tentu yang demikian itu (mati sahid) lebih baik.

عن أبى هريهرة رضي الله عنه, عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال: ما من ايام احب الى الله تعالى أن يتعبد له فيهن من أيام عشر ذى الحجة, وان صيام يوم يعدل صيام سنة, وقيام ليلة كقيام سنة   

Tidak ada hari yang paling disukai oleh Allah swt,  dimana Dia disembah pada hari itu kecuali, sepuluh hari bulan Dzul Hijjah. Puasa satu hari di dalamnya sama halnya dengan puasa satu tahun. Ibadah, shalat malam sekali pada malamnya seperti sahalat malam selama satu tahun pula.

Ada tiga hari teristimewa dalam sepuluh hari spesial awal bulan Dzul Hijjah, yaitu tanggal 8 Dzil Hijjah yang disebut dengan yaumu tarwiyah, tanggal 9 Dzil Hijjah yang disebut yaumul ‘arafah dan tanggal 10 Dzil Hijjah yang disebut yaumun nahr. Meskipun tiga hari ini bernilai spesial, tetapi ketujuh hari lannya juga msih tetap istimewa karena kandungan sejarah yang luar biasa.

Secara historis, Ibnu Abbas pernah menerangkan bahwa dalam rentangan sejarahnya hari-hari di sepuluh pertama bulan Dzul Hijjah ini adalah hari penuh makna karena terjadi berbagai peristiwa besar yang berhubungan pada perubahan kehidupan manusia selanjutnya.

Hari pertama Dzul Hijjah adalah hari pertama dimaafkannya Nabi Adam oleh Allah swt, setelah beberapa lama beliau meminta pengampuanan atas kesalahannya memakan buah huldi di surga. Oleh karena itu Rasulullah saw pernah bersabda:

Barang siapa yang berpuasa di hari pertama bulan Dzul Hijjah maka Allah akan memaafkan dosa-dosanya sebagaimana yang terjadi kepada Nabi Adam.

Hari kedua Dzul Hijjah adalah hari diselamatkannya Nabi Yunus as oleh ikan Nun setelah beberapa hari berada di dalam perutnya sembari terus bertasbih dan beribadah kepada Allah swt. Pada hari inilah Nabi Yunus dipersilahkan keluar dari perut ikan Nun. Oleh karena itulah Rasulullah saw pernah bersabda:

Barang siapa beribadah di hari kedua bulan Dzul Hijjah baginya pahala yang menyerupai ibadah satu tahun tanpa ada maksiat.

Hari ketiga Dzul Hijjah adalah hari dikabulkannya do’a nabi Zakariya as. untuk kemudian dianugerahi seorang anak.namanya Yahya. Adapun hari keempat Dzul Hijjah adalah hari kelahiran Nabi Isa as. Hari kelima Dzul Hijjah hari kelahiran Musa as. Hari keenam Dzul Hijjah adalah hari-hari kemenangan para Nabi dalam memperjuangkan ajaran tauhid. Hari ketujuh bulan Dzul Hijjah adalah hari ditutupnya pintu neraka Jahannam. Oleh karena itu Rasulullah saw pernah bersabda:

Barang siapa berpuasa di hari ke tujuh bulan Dzul Hijjah akan ditutup tiga puluh kesulitan dalam hidupnya dan dibuka tiga puluh pitu kemudahan baginya.

Adapun hari kedelapan yang disebut dengan hari tarwiyah diantara fadhilah yang masyhur bagi mereka yang berpuasa pada hari tarwiyah maka baginya pahala yang sangat besar, yang karena sangat besarnya tiada yang tahu pasti ukurannya kecuali allah swt.

Begitu pula hari kesembilan yang disebut dengan hari tasu’a, barang siapa yang berpuasa pada hari kesembilan maka pahala baginya seperti berpuasa selama enampuluh tahun. Adapun pada hari kesepuluh yang disebut dengan yaumun nahr hari penyembelihan korban, maka diharamkan kepada siapapun berpuasa waktu itu. []

Sumber: NU Online

Tidak ada komentar:

Posting Komentar