Rabu, 12 April 2017

Pondok Pesantren dan Sanad Keilmuan Islam Nusantara



Pondok Pesantren dan Sanad Keilmuan Islam Nusantara

Pondok Pesantren dalam pendidikan Islam sejak zaman dahulu mempunyai peran signifikan. Belakangan ini di tengah tantangan global, sekurangnya pesantren mempunyai peran penting pada tiga hal.

Pertama, untuk pendidikan agama/akhlak (tafaqquh fiddin); kedua, penguatan agama dan bahasa Asing (modern); ketiga, persiapan kompetisi global dengan dunia Barat (Islam dan sains). 

Satu hal yang acapkali dilupakan orang tua atau wali para santri/peserta didik adalah sanad (jaringan) keilmuan dalam pendidikan (pembelajaran) Islam hingga sebuah pesantren itu masih tetap berdiri dan berlangsung. Tentu saja, hal itu hanya berlaku bagi pesantren yang berusia cukup tua.

Berkaitan dengan itu, penulis punya pengalaman menarik, yang penulis temukan pada saat ikut dalam rombongan kegiatan Anjangsana Islam Nusantara Program Pascasarjana Magister STAINU Jakarta pada 23-28 Januari 2016 di Pulau Jawa. 

Khususnya ketika silaturahim di beberapa pondok pesantren, yaitu di Kanzus Shalawat Pekalongan (Habib Luthfi), At-Taufiqy Wonopringgo Pekalongan (Kiai Taufiq), Kaliwungu Kendal (Kiai Dimyati Rois), Raudlatut Thalibin Rembang (Kiai Mustofa Bisri/Gus Mus), Al-Anwar Rembang (Kiai Maemun Zubair, Mbah Mun), Amanatul Ummah Pacet Mojokerto (Kiai Asep Saifuddin Chalim), Tebuireng (Gus Sholah) dan Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta (Kiai Nadjib Abdul Qadir).

Dari pesantren-pesantren di atas, semuanya mempunyai silsilah (sanad) keilmuan yang jelas dengan ulama-ulama di Nusantara, wabil khusus keterkaitannya dengan para pendiri Nahdlatul Ulama. Tulisan tangan atau naskah kuno juga menjadi bukti lain dari sanad keilmuan tersebut. 

Sebagai contoh salah satunya, pesantren Amanatul Ummah milik Kiai Asep Saifuddin Chalim. Sebelum mendirikan pesantren yang sangat modern dari sisi pengelolaan dan materi pendidikannya, Kiai Asep ini adalah salah satu putra Kiai Abdul Chalim Leuwimunding Majalengka, Jawa Barat, Kiai Chalim pernah nyantri dengan Hadlratussyekh Hasyim Asy’ari dan berguru kepada Kiai Wahab Hasbullah.

Pesantren Amanatul Ummah adalah di antara sedikit pesantren NU yang telah mendesain sejak awal untuk menyongsong peradaban pendidikan global dengan tetap pada tradisi NU, mulai dari Aswaja hingga keindonesiaan-nya. Tradisi tahqiq (filologis) juga dikenalkan sejak dini, hampir setiap hari oleh para pengasuhnya. 

Oleh karena itu, apabila para alumninya yang telah belajar di perguruan tinggi ternama di Indonesia seperti UGM, UI, UNDIP, UIN, maupun di Eropa, Amerika, Asia, Timur Tengah, dan negara-negara lain, sudah dapat dipastikan mempunyai jalur sanad keilmuana Islam Nusantara. Hal itu tidak perlu diragukan lagi.

Sanad keilmuan melalui pesantren semacam itu sangat penting saat ini di tengah budaya pragmatisme umat yang hanya belajar melalui google tanpa mau belajar langsung dengan para kiai atau guru yang mempunyai sanad keilmuan yang tersambung dengan Nabi Muhammad SAW. 

Di situlah salah satu pentingnya memilih pesantren yang mempunyai sanad keilmuan yang jelas, bukan semata-mata hanya untuk kepentingan kompetisi global, tetapi juga tafaqquh fiddin tetap dijaga. []

Mahrus EL-Mawa, Wakil Ketua PP LP Ma'arif NU, Koordinator Diklat Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manassa) Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar