Jejak dan
Derap Peradaban Islam (3)
Peradaban
Islam: Iqra' bi Ism Rabbik (1)
Oleh:
Nasaruddin Umar
Prof.
L.W.H. Hull dalam buku monumentalnya, History and Philosophy of science
mengungkapkan, siklus pergumulan antara agama, filsafat, dan ilmu, yang
kemudian melahirkan corak peradabannya masing-masing, terjadi setiap enam abad.
Ia memulai mengkaji enam abad SM sampai abad pertama Masehi ditandai dengan
lahir dan berkembangnya pemikiran tokoh-tokoh filsafat Yunani yang amat tersohor
seperti Tales (ahli filsafat, astronomi, dan geometrika), Pytagoras (geometrika
dan aritmatika), Aristoteles (ahli filsafat, ilmu empiris, yang juga dikenal
sebagai pendiri Mazhab Alexandria, yang lebih menekankan pendekatan induktif),
Plato (ahli filsafat, ilmu-ilmu rasional, yang lebih dikenal dengan pendiri
Mazhab Atena, yang lebih menekankan pendekatan deduktif). Periode ini para
filosof menenggelamkan peran dan popularitas pemimpin politik dan pemimpin
agama.
Periode
kedua, ditandai dengan lahirnya Nabi Isa (1M) sampai lahirnya Nabi Muhammad(VI
M). Periode ini ditandai dengan merosotnya pengaruh dan popularitas para
filosof dan menguatnya peran penguasa yang sekaligus sebagai penguasa gereja.
Mereka mengatasnamakan diri sebagai wakil Tuhan di bumi. Dengan demikian,
otoritas, dan penentu kebenaran berada di tangan Raja (Romawi). Dalam periode
ini hampir tidak ditemukan tokoh pemikir dan filsafat. Sebaliknya tercatat
sejumlah raja yang sangat full power. Di masa ini orang-orang tidak berani
berfikir dan mengkaji ilmu pengetahuan, karena bisa saja berarti malapetaka
baginya, terutama jika teori dan hasil pemikirannya berbeda, apalagi
bertentangan dengan pendapat gereja (baca: agama). Tidak sedikit pemikir dan
ilmuwan berkorban karena mereka mencoba memperkenalkan kebenaran di luar
gereja. Akibatnya muncullah zaman kegelapan di mana tidak ada lagi keberanian
untuk melakukan pengkajian dan aktifitas ilmu pengetahuan. Kondisi obyektif
seperti ini menurut Marshall G.S. Hodgson dalam
"The Venture of Islam", yang kemudian disebut dengan "zaman
jahiliyah" dan sekaligus menjadi background lahirnya agama dan peradaban
Islam.
Periode ketiga, ditandai dengan lahirnya Nabi Muhammad (abad VI M) sampai abad kebangkitan Eropa (abad XIII M). Periode ini diawali dengan abad kegelapan Kristen Eropa sebagai akibat dominannya raja yang mengambil alih otoritas gereja. Periode ini juga ditandai dengan lahirnya Nabi Muhammad SAW, seorang tokoh fenomenal dari gurun pasir Mekah yang dijelaskan dalam artikel terdahulu. Ia menjadi figure central dalam dalam periode ini. Tentu yang amat penting dalam periode ini ialah kehadiran wahyu Al Quran sebagai pedoman hidup. Ia kemudian dilukiskan sebagai The best Leader dan The Best Manager, bukan hanya dalam kurun waktu kehidupannya tetapi menurut Michael H.Hart dalam "100 A Ranking of The Most Influetial Persons in History", hingga saat ini ia tak tertandingi kehebatannya.
Dalam
periode ini banyak sekali prestasi kemanusiaan yang dapat dicatat, antara lain
lahirnya tokoh-tokoh agama seperti lahirnya empat imam mazhab (Abu Hanifah,
Malik, Syafii' dan Ahmad Ibn Hambali) dan tokoh-tokoh sains dan filsafat,
bangkitnya kembali pemikiran dan filsafat ala Yunani, sehingga dalam periode
ini disebut periode filsafat Yunani II. Periode ini dicatat sejumlah tokoh dari
berbagai disiplin ilmu yang karya-karyanya diwarisi hingga saat ini. Bukan
hanya dalam bidang keagamaan dan hukum kemasyarakatan seperti fikih tetapi juga
dalam bidang sains dan teknologi sebagaimana akan diuraikan dalam artikel
mendatang. Periode ini juga menggabungkan antara semangat ilmu pengetahuan dan
teknologi (iqra') dan spirit agama (bi ism Rabbik). Antara keduanya ternyata
tidak mesti dipertentangkan. Sinergi antara keduanya melahirkan gelombang
peradaban Islam. Sebutlah gelombang peradaban ini dengan peradaban Iqra' bi Ism
Rabbik. []
DETIK, 18
Apr 2020
Prof. Dr.
Nasaruddin Umar, MA | Imam Besar Masjid
Istiqlal Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar