Rabu, 13 Mei 2020

(Hikmah of the Day) Yang Bisa Menyelamatkan dari Siksa Kubur

Yang Bisa Menyelamatkan dari Siksa Kubur


“Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)-nya. Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)-nya.” (QS. Al-Zalzalah: 7-8)

Alam kubur menjadi alam penguhubung antara alam dunia dan alam akhirat. Mereka yang sudah meninggal dari dunia akan berada di alam ini hingga datangnya hari kiamat, hingga kemudian berpindah ke alam akhirat. Selama di alam kubur ini, manusia juga akan menerima ganjaran atas apa yang mereka perbuat selama di dunia.

 

Tidak ada yang tahu pasti, kecuali Allah, penghuni kubur mana yang mendapatkan rahmat dan mereka mendapatkan siksa. Ada seorang yang dikenal alim dan ahli ibadah selama di dunia, namun disiksa di alam kubur karena ‘urusan tusuk gigi’.

 

Ada juga yang mendapatkan nikmat kubur karena membiarkan serangga meminum cairan di ujung penanya. Kebaikan atau kejahatan yang dianggap ‘remeh’ di dunia bisa menjadi penentu nasib seseorang ketika di alam kubur dan alam akhirat. Semua tergantung ketentuan dan keridhaan Allah.

 

Lantas bagaimana caranya agar seseorang terbebas dari siksa alam kubur? Ibnu Qayyim al-Jauziyah dalam Ruh (2012) mengemukakan dua jawaban; secara umum dan secara rinci terkait dengan hal tersebut—yang bisa menyelamatkan seseorang dari siksa kubur. Pertama, menghindari semua perkara yang bisa mendatangkan siksa kubur. Ini merupakan cara global yang disampaikan Ibnu Qayyim.

 

Caranya, seseorang melaksanakan muhasabah diri sebelum tidur malam. Ia menghisab dirinya sendiri; apa keuntungan dan kerugian yang diperbuatnya pada hari itu. Jika ia melakukan keburukan, maka ia berjanji bertaubat dan tidak akan mengulanginya pada keesokan harinya.

 

Karena dengan demikian, jika dia meninggal maka dia meninggal dalam keadaan taubat. Jika dia masih hidup keesokan harinya, maka ia memiliki kesempatan untuk melakukan apa yang belum diperbuatnya sebelum menghadap Allah. Itu harus dilakukan setiap hari. Dan akan lebih baik lagi, kalau muhasabah diri tersebut disertai dengan berdzikir kepada Allah.

 

Kedua, melakukan amalan atau orang yang meninggal dalam keadaan tertentu. Ini merupakan jawaban Ibnu Qayyim secara rinci. Ibnu Qayyim menjelaskan, ada beberapa amalan yang bisa menghindarkan seseorang dari siksa api neraka. Dalam satu hadits yang diriwayatkan al-Miqdam bin Ma’fi Yakrib, Nabi Muhammad bersabda bahwa salah satu ‘keistimewaan’ orang yang mati syahid adalah dilindungi dari siksa kubur.

 

Pada hadits lain, Nabi mengatakan bahwa QS Al-Mulk adalah pencegah dan penyelamat dari siksa kubur. Oleh karenanya, siapa saja yang membaca Surat Al-Mulk maka dia akan selamat dari siksa kubur. Namun, Imam Tirmidzi menilai, hadits dari Ibnu Abbas tersebut hasan gharib. Artinya, tingkatannya berada di pertengahan, antara shahih dan dhaif.

 

Orang yang meninggal dunia karena sakit perut juga terlindungi dari siksa kubur. Mengapa? Karena meninggal dalam keadaan seperti itu dianggap sebagai syahid (dunia). Hal ini sesuai dengan keterangan hadits dari Abu Hurairah, seperti yang tertera dalam Sunan Ibnu Majah. Begitupun dengan seorang Muslim yang meninggal dunia pada hari Jumat. Allah akan melindunginya dari ujian kubur.

 

Di samping itu, ada beberapa amalan yang bisa menyelamatkan seseorang dari siksa di alam barzah. Di antaranya dzikir kepada Allah, shalat, puasa bulan Ramadhan, haji dan umrah, sedekah, menjalin silaturahmi, melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar, berharap dan berprasangka baik kepada Allah.

 

Dalam Busyral Karim, Syekh Sa’id bin Muhammad Ba’asyin juga menjelaskan bahwa seorang Muslim yang membaca Surat Al-Ikhlas sebanyak 40 kali menjelang kematiannya juga akan terhindar dari siksa kubur. Ia juga aman dari himpitan kubur dan malaikat dengan telapak tangannya akan membawanya menyebrangi ‘jembatan’ hingga ke surga. Wallahu ‘Alam. []

 

Sumber: NU Online

Tidak ada komentar:

Posting Komentar