Senin, 05 Juni 2017

Mutawakkil: Berbagi Berkah dan Menebar Rahmat



Berbagi Berkah dan Menebar Rahmat
Oleh: M. Hasan Mutawakkil Alallah

KEGEMBIRAAN dan keceriaan peserta pawai obor yang dilaksanakan warga Kampung Melayu, Jakarta Timur, seketika berubah menjadi ketakutan dan kesedihan setelah terdengar ledakan bom bunuh diri di halte bus Transjakarta, Kampung Melayu, yang menewaskan tiga anggota kepolisian yang beberapa saat sebelumnya mengawal pawai obor tersebut. Beberapa orang dikabarkan terluka cukup parah sehingga harus dilarikan ke rumah sakit. Sebuah tragedi memilukan sekaligus memalukan yang terjadi dalam menyambut Ramadan 1438 H akibat ketidakpahaman dan kedangkalan dalam memahami ajaran agama.

Dalam pandangan Al Faqir, keyakinan terhadap suatu doktrin yang diaktualisasikan dalam perilaku destruktif atas nama agama merupakan bentuk kesalahan pemahaman. Terlebih, dalam Alquran telah ditegaskan, Rasulullah Muhammad SAW diutus untuk menebar rahmat bagi semesta alam. Kesantunan perilaku, sikap welas asih, serta kepekaan terhadap lingkungan sosial merupakan hal yang harus menjadi prinsip hidup umat Islam. Dengan demikian, terjadi keseimbangan antara kesalehan vertikal (hablum minallah) dan kesalehan horizontal atau kesalehan sosial (hablum minannas). Ibadah puasa merupakan syariat Islam yang dapat menumbuhkembangkan kesalehan vertikal sekaligus kesalehan sosial sehingga Allah SWT memberikan derajat yang tinggi bagi hamba-hambanya yang sukses melakukan ibadah puasanya, yaitu predikat muttaqin dengan segala keistimewaan, jaminan kemudahan, serta kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.

Karena itu, memperoleh predikat muttaqin tidaklah mudah. Karena menyangkut persoalan mentalitas, diperlukan kekuatan spiritual. Terutama untuk menundukkan nafsu yang senantiasa mengajak manusia ke dalam jurang kenistaan, kehinaan, serta kehancuran karena manusia secara bebas tidak terkendali memperturutkan nafsunya. Untuk itulah, Allah SWT mensyariatkan puasa agar dapat menjadi perisai yang membentengi manusia dari pengaruh destruktif hawa nafsu yang menyesatkan.

Dengan beribadah puasa, kita semua berharap Allah SWT mengampuni seluruh dosa yang telah kita lakukan sebagaimana yang disabdakan Rasulullah: Barang siapa yang berpuasa Ramadan karena iman dan hanya mengharap rida dari Allah, maka akan diampuni segala dosa yang telah diperbuatnya pada masa lalu. Dengan demikian, setelah melaksanakan ibadah puasa, kita harus mencerminkan pribadi-pribadi yang pantas menyandang predikat muttaqin. Yaitu pribadi dengan kualitas spiritual tinggi yang termanifestasi dalam perilaku keseharian, yang menurut Imam Qusyairi tecermin dalam sikap tawadhu’ (rendah hati), qana’ah (berpasrah diri kepada Allah), wara’ (menghindarkan diri dari berbuat dosa dan maksiat kepada Allah), senantiasa berusaha melakukan amal saleh, serta menebar rahmat dan kedamaian kepada makhluk Allah, terlebih kepada sesama mukmin.

Menebar kedamaian dan rahmat atau kasih sayang terhadap orang-orang yang beriman dalam Islam merupakan keharusan sebagaimana sabda Rasulullah, ”Siapa saja yang tidak memiliki rasa kasih kepada makhluk Allah, maka ia tidak akan mendapatkan rahmat dan kasih Allah (HR Bukhari).” Dengan demikian, peringatan tidak mendapatkan rahmat dan kasih Allah menjadi qorinah (indikasi) wajibnya umat Islam untuk menebar rahmat serta kasih terhadap makhluk Allah, khususnya sesama mukmin. Begitu juga hadis riwayat Abu Hurairah ra yang berkata, ”Aku mendengar Abul Qasim SAW, sedang beliau orang jujur dan dapat dipercaya, beliau bersabda: Sesungguhnya kasih sayang itu tidak akan dicabut, kecuali dari orang yang celaka (HR Ibnu Hibban).”

Dalam sebuah riwayat dijelaskan, Rasulullah SAW bersabda, ”Ya Allah, siapa saja yang diberi amanah mengurusi sesuatu di antara urusan umatku, lalu ia menyusahkan umatku, maka susahkanlah ia. Sebaliknya, siapa saja yang diberi amanah mengurusi sesuatu di antara urusan umatku, lalu ia melayani dengan penuh kasih sayang, maka berikanlah rahmat baginya (HR Muslim).”
Berdasar penjelasan riwayat tersebut, marilah kita semua sebagai umat yang beriman kepada Allah SWT dalam bulan yang penuh rahmat dan magfirah ini kita berbagi berkah dan menebar rahmat dengan senantiasa menumbuhkembangkan kedamaian dan rahmat atau cinta kasih kepada sesama makhluk Allah dengan selalu melakukan amal kebajikan. Hentikan prilaku jahat dan brutal yang mengatasnamakan agama. Sebab, pada hakikatnya hal tersebut justru merupakan penyimpangan agama. Semoga Allah SWT memberikan kekuatan kepada kita semua untuk berubah menjadi hamba yang lebih baik, yang senantiasa mendapatkan hidayah dan ma’unah-Nya. Amin.

Selamat menunaikan ibadah puasa Ramadan 1438 H. []

JAWA POS, 30 May 2017
KH M. Hasan Mutawakkil Alallah | Ketua Tanfidziyah PW NU Jawa Timur

Tidak ada komentar:

Posting Komentar