Dari Sarang, Ulama Khos NU Memanggil
Jam’iyah Nahdlatul Ulama, khususnya kalangan
pesantren telah meletakkan pondasi kuat, baik dalam memperjuangkan kemerdekaan,
merancang dasar negara, dan meneguhkan eksistensi kebhinnekaan bangsa
Indonesia. Namun, eskalasi gerakan intoleran yang bersumber
organisasi-organisasi dengan membawa misi paham transnasional kian menjadi
ancaman serius bagi keberlangsungan persatuan bangsa.
Hal itu termasuk salah satu problem pelik
yang seolah organisasinya saat ini ‘dibiarkan’ oleh yang empunya kebijakan. NU
dana warganya seolah-olah hanya menjadi pemadam kebakaran saja. Problem pelik
lainnya yaitu percaturan politik yang saat tereduksi kepentingan pribadi bahkan
tak segan-segan menjual agama untuk mencapai syahwat politiknya. Belum lagi
kesenjangan ekonomi yang saat ini semakin menganga antara si kaya dan si
miskin, problem, kesejahteraan, dan lain sebagainya.
Menyikapi problem krusial tersebut, para
ulama khos NU menggalang pemikiran dan gerakan nyata di Pondok Pesantren
Al-Anwar Sarang, Rembang, Jawa Tengah pada 16 Maret 2017 lalu. Sebanyak 99
Ulama Khos tersebut merajut sumber daya, baik tenaga dan pikiran untuk mencari
jalan terbaik bagi kelangsungan hidup bangsa ini menuju kemajuan dan keberadaban
dalam bingkai keberagaman.
Majalah Risalah NU edisi April-Mei 2017 ini
mengangkat secara khusus laporan terkait majelis ulama khos tersebut. Selain
sajian informasi menarik lain dalam setiap rubrik, Risalah menyajikan
taushiyah-taushiyah khusus dari para ulama khos NU seperti KH Maimoen Zubair,
KH Tolchah Hasan, KH Ahmad Mustofa Bisri, KH Ma’ruf Amin, KH Dimyati Rois, KH
Said Aqil Siroj, KH Nawawi Abdul Jalil, TGH Turmudzi Badruddin, KH Sanusi Baco,
KH Abuya Muhtadi Dimyati, KH TK Bagindo M. Letter, dan kiai-kiai khos lain.
Meskipun persoalan yang dibahas adalah
masalah-masalah serius, namun para kiai mampu membungkus kegiatan yang dihadiri
oleh ribuan jamaah ini dengan situasi santai dan penuh dengan ger-geran.
Artinya, para kiai NU yang sedari dulu terkenal dengan berbagai macam humornya
ini berusaha tetap cair sehingga jalan keluar yang diharapkan dari
problem-problem bangsa pun dapat mengalir deras.
Dari pertemuan ini, para kiai khos dari
seluruh penjuru Nusantara menghasilkan Risalah Sarang. Risalah yang berisi lima
poin pemikiran sebagai jalan keluar atas problem-problem bangsa ini didahului
dengan mengangkat beberapa poin inti yang terdapat dalam Qonun Asasi NU yang
ditulis oleh KH Muhammad Hasyim Asy’ari, Pendiri NU. Namun tanpa mengurangi rasa
hormat, penulis hanya menampilkan kelima poin Risalah Sarang itu, sebagai
berikut:
Bismillahirrahmanirrahim
1. Nahdlatul Ulama senantiasa mengawal
Pancasila dan NKRI serta keberadaannya tidak dapat bisa dipisahkan dari
keberadaan NKRI itu sendiri. Nahdlatul Ulama mengajak seluruh ummat islam dan
bangsa Indonesia untuk senantiasa mengedepankan pemeliharaan negara dengan
menjaga sikap moderat dan bijaksana dalam menanggapi berbagai masalah.
Toleransi, demokrasi dan terwujudnya akhlakul karimah dalam sendi-sendi
kehidupan masyarakat harus terus diperjuangkan bukan hanya demi keselamatan dan
harmoni kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat di Indonesia ini saja,
tetapi juga sebagai inspirasi bagi dunia menuju solusi masalah-masalah
peradaban yang dihadapi dewasa ini.
2. Lemahnya penegakan hukum dan kesenjangan
ekonomi merupakan sumber-sumber utama kegelisahan masyarakat selain
masalah-masalah sosial seperti budaya korupsi, rendahnya mutu pendidikan dan
sumberdaya manusia, meningkatnya kekerasan dan kemerosotan moral secara umum.
Pemerintah diimbau agar menjalankan kebijakan-kebijakan yang lebih efektif
untuk mengatasi masalah-masalah tersebut termasuk dengan menerapkan
kebijakan-kebijakan yang lebih berpihak kepada yang lemah (afirmatif) seperti
reformasi agraria, pajak progresif, pengembangan strategi pembangunan ekonomi
yang lebih menjamin pemerataan serta pembangunan hukum ke arah penegakkan hukum
yang lebih tegas dan adil dengan tetap menjaga prinsip praduga tak bersalah
dalam berbagai kasus yang muncul. Penyelenggaraan negara oleh pemerintah dan
unsur-unsur lainnya harus senantiasa selaras dengan tujuan mewujudkan maslahat
bagi seluruh rakyat (tasharraful imam manutun bil maslahatirroiyyah).
3. Perkembangan teknologi informasi, termasuk
internet dan media-media sosial, serta peningkatan penggunaannya oleh
masyarakat membawa berbagai manfaat seperti sebagai sarana silaturahmi nasrul
ilmi taawwun alal birri dan sebagainya, tetapi juga mendatangkan dampak-dampak
negatif seperti cepatnya penyebaran fitnah dan seruan seruan kebencian,
propaganda radikalisme, pornografi, dan halhal lain yang dapat merusak moral dan
kerukunan masyarakat. Pemerintah diimbau untuk mengambil langkah-langkah yang
lebih efektif baik dalam mengatasi dampak-dampak negatif tersebut maupun
pencegahanpencegahannya. Pada saat yang sama para pemimpin masyarakat dihimbau
untuk terus membina dan mendidik masyarakat agar mampu menyikapi
informasi-informasi yang tersebar secara lebih cerdas dan bijaksana sehingga
terhindar dari dampak-dampak negatif tersebut.
4. Para pemimpin negara, pemimpin masyarakat,
temasuk pemimpin Nahdlatul Ulama agar senantiasa menjaga kepercayaan masyarakat
dengan senantiasa arif dan bijaksana dalam menjalankan tugas masing-masing
dengan penuh tanggung jawab adil dan amanah dengan menomorsatukan kemaslahatan
masyarakat dan NKRI.
5. Para ulama dalam majlis ini mengusulkan diselenggarakannya
forum silaturrahmi di antara seluruh elemen-elemen bangsa untuk mencari solusi
berbagai permasalahan yang ada, mencari langkah-langkah antisipatif terhadap
kecenderungan-kecenderungan perkembangan di masa depan serta rekonsiliasi
diantara sesama saudara sebangsa. Nahdlatul Ulama diminta untuk mengambil
inisiatif bagi terwujudnya forum tersebut.
والله الموفق إلى أقوم
الطريق
Sarang, 16 Maret 2017
Selain liputan khusus tentang Silaturrahim
Nasional Alim Ulama Nusantara tersebut, Majalah Risalah NU juga menyajikan
berbagai informasi penting terkait Istighotsah Akbar yang diselenggerakan PWNU
Jawa Timur pada 9 April 2017 lalu. Majalah gawangan Mustafa Helmy dan
kawan-kawan ini juga mengulik secara mendalam terkait program Kredir Usaha
Rakyat (KUR) agar lebih memperhatikan potensi sumber daya yang dimiliki NU.
Selain itu, opini juga siap mengisi input
para pembaca dari Sekjen PBNU HA. Helmy Faishal Zaini yang mengangkat judul
“Menangkal Radikalisme Lewat Dakwah Virtual”. Juga dari Ketua Lakpesdam PBNU H
Rumadi Ahmad yang mengangkat “Moderasi Pemikiran KH Hasyim Muzadi” untuk
mengenang kepergian mendiang Ketua Umum PBNU periode 1999-2000 tersebut.
Informasi-informasi bergizi bisa dibaca secara langsung dalam Majalah setebal
70 halaman ini. Selamat membaca!
(Fathoni Ahmad)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar