Kepatuhan
Pada Hukum: Indahnya Ajaran Islam
Oleh:
Nadirsyah Hosen
Islam
datang menegakkan kembali hukum dan keadilan. Jika pembesar berbuat curang,
maka ia harus dihukum. Semua sama di depan hukum. Nabi SAW bersabda:
"jikalau seandainya Fatimah putriku mencuri, niscaya aku potong
tangannya" (HR Bukhari-Muslim). Rusaknya tatanan hukum, bila hukum hanya
tajam ke bawah tapi tumpul ke atas.
Tentu
Fatimah az-Zahra tidak pernah mencuri. tapi pengandaian yang Nabi berikan itu
menohok semua pihak. Nabi tidak akan melindungi keturunannya sendiri jikalau
seandainya keturunan beliau, darah daging beliau, melakukan tindak kriminal.
Bahkan
dikisahkan dalam kitab Subul al-Salam, keadilan dan persamaan hukum itu juga
berlaku tak pandang bulu. Inilah salah satu kisah yang menggetarkan bagaimana
ajaran Islam berdiri kokoh menopang keadilan dan asas persamaan di depan hukum
sejak seribu empat ratus tahun yang lalu.
Suatu
hari, Khalifah Ali bin Abi Thalib kehilangan baju besinya yang jatuh dari
untanya. Beliau melihat baju itu di tangan seorang Yahudi. Beliaupun berseru
kepada orang Yahudi itu: "Wahai, Fulan. Itu adalah baju besiku yang tempo
hari jatuh dari untaku".
Orang
Yahudi menjawab: "Ini baju besiku, karena sekarang ada di tanganku,"
tetapi orang Yahudi itu berkata lagi: "Sudahlah! Permasalahan ini biar
diselesaikan oleh hakim saja." Lantas keduanya pergi ke Syuraih yang saat
itu menjabat sebagai Qadhi/Hakim. Syuraih sendiri diangkat oleh Khalifah Ali.
Tapi apa Syuraih langsung tunduk pada Khalifah dan memenangkannya? Tidak.
Syuraih menempuh prosedur hukum acara yang sama.
Syuraih
meminta Khalifah Ali mendatangkan dua orang saksi, maka beliau pun kemudian
memanggil Qanbara (bekas budak beliau) bersama Hasan (putra beliau). Setelah
didatangkan dua saksi, lantas Syuraih berkata: "Untuk saksi Qanbara, kami
bisa menerimanya. Tetapi untuk saksi putra anda, kami tidak bisa
menerimanya."
Sebagai
seorang anak, tentu kecenderungannya adalah membela sang Ayah. Maka kesaksian
Sayyidina Hasan tidak bisa diterima oleh Syuraih karena unsur kekerabatan.
Saksi harus adil. Ini yang dipegang oleh Syuraih.
Khalifah
Ali mencoba berargumen dengan mengatakan bahwa putranya Hasan adalah pemuka
penduduk surga, sesuai Hadis dari Nabi yang didengar oleh Umar Bin Khattab.
Bagaimana mungkin seorang seperti Sayyidina Hasan ditolak menjadi saksi?
Syuraih tetap menolaknya karena bukan masalah surga-neraka yang merupakan
urusan akherat, akan tetapi ini ada prosedur hukum yag harus ditempuh dan
dikuti semua pihak yang berpekara, termasuk Khalifah sendiri.
Kealiman
pribadi, hafal Qur'an, menyandang predikat keturunan Nabi, semuanya sama di
depan hukum dengan seorang Yahudi. Yang menjadi ukuran adalah keadilan dan
ketidakberpihakan saksi serta validitas bukti yang disodorkan dalam ruang
pengadilan.
Satu
saksi tidak bisa diterima, maka kalahlah Khalifah Ali. Karena saksi itu harus
dua. Beliau tidak bisa membuktikan baju besi yang berada di tangan Yahudi itu
miliknya. Siapa yang menuduh, dia yang harus membuktikan. Khalifah menuduh baju
besi di tangan Yahudi milik sang khalifah. Ketika Khalifah gagal membuktikan
tuduhannya, maka yahudi pun menang.
Apa
Syuraih kemudian dipecat? Tidak. Apa Khalifah Ali menggerakkan aksi massa
menuduh Hakim menistakan menantu Nabi dan melecehkan cucu Nabi karena menolak
kesaksiannya? Tidak. Apa Khalifah Ali terus kabur ke negara lain? Tidak lah mas
bro.
Khalifah
Ali menerima keputusan Hakim. Secara substansi beliau benar, namun secara
prosedur hukum beliau tidak bisa membuktikannya, sehingga beliau kalah. Dan ini
diterima oleh Khalifah.
Singkat
cerita, Yahudi ini terpesona dengan ajaran Islam yang menegakkan keadilan dan
persamaan hukum. Yahudi tidak bisa membayangkan bagaimana seorang khalifah yang
merupakan menantu Nabi, yang mendatangkan saksi seorang cucu Nabi, malah kalah
di pengadilan.
Walhasil
Yahudi tersebut masuk islam, dan Khalifah Ali menghadiahkan baju besi miliknya
yang sah itu kepada Yahudi. Yahudi yang sudah masuk Islam ini kelak ikut
berjuang dan terbunuh di perang Shiffin. Kisah yang menggetarkan ini berakhir
dengan indah.
Pesan
moral dari Sabda Nabi soal putrinya, dan dari kisah Khalifah Ali sangat jelas:
meskipun keluarga Nabi kalau berurusan dengan hukum semua diperlakukan sama dan
harus mengikuti prosedur hukum. Datang ke Pengadilan, panggil saksi dan
hadirkan bukti, lantas patuhi apapun keputusan Hakim.
Khalifah
Ali tidak menantang Yahudi atau Hakim untuk melakukan mubahalah. Sang Khalifah
mengajarkan satu hal penting: patuhi hukum. Inilah keindahan ajaran islam.
1. Sabda
Nabi Muhammad soal putri beliau diambil dari Sahih Bukhari 4/175:
3475 - حَدَّثَنَا
قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ، حَدَّثَنَا لَيْثٌ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ عُرْوَةَ،
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، أَنَّ قُرَيْشًا أَهَمَّهُمْ شَأْنُ
المَرْأَةِ المَخْزُومِيَّةِ الَّتِي سَرَقَتْ، فَقَالُوا: وَمَنْ يُكَلِّمُ
فِيهَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ فَقَالُوا: وَمَنْ
يَجْتَرِئُ عَلَيْهِ إِلَّا أُسَامَةُ بْنُ زَيْدٍ، حِبُّ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكَلَّمَهُ أُسَامَةُ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " أَتَشْفَعُ فِي حَدٍّ مِنْ حُدُودِ اللَّهِ، ثُمَّ
قَامَ فَاخْتَطَبَ، ثُمَّ قَالَ: إِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِينَ قَبْلَكُمْ،
أَنَّهُمْ كَانُوا إِذَا سَرَقَ فِيهِمُ الشَّرِيفُ تَرَكُوهُ، وَإِذَا سَرَقَ
فِيهِمُ الضَّعِيفُ أَقَامُوا عَلَيْهِ الحَدَّ، وَايْمُ اللَّهِ لَوْ أَنَّ
فَاطِمَةَ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَرَقَتْ لَقَطَعْتُ يَدَهَا "
2. Kisah
Khalifah Ali, Hakim Syuraih dan Yahudi diambil dari kitab Subul al-Salam,
4/125:
وعن عبد الله بن الزبير رضي الله
عنهما قال: "قضى رسول الله صلى الله عليه وسلم أن الخصمين يقعدان بين
يدي" الحاكم رواه أبو داود وصححه الحاكم وأخرجه أحمد والبيهقي كلهم من رواية
مصعب بن ثابت بن عبد الله بن الزبير وفيه كلام قال أبو حاتم إنه كثير الغلط
والحديث دليل على شرعية قعود الخصمين بين يدي الحاكم ويسوي بينهما في المجلس ما لم
يكن أحدهما غير مسلم فإنه يرفع المسلم كما في قصة علي عليه السلام مع غريمه الذمي
عند شريح وهي ما أخرجه أبو نعيم في الحلية بسنده قال وجد علي بن أبي طالب رضي الله
تعالى عنه درعا له عند يهودي التقطها فعرفها فقال درعي سقطت عن جمل لي أورق فقال
اليهودي درعي وفي يدي ثم قال اليهودي بيني وبينك قاضي المسلمين فأتوا شريحا فلما
رأى عليا قد أقبل تحرف عن موضعه وجلس على فيه ثم قال علي لو كان خصمي من المسلمين
لساويته في المجلس لكني سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: "لا
تساووهم في المجلس" وساق الحديث قال شريح ما تشاء يا أمير المؤمنين قال درعي
سقط عن جمل لي أورق فالتقطها هذا اليهودي قال شريح ما تقول يا يهودي قال درعي وفي
يدي قال شريح صدقت والله يا أمير المؤمنين إنها لدرعك ولكن لا يد لك من شاهدين
فدعا قنبرا والحسن بن علي فشهدا إنه لدرعه فقال شريح أما شهادة مولاك فقد أجزناها
وأما شهادة ابنك فلا نجيزها فقال عليه السلام ثكلتك أمك أما سمعت عمر بن الخطاب
يقول قال رسول الله صلى الله عليه سلم: "الحسن و الحسين سيدا شباب أهل
الجنة " قال اللهم نعم قال أفلا تجيز شهادة سيدي شباب أهل الجنة ثم قال
لليهودي خذ الدرع فقال اليهودي أمير المؤمنين جاء معي إلى قاضي المسلمين فقضى لي
ورضي صدقت والله يا أمير المؤمنين إنها لدرعك سقطت عن جمل لك التقطتها أشهد أن لا
إله إلا الله وأن محمدا رسول الله فوهبها له علي رضي الله عنه وأجازه بتسعمائة
وَقُتِلَ مَعَهُ يَوْمَ صِفِّينَ
[]
NU
ONLINE, 11 Juni 2017
Nadirsyah
Hosen | Rais Syuriyah PCINU Australia-New Zealand dan Dosen Senior Monash Law
School.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar