Dapatkah Manusia Melihat
Malaikat?
Diantara salah satu hal yang harus diimani
seorang mukmin adalah keberadaan malaikat yang memiliki berbagai tugas dari
Allah swt. Baik yang berhubungan langsung dengan manusia ataupun dengan makhluk
lain.
Dalam kitabnya Al-Jawahir al-Kalamiyyah,
Syaikh Thahir bin Shalih al-Jazairi menerangkan bahwa malaikat adalah:
هم
أجسام لطيفة مخلوقة من نور لايأكلون ولايشربون وهم عباد مكرمون لايعصون الله ما
أمرهم ويفعلون مايؤمرون
Makhluk Allah swt yang tercipta dari cahaya
dalam bentuk jisim halus, malaikat tidak makan dan tidak minum. Mereka adalah
makhluk mulia yang taat kepada Allah dan tidak pernah melanggar apa yang
diperintahkannya.
Sesama makhluk yang diciptakan oleh Allah
swt, wajar saja jika manusia ingin mengetahui makhluk yang diceritakan penuh
kemuliaan, makhluk yang pernah mengawal dan selalu setia menemani Rasulullah
saw baik dalam suka maupun duka. Pertanyaannya kemudian mungkinkah manusia
dapat berjumpa dengan malaikat? Mengenai hal ini syaikh Thahir al-Jazairi
melanjutkan keterangannya bahwa:
لايرى
البشر غير الأنبياء الملائكة اذا كانوا على صورهم الاصلية لانهم اجسام لطيفة كما
انهم لايرون الهواء مع كونه جسما مالئا للفضاء لكونه لطيفا واما اذا تشكلوا بصورة
جسم كثيف كالانسان فيرونهم ورؤية الانبياء لهم على صورهم الاصلية خصوصية خصوا بها
لتلقى المسائل الدينية والاحكام الشرعية
Manusia tidak bisa melihat bentuk asli
malaikat kecuali para nabi. Karena, sebagaimana diterangkan di atas malaikat
tercipta dari jisim halus (jismin lathifin) seperti udara di dalam ruangan yang
tidak dapat dilihat dengan mata (tetapi bisa dirasa kehadirannya). Namun
apabila malaikat mewujudkan dirinya dalam bentuk raga kasar (jismin
katsifin) sebagaimana manusia maka semua orang bisa melihatnya. Adapun
kemampuan para nabi melihat malaikat dalam bentuknya yang asli (jisim halus)
tidak lain merupakan kekhusushan yang diberikan Allah swt kepada mereka guna
menyelesaikan berbagai masalah keagamaan dan hukum-hukum syariah.
Keterangan di atas sesuai dengan pengalaman
Rasulullah saw ketika menerima wahyu dari Malaikat Jibril. Maka terjadilah
komunikasi antar keduanya baik dalam penjelmaannya dalam bentuk manusia biasa
maupun dalam bentuknya sebagai malaikat yang asli (jisim halus). Khusus untuk
komunikasi bentuk terakhir ini Rasulullah saw harus berusaha memindhakan
dirinya dari alam lahiriah yang kasar ini ke alam spiritual. Karena komunikasi
hanya akan terjadi ketika kedua komunikator dalam frekwensi yang sama. []
Sumber: NU Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar