Pendidikan Pesantren dalam
Pembentukan Karakter
Oleh: Muhammad Ali Ridho
Pesantren adalah lembaga pendidikan tertua
khas negara kita. Eksistensinya tidak diragukan telah teruji oleh sejarah dan
berlangsung hingga era kini. Bahkan bukanlah hal yang berlebihan bila dikatakan
bahwa pesantren telah menjadi satu entitas budaya indonesia dan telah diakui
dan diterima kehadiranya. Pertanyaan yang muncul adalah faktor apa yang menarik
sehingga pesantren begitu eksis?
Untuk menjawab pertanyaan singkat diatas,
tampaknya tidaklah begitu mudah. Karena untuk melacak dan menemukan jawabanya
diperlukan observasi yang serius dan mendalam, salah satu keunikan pesantern
yang penting untuk dicatat adalah; sosoknya yang kompleks dan multidimensi. Dan
tidak salah jika pesantren merupakan sumber inspirasi yang tidak pernah kering
sepanjang zaman.
Untuk mempertahankan eksistensinya,
setidaknya pesantren harus mampu mempertahankan pola-pola yang selama ini
dikembangkan dengan tidak mengabaikan begitu saja kekinian yang semakin
menggelobal (al-muhafadzatu a’la qodimi as-shalih wal ahdu bil-jadidi al-aslah)
setidaknya ada dua aspek yang perlu dipertahankan yaitu; pertama, terkait
dengan stuktur, metode, dan bahkan literatur yang bersifat tradisional. Dengan
ciri utamanya yaitu stressing pengajaran yang lebih kepada pemahaman tekstual
(harfiyah). kedua, terkait dengan pemeliharaan sub-kultural (tata nilai) yang
berdiri di atas pondasi ukhrawi yang terimplementasikan dalam bentuk ketundukan
dan ketaatan kepada para ulama’, para ustadz dengan mengutamakan ibadah,
hanya demi untuk memperoleh tujuan hakiki dan mencapai keluhuran jiwa.
Membincangkan berbagai hal yang terkait
dengan pendidikan dewasa ini memang seakan tak ada habisnya. Hingga kini
pendidikan kita masih menjadi sorotan publik, pendidikan yang diharapkan
mampu menopang ketidakberdayaan masyarakat agar tegak, tumbuh dan berkembang
menjadi masyarakat terdepan dan sejahtera. Ternyata pendidikan kita masih
berkutat pada permasalahan-permasalahan internal yang menyeliputi. Jangankan
untuk mengangkat masyarakat, mengangkat dirinya sendiri masih susah payah.
Begitu banyak problem didalamnya, mulai dari mutu pendidikan, kesejahteraan
pendidik, kualitas pembelajaran, biaya yang tak memadai, hingga mutu lulusan
yang mana lebih menekankan pada aspek-aspek kognitif saja.
Cobalah kita mengintip sejenak prilaku masyarakat
sekitar kita, begitu banyak prilaku yang tidak lagi menghargai norma susila,
norma agama (mereka lebih menuhankan HAM), tawuran antar pelajar, subsidi
jawaban ketika UN, termasuk banyaknya orang-orang berpendidikan mendekam
di balik jeruji penjara baik karena kasus KKN dan kasus-kasus lainnya. Hal
tersebut lebih menegaskan agar pendidikan di negeri ini perlu mengembangkan dan
menggalakkan nilai-nilai yang dapat menjadi pedoman hidup masyarakat kita.
Pesantren sebagai salah satu lembaga
pendidikan, memegang peran yang sangat penting dalam mengembangkan nilai-nilai
tersebut. dengan konsep pendidikannya yang on time “24 jam” pesantren
dapat membekali pribadi-pribadi anak didiknya (santri) dengan sikap-sikap
rajin, jujur, kreatif, inovatif, bertanggung jawab,bekerja keras serta
nilai-nilai terpuji lainnya. Sehingga akhirnya dapat menelorkan insan yang
berkepribadian muslim yang tangguh, harmonis, mampu mengatur kehidupan
pribadinya, mengatasi masalah-masalah yang timbul, mencukupi kebutuhan serta
mengendalikan dan mengarahkan tujuan hidupnya.
Pembentukan (takwin) dan pendidikan krakter
tidak dapat hanya semata-mata melalui bangku sokolah melainkan penanaman
nilai-nilai itu diagendakan dalam aktifitas sosial. Dalam hal ini para santri
mendapat bimbingan dan keteladan langsung oleh para ustadznya. Selanjutnya apa
yang dilakukan dipesantren tidak hanya menekankan pentingnya pengaplikasian
nilai-nilai itu saja. melainkan, memberikan contoh langsung dalam kehidupan
sehari-hari di Pesantren.
Walhasil, menurut penulis bahwa, model
pendidikan pesantrenlah yang lebih terbukti keberhasilanya dalam mencetak
santri yang shalih dan berakhlak mulia. Meskipun kadang-kadang masih berupa
benih-benih potensi. Dan tentunya penulis tidak menafikan kelemahan dan
kekurangan yang ada. Namun kelebihan-kelebihan tersebut diharapkan dapat
menutupi kelemahan dan kekurangan pendidikan yang ada. []
Muhammad Ali Ridho, alumni pondok Pesantren
Mambaul Ulum Bata-Bata Pamekasan Tahun 2011, saat ini tengah menempuh studi S1
Di Universitas Hasyim Asy’ari (Unhasy), Tebuireng Jombang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar