Menyusuri Kisah Sang Wali Cukir
Judul Buku
: Biografi KH Adlan Aly Karomah Sang Wali
Penulis
: Anang
Firdaus
Penerbit
: Pustaka
Tebuireng
Cetakan
: Pertama, 2014
Tebal
: 258 halaman
Harga
: Rp 55.000,-
Peresensi
: Muhammad Septian Pribadi, mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asyari semester V. Aktif di
Tebuireng Media Group dan Penerbitan Majalah Tebuireng
Kiai, panggilan prestisius yang disematkan
pada seseorang yang memiliki kemampuan dalam bidang agama, pengobatan atau
memiliki karomah melebihi orang lain pada umumnya. Sehingga tak jarang kiai
menjadi “konsultan sosial” dari berbagai masalah yang menerpa masyarakat di
sekitarnya. Menjadi pemecah kebuntuan kehidupan sosial dalam berbagai
aspek dan sendi-sendi kemasyarakatan.
Anang Firdaus, dalam buku Karomah Sang Wali. Sebuah biografi tentang jejak langkah seorang ulama kharismatik ini mengisahkan kehidupan KH Muhammad Adlan Aly yang penuh dengan karomah dan keteladanan. Melalui buku ini ia menyatakan bahwa dalam kehidupan seseorang harus memiliki akhlakul karimah dalam pergaulan sehari-hari. Setiap tindak tanduk anak adam akan memiliki arti. Arti yang akan memberikan pengaruh pada kehidupan generasi selanjutnya.
Berawal dari sebuah pesantren di daerah Maskumambang, Gresik. Adlan kecil mulai menempa pendidikan agama. Pesantren Maskumambang merupakan tanah kelahirannya dan disini pula Adlan memperoleh ilmu agama dibawah asuhan pamannya KH Faqih Abdul Jabbar yang merupakan putra dari KH Abdul Djabbar (Pendiri Pesantren Maskumambang).
Kesungguhanya dalam belajar agama membawa Adlan kecil melanjutkan rihlah Ilmiahnya kepada KH Munawwar, Kauman, Gresik untuk menghafal Al-Qur’an saat berumur 14 tahun. Merasa haus dengan samudra ilmu ia melanjutkan tabarukkan kepada KH Muhammad Said bin Ismail di tanah Madura dan memperoleh sanad Al-Qur’an yang muttasil dengan baginda Rosul. Hingga akhirnya berguru langsung kepada Hadratus Syaikh Hasyim Asyari di pesantren Tebuireng.
Saat menjadi santri di Tebuireng, Yai Delan (panggilan KH M Adlan Aly) menjadi kepercayaan dan santri kesayangan Yai Hasyim Asyari. Pasalnya beliau adalah Hafidz Al-Qu’ran dan alim. Tak jarang Yai Hasyim sering meminta pendapat kepada beliau bilamana ada permasalahan seputar fiqh. Beliau sering diminta menjadi imam mengantikan Yai Hasyim saat berhalangan hadir. Khususnya saat Ramadhan, menjadi imam shalat tarawih di masjid Tebuireng.
Sejak saat itu, KH Adlan Aly kerap menjadi qori’ dan guru dalam kegiatan belajar mengajar di Tebuireng. Hampir setiap hari kesibukannya diisi untuk mengajar kitab dan menerima setoran hafalan Qur’an para santri. Membantu pesantren gurunya yang sangat beliau kagumi. Hingga puncaknya beliau mendirikan pondok putri Walisongo di Cukir dan masih eksis sampai sekarang.
Kiai Adlan merupakan seorang wali yang memiliki banyak karomah. Diantaranya selalu turun hujan saat Yai Delan mengaji kitab Fathul Qarib bab Istisqa’. Ketika beliau membaca bab tersebut lalu mempraktekan shalat istisqa’ dan mengalungkan sorban ke pundaknya dalam seketika itu hujan turun. (hal 76)
Buku karya Anang Firdaus ini mengajarkan kepada kita, bahwa siapa yang bersungguh-sungguh dia akan menemukan jalan. Barang siapa yang menanam dia akan memanen. Dan siapa yang enggan mencicipi pahitnya mencari ilmu, maka ia akan meminum hinanya kebodohan sepanjang waktu. Sebuah karya yang memberikan contoh perilaku baik dan sayang untuk dilewatkan. []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar