Kamis, 25 April 2013

Air Pesantren Memadamkan Api Pemberontakan


Air Pesantren Memadamkan Api Pemberontakan

 

Pernah suatu ketika seorang anggota militer dalam diskusi di Lemhanas mengatakan; sulit kita mengandalkan komitmen kebangsaan kaum santri, sebab merah putih tidak pernah berkibar di sana. Ungkapan itu tentu dari tentara muda keluaran sekolahan, yang tidak terlibat dalam masa perjuangan kemerdekaan atau zaman sesudahnya.

 

Memang kalangan santri walaupun nasionalis tulen, pejuang tak kenal menyerah, tetapi mereka tidak pernah menyombongkan diri, dan tidak punya kegemaran mengerek bendera setiap hari, membaca ikrar kesetiaan di setiap tempat yang serba verbal.Hal itu tidak dilakukan sebab sering hanya menjadi slogan kosong.

 

Bagi kaum santri perjuangan adalah pengabdian, karena itu tidak perlu mencari imbalan ataupun pujian. Karena itu jangan sekali-kali mengusik keutuhan bangsa dan negara ini. Dalam kasus pemberontakan PKI Madiun, Pemberontakan DI-TII, pemberontakan PRRI-Permesta. Kelompok yang suka berikrar di bawah kibaran bendera ikut terlibat dalam pemberontakan. NU mengutuk dan melawan dengan tegas tindakan makar itu. Di situlah nasionalisme diukur, perjuangan ditimbang. Bukan berdasarkan kibaran bendera, tetapi kobaran semangat di dada.

 

Alkisah ketika PRRI sudah dibubarkan, tokoh dalam penjara banyak dilepaskan dan yang lari kehutan sudah turun gunung bahkan PSI dan Masyumi sudah dilarang. Mbah Lim seorang Ulama dari pesantren dan tokoh NU Klaten itu ketika mengetahui salah seorang Perdana Mesteri PRRI Safrudin Prawiranegara turun gunung kembali ke Jakarta, maka dia mencarinya dan ketika ketemu dihardiknya dengan kata-kata keras, “Anda ini kemana-mana mengobarkan api pemberontakan, yang sengsarakan rakyat. Karena itu saya kemana mana membawa air pemadam api. Kalau anda masih tetap memberontak akulah lawan anda!”, Mbah Lim menantang.

 

Mendengar hardikan itu Syafruddin diam saja, karena posisinya belum aman sehingga takut melakukan pembalasan. Di hampir setiap kesempatan, baik di sidang-sidang DPR rapat partai semuanya menghujat pemberontakan PRRI-Permesta yang bersekongkol dengan Asing (AS dan Iggris) terutama dari kelompok nasionalis, termasuk dari kelompok NU seperti Mbah Lim. Melawan pemberontakan dengan air perdamaian yang bersumber dari oase pesantren. []

 

Mun’im DZ dari Biografi Mbah Lim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar