Menjunjung Kedamaian di atas Kemajemukan
Judul Buku : Islam Dinamis, Islam Harmonis: Lokalitas, Pluralisme, Terorisme.
Penulis : Dr Machasin
Penerbit : LKIS, Yogyakarta
Tahun terbit : 2011
Tebal : 342 Halaman
Presensi : Aris Hasyim*
Perkembangan mutakhir dalam kehidupan berbangsa dan bernegara khususnya di Indonesia, akhir-akhir ini memerlukan perhatian serius oleh pelbagai pihak. Hal ini di tengarai makin banyaknya aksi kerusuhan dan kekerasan yang dilakukan oleh oknum yang mengatasnamakan agama. Sebut saja, tragedi pembantaian warga Ahmadiyah di Ciukesik, kerusuhan Temanggung, bom bunuh diri di Masjid Mapolres Cirebon dan hanya berselang beberapa bulan bom bunuh diri menguncang Gereja Kepunton di kota Solo. Aksi-aksi keji yang dilakukan sekelompok masa yang tak bermoral itu, memperpanjang daftar kekerasan bernuansa agama di seantero negeri ini.
Di dalam masyarakat bhineka seperti Indonesia, perlunya bangsa ini mengimplementasikan kembali bahwa kemajemukan merupakan kenyataan yang tidak dapat ditolak. Saling menghormati perbedaan baik itu diranah agama, suku, ras, dan budaya adalah langkah kongkrit yang patut dijadikan sebuah pandangan hidup, cita-cita, dan sebagai dasar pijak dalam mengarungi bahtera kehidupan berbangsa dan bernegara. Namun, cita-cita luhur itu, kini mulai terkikis seiring perkembangan zaman. Beruntung, meredupnya cita-cita luhur itu langsung direspon dan berusaha digelorakan kembali oleh salah satu akademisi muslim yaitu Dr Machasin.
Machasin melalui buku bertajuk “Islam dinamis, Islam harmonis” ingin menegaskan kembali bahwa terorisme dan kekerasan serta mengingkari kearifan lokal dan pluralisme merupakan ‘antitesis’ terhadap Islam sebagai ‘rahmatan lil’alamin’ (kasih sayang bagi seluruh alam). Manivestasi Islam yang dinamis, Islam harmonis salah satunya berpijak pada penyebaran kasih sayang. Berawal dari kasih sayang, umat Islam diharapkan lebih erat dalam merajut hubungan interaksi dan berdialog antar sesama manusia tanpa memandang perbedaan ras, suku dan agama.
Abdul Wahid Hasan penyunting buku ini turut mendeskripsikan bahwa Islam yang dinamis adalah Islam yang mampu mengerakan dan digerakan oleh pemeluknya. Lebih dari itu Islam yang dinamis memberi ruang dialog dengan tradisi dan budaya, serta mampu merespon tantangan lokal dan global.
Demi menjaga bergairahnya Islam yang dinamis ditengah-tengah umat Islam, maka pemaknaan dan penafsiran teks-teks suci keagamaan menjadi sesuatu yang mesti terus berlangsung dan tidak boleh mandeg. Terlebih, adanya fenomena klaim kebenaran yang selalu muncul dalam wilayah heterogenitas, semestinya terus terbungkus dalam satu kerangka yang sama yaitu menegakan kedamaian, kenyamanan dan keharmonisan antar sesama mahluk. Bukan pula memperuncing perbedaan. Langkah ini sangat urgen digalakan oleh semua pihak, agar tidak menimbulkan saling curiga dan mencurigai.
Oleh karena itu dibutuhkan kesadaran sejarah bahwa bangsa Indonesia tercipta dan hidup di alam multikultur. Subkultur, subetnis dan agama merupakan penjelmaan dari tali temali kebangsaan yang saling merajut membentuk permadani. Ia juga tidak boleh dilihat sebagai pernak-pernik terpisah yang tidak sepatutnya dikucilkan atau dimusuhi satu sama lain. Kesadaran ini penting demi terwujudnya perdamaian diatas kemajemukan dimuka bumi ini sebagai mana yang terkandung dalam esensi dari Islam yang dinamis, Islam harmonis.
*Aris Hasyim, Kader Muda PMII Korp Perjuangan, Fak Ushuludin UIN Sunan Kalijaga. Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar