Senin, 27 November 2017

(Ngaji of the Day) Di sini Manusia Lebih Butuh Kemurahan Allah Menurut Ibnu Athaillah



Di sini Manusia Lebih Butuh Kemurahan Allah Menurut Ibnu Athaillah

Ketika melakukan larangan Allah SWT atau meninggalkan perintah-Nya, manusia jelas membutuhkan kemurahan, ampunan, dan kasih sayang-Nya. Ini cukup diterima akal. Tetapi kenapa manusia justru lebih membutuhkan kemurahan-Nya ketika mereka berada dalam ketaatan kepada-Nya? Ini memerlukan pengamatan lebih seksama.

Ibnu Athaillah dalam Al-Hikam mengatakan sebagai berikut.

أنت إلي حلمه إذا أطعته أحوج منك إلى حلمه إذا عصيته

Artinya, “Kau lebih membutuhkan kemurahan-Nya ketika taat dibandingkan saat kau bermaksiat.”

Mengapa demikian? Rasulullah SAW membiasakan diri untuk beristighfar seusai shalat, bukan setelah maksiat. Para ulama mencoba mengkaji hikmah di balik istighfar Rasulullah SAW usai shalat. Dari wirid berupa istighfar usai shalat, ulama menyimpulkan bahwa ibadah tidak selalu sempurna karenanya untuk menutupi kekurangan-kekurangan di dalam ibadah kita perlu meminta kemurahan-Nya.

Selain itu, yang perlu diingat adalah bahwa orang yang ibadah tidak lebih istimewa dari mereka yang tidak. Pasalnya, ibadah mereka juga didorong oleh taufiq yang merupakan anugerah dari Allah SWT. Tidak sedikit orang yang memandang dirinya ketika beribadah sehingga melihat bahwa dirinya lebih unggul dibanding yang lain. Dari sinilah muncul sikap ujub yang didorong oleh nafsu yang perlu diwaspadai.

لأنك في الطاعة آمن بها أمنا قد يلزم من عدم اليقظة لدسائس نفسك فيها الملتبسة عليك في صورها، فتمضى الطاعة وهي منطوية عليها وأنت لم تعلم. فأنت إلى حلمه ومغفرته وستره المقتضي كل منها عدم المناقشة لك فيها أحوج منك إلى حلمه عليك في المعصية التي ليست ملتبسة عليك فلتتنبه العمال الآمنون بالأعمال

Artinya, “Karena di dalam ketaatan ibadah kau merasa aman dengan amalmu di mana kerap mengakibatkan kelalaianmu terhadap tipu daya nafsu yang menyelinap di dalam berbagai bentuk ketaatanmu, lalu ketaatanmu berlangsung sementara nafsumu menyelinap tersembunyi di dalamnya tanpa kausadari. Kau lebih membutuhkan kemurahan, ampunan, dan perlindungan-Nya di saat kau menaatinya karena kurang ketelitianmu di dalam ketaatan dibandingkan saat kau bermaksiat kepada-Nya di mana tak ada nafsu tersembunyi di dalamnya. Karena itu, hendaklah orang-orang yang gemar beramal dan merasa aman dengan amalnya untuk waspada,” (Lihat Syekh Burhanuddin As-Syazili Al-Hanafi, Ihkamul Hikam fi Syarhil Hikam Al-Atha’iyyah, Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyah, 2008 M/1429 H, halaman 95).

Butir hikmah Ibnu Athaillah ini bukan berarti menganjurkan orang untuk berhenti atau mengurangi ibadah, lebih-lebih menganjurkan orang untuk bermaksiat, tetapi mengingatkan mereka untuk lebih waspada. Ibnu Athaillah mengingatkan mereka yang gemar ibadah untuk tidak lupa mewaspadai benih-benih nafsu yang tak terlihat di dalamnya. Wallahu a‘lam. []

Sumber: NU Online

Tidak ada komentar:

Posting Komentar