MUNAS-KONBES NU 2017
Khutbah Iftitah Rais ‘Aam di Munas dan Konbes
NU 2017
الحمد
لله الذي بحمده يفتتح كل رسالة ومقالة، والصلاة والسلام على سيدنا محمد المصطفى
صاحب النبوة والرسالة، وعلى آله وأصحابه الهادين من الضلالة. أما بعد
Yth Presiden RI, Bapak Ir. H. Joko Widodo
Yth Para Pimpinan Lembaga Tinggi Negara
Yth Para Menteri Kabinet Kerja
Yth Bapak Gubernur NTB TGH Muhammad Zainul
Majdi
Yth Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, baik
jajaran mustasyar, syuriah, tanfidziyah, a’wan, lembaga, dan banom.
Hadirin-hadirat yang dirahmati Allah.
Syukur Alhamdulillah pada hari ini kita dapat
berkumpul untuk menghadiri pembukaan Musyawarah Nasional dan Konferensi Besar
Nahdlatul Ulama2017 yaitu pertemuan minimal dua kali diantara dua muktamar
untuk mengevaluasi pelaksanaan program yang telah ditetapkan dalam muktamar
yang lalu dan menyiapkan pelaksanaan program hingga muktamar mendatang, serta
merespon permasalahan aktual yang terjadi pada saat ini.
Terima kasih kami ucapkan kepada Bapak
Presiden yang telah berkenan hadir dan membuka secara resmi Musyawarah Nasional
Alim Ulama dan Konferensi Besar Nahdlatul Ulama tahun 2017. Hal itu menunjukkan
perhatian besar Bapak Presiden kepada Nahdlatul Ulama.
Nahdlatul Ulama sebagai organisasi terbesar
di Indonesia mempunyai tanggung jawab besar untuk menjaga dan mengawal negara
dan bangsa dari berbagai ancaman. Tanggung jawab tersebut harus diemban dengan
penuh kesadaran oleh semua pengurus NU di setiap tingkatan dan mengajak warga
Nahdliyin untuk dengan penuh keikhlasan mengemban tanggung jawab tersebut.
Melalui mars Syubbanul Wathan yang
terus-menerus dikumandangkan di lingkungan NU antara lain menyatakan “Siapa
datang mengancammu kan binasa di bawah dulimu” karena akan berhadapan dengan
santri-santri NU. Kalau pada masa yang lalu NU telah berusaha menjaga dan
mengawal negara melalui fatwa jihad yang dikeluarkan oleh Rais Akbar PBNU
Hadratussyekh Hasyim Asyari yang menyatakan bahwa hukum memerangi kaum penjajah
adalah wajib yang kemudian dijadikan Resolusi Jihad oleh PBNU sehingga
mendorong masyarakat terutama para santri untuk melawan Belanda sehingga
terjadi perang 10 November dan dinyatakan sebagai hari pahlawan. Alhamdulillah
tanggal 22 Oktober lahirnya Resolusi Jihad akhirnya juga dinyatakan sebagai
Hari Santri Nasional oleh Bapak Presiden Ir. Joko Widodo pada tahun 2015
walaupun sesudah 70 tahun dari peristiwa terjadinya Resolusi Jihad. Untuk itu,
kepada presiden RI Joko Widodo kami sampaikan terima kasih sebesar-besarnya.
Salah satu ancaman yang kita hadapi sekarang
ini menurut kami adalah radikalisme dan intoleran. Radikalisme adalah kelompok
yang ingin mengganti Pancasila dan UUD 1945 dengan dasar yang lain. Sedangkan
kelompok intoleran adalah kelompok yg dapat merusak keutuhan bangsa.
Munas Alim Ulama dan Konbes Nahdlatul Ulama
ini akan membahas upaya-upaya yang sistematis dan terencana dalam menanggulangi
bahaya radikalisme dan intoleransi tersebut, yang kemudian dirumuskan menjadi
program kerja NU dan rekomendasi Munas/Konbes.
Nahdlatul Ulama tetap istiqamah dalam posisi
menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan
Undang-undang Dasar tahun 1945 dari setiap upaya pembelokan arah oleh
kelompok-kelompok radikalis agama ataupun sekuler, ekstrimis kanan ataupun
kiri, kelompok separatis dan teroris, serta kelompok intoleran. Bagi NU
Pancasila dan NKRI sudah final.
Bapak Presiden serta hadirin-hadirat
yang kami hormati,
Tantangan berikutnya terhadap kehidupan
berbangsa dan bernegara adalah terkait ekonomi yang berkeadilan. Saat ini,
kesenjangan ekonomi di negeri ini sudah sangat terasakan. Bagian terbesar asset
ekonomi di negeri ini dikuasai oleh segelintir orang. Sedangkan bagian terbesar
masyarakat memperebutkan “remah-remah” sisanya. Hal ini bisa menjadi bom waktu
dan bisa memantik terjadinya konflik horizontal yang laten. Oleh karena itu,
perlu ada upaya sungguh-sungguh yang terencana untuk mengikis kesenjangan
tersebut.
Kami mengapresiasi Bapak Presiden yang telah
memerintahkan kepada jajarannya untuk mengambil langkah dan upaya guna mengikis
kesenjangan tersebut. Paradigma baru dalam kebijakan ekonomi yang lebih
memprioritaskan pemberdayaan ekonomi masyarakat kecil dan menengah harus terus
didorong dan diformalkan menjadi program utama pemerintah. Ide Presiden
memberlakukan kebijakan redistribusi aset dan kemitraan antara usaha
kecil-menengah dengan pengusaha besar merupakan terobosan yang perlu
diformalkan menjadi kebijakan negara.
Nahdlatul Ulama mendukung upaya yang telah
dilakukan presiden tersebut. Sebagai ormas yang besar, NU berkepentingan dengan
upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat kecil dan menengah. Karena sebagian besar
warga Nahdliyin adalah masyarakat kecil dan menengah tersebut.
Munas Alim Ulama ini akan menjadikan masalah
tersebut sebagai salah satu materi pembahasan. Regulasi yang menyebabkan
terbukanya peluang kepemilikan asset secara berlebihan akan dikaji secara
kritis dan akan dibuat rekomendasi adanya regulasi baru yang memperkuat
kebijakan redistribusi aset.
Munas juga akan merumuskan dari perspektif
ajaran agama, bagaimana distribusi aset dilakukan, sejauh mana negara
berkewajiban mengatur terkait dengan penguasaan asset dan tanah yang
berkeadilan, sehingga tidak terjadi adanya penguasaan asset dan tanah yang
berlebihan oleh sekelompok orang, padahal di sisi lain banyak masyarakat yang
tidak memilikinya. Munas akan merumuskan upaya apa saja yang akan dilakukan
oleh NU terkait dengan masalah ini.
Bapak Presiden serta hadirin-hadirat
yang kami hormati,
Munas dan Konbes juga akan membahas tentang
penguatan organisasi NU, agar secara jam’iyah dapat menjalankan tugas-tugas
besar terkait kebangsaan dan keumatan. Revitalisasi, konsolidasi, dan
fungsionalisasi (REKONFU) setiap potensi yang dimiliki oleh jam’iyah merupakan
upaya yang harus terus dilakukan secara berkelanjutan. Sehingga NU sebagai
ormas yang besar bisa memberikan sumbangsih yang besar pula kepada bangsa dan
negara. Terlebih NU sebagai jam’iyah saat ini berada pada penghujung 100 tahun
pertama dan akan memasuki 100 tahun kedua. Dalam sebuah hadis disebutkan:
«
إن
الله يبعث إلى هذه الأمة على رأس كل مائة سنة من يجدد لها دينها »
“Sesungguhnya Allah mengutus kepada
umat ini setiap ujung seratus tahun orang yang memperbarui agama mereka.”
Dalam berjam’iyah, hadis tersebut dapat
ditangkap semangat dan konteksnya. Di setiap seratus tahun akan ada orang yang
melakukan gerakan pembaruan (harakah tajdidiyah). Nahdlatul Ulama saat ini
berada pada penghujung usia seratus tahun, dan setelah itu akan memasuki babak
baru fase seratus tahun kedua. Karena itu, kita para pengurus NU di setiap
tingkatan harus siap bekerja lebih keras untuk menguatkan jam’iyah kita ini.
Kita perbarui semangat kita untuk tetap mengusung cara berfikir dan beragama
ala NU (fikrah nahdliyah). Kita perbarui semangat gerakan ke-NU-an (harakah
nahdliyyah) di setiap tingkatan organisasi. Kita siapkan runway yang kuat,
sehingga diharapkan di awal 100 tahun kedua, Nahdlatul Ulama sudah bisa take
off dan tinggal landas secara mulus dan tanpa hambatan berarti.
Bapak Presiden serta hadirin-hadirat
yang kami hormati
Demikianlah kiranya sambutan saya,
mudah-mudahan ada manfaatnya dan dapat dijabarkan melalui persidangan Munas dan
Konbes NU ini. Kami berdoa semoga permusyawaratan ini diridhai oleh Allah
SWT dan dapat merumuskan hasil-hasil yang baik.
Selanjutnya, mohon berkenan Bapak Presiden
memberikan sambutannya, dan dilanjutkan membuka secara resmi Musyawarah Alim
Ulama dan Konferensi Besar NU tahun 20017.
Wallahul muwaffiq ila aqwamit
thariq
Wassalamu’alaikum warahmatullahi
wabarakatuh.
Mataram, November 2017
Rais ‘Aam,
Prof. DR. KH. Ma’ruf Amin
[]
Sumber: NU Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar