KHOTBAH JUM'AT
Tiga Cara Mengungkapkan Syukur kepada Allah
Khutbah I
اْلحَمْدُ
للهِ اْلحَمْدُ للهِ الّذي هَدَانَا سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ
النَّبِيّ الكَريمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لا شَرِيك
لَه، ذُو اْلجَلالِ وَالإكْرام، وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسولُه، اللّهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى
سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وعلى اله وأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ
الدِّين، أما بعد: فيايها الإخوان، أوصيكم و نفسي بتقوى الله وطاعته لعلكم تفلحون،
قال الله تعالى في القران الكريم: أعوذ بالله من الشيطان الرجيم، بسم الله الرحمان
الرحيم: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلًا
سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ
يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا وقال تعالى يَا اَيُّهَا
الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ
وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
صدق
الله العظيم
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Allah subhânahu wata’âlâ dalam Surat
Luqman, ayat 12, berfirman:
أَنِ
اشْكُرْ للهِ وَمَن يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ
Artinya: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan
barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk
dirinya sendiri.”
Allah subhânahu wata’âlâ memerintahkan
agar kita semua bersyukur kepada-Nya. Perintah ini tidak berarti bahwa Allah
membutuhkan ungkapan syukur dari manusia. Tanpa manusia bersyukur kepada-Nya,
Allah tetaplah Tuhan yang Maha Kaya, Terpuji dan Berkuasa atas seluruh
alam ini. Perintah syukur itu sesungguhnya untuk kepentingan dan
kebaikan manusia sendiri sebab Allah akan menambah nikmat-Nya kepada
manusia apabila manusia bersyukur kepada-Nya sebagaimana ditegaskan dalam
surat Ibrahim, ayat 7:
لَئِنْ
شَكَرْتُمْ لاَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Artinya: "Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni`mat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (ni`mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
Jika kita ingkar atas nikmat-nimat-Nya, maka
Allah akan memberikan adzab yang pedih atau sanksi yang berat. Adzab dari
Allah subhânahu wata’âlâ bisa berupa siksaan di neraka kelak.
Bisa juga berupa guncangan mental yang membuat hidup di dunia ini tidak tenang.
Tentunya dapat kita saksikan dan rasakan bagaimana orang-orang yang tidak
bersyukur kepada Allah. Mereka mudah merasa iri atas nikmat yang diterima orang
lain. Mengeluh dan merasa tak puas dengan apa yang telah ada seringkali
menghinggapi mereka. Hal seperti ini sudah pasti membuat mereka hidup dalam
ketidak tenteraman. Akibat selanjutnya mereka bisa mengalami stres
berkepanjangan.
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Bersyukur kepada Allah subhânahu
wata’âlâ sesungguhnya tidak cukup kalau hanya mengucapkan
“alhamdulillah” saja sebab setidaknya ada tiga cara mengungkapkannya sebagai
berikut:
1. Melalui Aktivitas Lisan
Dalam aktivitas lisan ini, ucapan
“alhamdulillah” adalah hal minimal yang harus kita lakukan. Aktivitas lain
adalah berkata yang baik-baik. Orang yang bersyukur kepada Allah akan selalu
menjaga lisannya dari ucapan-ucapan yang tidak baik. Mereka akan selalu
berhati-hati dan berusaha untuk tidak mengatakan sesuatu yang membuat orang
lain tersakiti hatinya. Orang-orang yang bersyukur tidak berkeberatan untuk
meminta maaf atas kesalahannya sendiri kepada orang lain sebagaimana mereka
juga tidak berkeberatan memaafkan kesalahan orang lain. Kepada Allah SWT,
mereka senantiasa bersegera memohon ampunan kepada-Nya. Hal ini sesuai dengan
perintah Allah SWT dalam Surat Ali Imran, ayat 133:
وَسَارِعُواْ
إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ
Artinya: “Dan bersegeralah kamu kepada
ampunan dari Tuhanmu”
Memohon ampun, baik kepada Allah SWT maupun
kepada sesama manusia memang tidak perlu ditunda-tunda. Lebih cepat tentu lebih
baik. Betapa banyak kerugian yang timbul akibat macetnya hubungan atau silaturrahim
antar sesama saudara, kawan dan relasi, gara-gara persoalan maaf-memaafkan
belum terselesaikan.
2. Melalui Aktivitas Hati
Dalam aktivitas hati ini, bagaimana mengelola
hati menjadi hal sangat penting. Aktivitas hati terkait dengan syukur bisa
diwujudkan dalam bentuk perasaan senang, ikhlas dan rela dengan apa sudah yang
ada. Orang-orang bersyukur tentu lebih mudah mencapai bahagia dalam hidupnya
terlepas apakah mereka termasuk orang sukses atau belum sukses. Syukur tidak
mensyaratkan sukses dalam hidup ini sebab kenikmatan yang diberikan Allah SWT
kepada manusia takkan pernah bisa dihitung. Manusia takkan pernah mampu
menghitung seluruh kenikmatan yang telah diberikan Allah SWT kepada setiap
hamba-Nya. Allah dalam surat Ar-Rahman, ayat 13, bertanya kepada manusia:
فَبِأَيِّ
آلاء رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
“Nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu
dustakan?”
Ayat tersebut diulang berkali-kali dalam
ayat-ayat berikutnya dalam surat yang sama, yakni Ar-Rahman. Pengulangan ini
tentu bukan tanpa maksud. Allah menantang kepada manusia untuk jujur dalam
membaca dang menghitung kenikmatan yang telah Dia berikan. Bagaimana kita bisa
bisa bernapas, bagaimana kita bisa melihat dan mendengar serta bagaimana kita
bisa merasakan dengan panca indera kita? Dari pertanyaan-pertanyaan seperti itu
saja kita sudah tidak mampu menghitung berapa kenimatan yang terlibat di
dalamnya. Maka barangsiapa tidak bersyukur kepada Allah, sesungguhnya dia telah
kufur atau mengingkari kenikmatan-kenikmatan yang telah diterimanya dari Allah
SWT.
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Orang-orang yang bersyukur kepada Allah tentu
memiliki jiwa yang ikhlas dalam melakukan dan menerima sesuatu. Orang-orang
yang bersyukur tentu tidak suka berkeluh kesah atas kekurangan-kekurangan atau
hal-hal tidak menyenangkannya. Orang-orang bersyukur tentu lebih sabar daripada
mereka yang tidak bersyukur. Memang untuk bisa bersyukur kita perlu kesabaran.
Untuk bersabar kita perlu keikhlasan. Dengan kata lain, syukur, sabar dan
ikhlas sesungguhnya saling berkaitan. Maka dalam ilmu tasawuf, syukur adalah
suatu maqom atau tingkatan yang sangat tinggi yang hanya bisa dicapai oleh
mereka yang telah berhasil mencapai kompetensi tinggi dalam hal spiritualitas.
Dari sinilah kemudian muncul konsep kecerdasan spiritual. Kecerdasan ini
hanya bisa dicapai melalui latihan-latihan yang sering disebut dengan riyadhah.
Hal ini berbeda dengan kecerdasan intelektual yang bisa diterima
seseorang secara genetis tanpa melaui latihan-latihan tertentu.
3. Melalui Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik atau perbuatan nyata terkait
dengan syukur bisa diwujudkan dalam berbagai bentuk, baik melibatkan
orang lain atau hanya melibatkan diri sendiri. Yang terkait dengan orang lain
misalnya seperti berbagi rejeki, ilmu pengetahuan, kegembiraan dan sebagainya.
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Dalam hidup bermasyarakat, kita sering
menerima udangan syukuran. Ini adalah contoh syukuran dalam bentuk perbuatan
nyata dimana yang punya hajat berbagi rejeki kepada para tamu dengan memberikan
jamuan makan dan minum. Jamuan ini menjadi sedekah yang tentu saja bernilai
pahala. Undangan-undangan semacam ini tentu memilki dasar yang kalau kita
telusuri akan kita temukan dalam Al Qur’an, Surat Adh-Dhuha, ayat 11:
وَأَمَّا
بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ
Artinya: “Dan terhadap ni`mat Tuhanmu, maka
hendaklah kamu siarkan.”
Perintah berbagi kenikmatan dengan orang lain
dapat ditelusur salah satunya melalui ayat ini dengan maksud agar mereka
juga ikut merasakan kebahagiaan yang kita rasakan. Ini sering disebut dengan tahadduts
binni’mah. Tentu saja tahadduts binni’mah ini baik. Hanya saja perlu
diingatkan agar pelaksanaannya tidak berlebihan dan harus dilakukan dengan niat
ikhlas. Yang dimaksud dengan ikhlas disini adalah tidak ada niat lain kecuali
hanya untuk beribadah kepada Allah SWT. Niat-niat lain seperti keinginan untuk
pamer atau riya’ atas apa yang telah dicapai sebagai keberhasilan harus
benar-benar dihindari sebab riya’ merupakan akhlak yang tercela yang justru
bisa menjauhkan kita dari Allah SWT.
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Ungakapan syukur dalam bentuk perbuatan nyata
dan hanya melibatkan diri sendiri bisa diwujudkan dalam bentuk meningkatkan
intensitas beribadah. Hal ini biasa dilakukan Nabi Muhammad SAW secara
istiqamah dalam kehidupan sehari-harinya. Walaupun beliau sudah dijamin masuk
surga, beliau tetap rajin beribadah melebihi siapapun di dunia ini hingga
kedua kaki beliau bengkak-bengkak. Semua ini beliau lakukan sebagai pengakuan
dan ungkapan rasa syukur atas semua kenikamatan yang beliau terima dari Allah
SWT. Sekali lagi, Syukur memang sebuah tingkatan yang sangat tinggi di
sisi Allah SWT. Allah menyukai orang-orang yang senantiasa bersyukur
kepada-Nya.
Mudah-mudahan kita semua selalu diberi-Nya
kemudahan untuk bersyukur kepada Allah SWT dan dicatat sebagai hamba-hamba-Nya
yang bersyukur. Semoga pula kelak di akherat kita semua akan dukumpulkan dengan
para syakirin. Amin, amin ya rabbal alamin.
جَعَلَنا
اللهُ وَإيَّاكم مِنَ الفَائِزِين الآمِنِين، وَأدْخَلَنَا وإِيَّاكم فِي زُمْرَةِ
عِبَادِهِ المُؤْمِنِيْنَ : أعوذ بالله من الشيطان الرجيم، بسم الله الرحمن
الرحيم: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا
سَدِيدًا
باَرَكَ
اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ
وذِكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ
رَحِيْمٌ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ
للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ.
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ
رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ
وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
أَمَّا
بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا
عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ
بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ
وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا
صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى
اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ
اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ
بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ
بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا
أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ
اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ
وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ
اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ
اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ
الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ
وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ
عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ
عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى
اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا
وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ
ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ
وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
Muhammad Ishom, dosen Fakultas Agama Islam
Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Surakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar