Kisah Syekh Abdul
Qadir Al-Jilani Mimpi Bertemu Nabi
Ribuan tahun lalu
Nabi Muhammad SAW meningalkan kita. Jenazahnya terkubur di Madinah. Tapi,
namanya terus disebut, di mana-mana. Ratusan juta orang setiap hari
menyebut-nyebut namanya, baik dalam shalat maupun di perkumpulan-perkumpulan
zikir yang dikelola ordo-ordo tarekat.
Di kalangan para
sufi, Nabi tak diyakini betul-betul mati. Mereka meyakini, Nabi bisa hadir di
mana-mana, membimbing umat dan para ulamanya.
Nabi SAW bisa datang
menjumpai umat terkasihnya dalam mimpi. Dan mimpi itu pasti benar, karena setan
tak bisa menyerupi Nabi walau dalam mimpi.
Konon Nabi SAW pernah
bersabda, man ra’ani fi al manam, fasayarani fi al-yaqzhah (barangsiapa
menyaksikan aku dalam mimpi, maka suatu waktu ia akan menyaksikan aku ketika
terjaga).
Alkisah, Syaikh Abdul
Qadir al-Jilani yang hidup ratusan tahun setelah Nabi SAW, pernah didatangi
Nabi SAW. Al-Jilani berkata, “dalam kurun waktu agak lama saya tak menikah,
hingga Nabi SAW datang menegurku, “mengapa kamu tidak menikah”.
Pada kesempatan lain,
Nabi SAW datang meludahi lisan al-Jilani untuk melancarkan perjuangan
dakwahnya. Wallahu a'lam bis shawab.
Banyak umat Islam
mengharapkan perjumpaan itu. Sekiranya tak terjadi ketika terjaga, maka cukup
di dalam mimpi saja.
Bulan Ramadhan adalah
bulan untuk mentadabburkan makna-makna Al-Qur’an dan bulan melipatgandakan
bacaan shalawat kepada Sang Junjungan, Nabi Muhammad SAW. Allahumma shalli
‘ala sayyidina Muhammad wa ali sayyidina Muhammad. []
KH Abdul Moqsith
Ghazali, Wakil Ketua Lembaga Bahtsul Masail PBNU.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar