Jumat, 10 Maret 2023

(Ngaji of the Day) Tafsir Surat An-Nisa’ Ayat 1 (Bagian 2)

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا


Yā ayyuhan nāsut taqū rabbakumul ladzī khalaqakum min nafsin wāhidatin wa khalaqa minhā zaujahā wa batstsa minhumā rijālan katsīran wa nisā’ā. Wat taqullāhal ladzī tasā’alūna bihī wal arhām.


Artinya, “Wahai manusia, bertakwalah kepada Tuhan kalian yang telah menciptakan kalian dari jiwa yang satu; yang telah menciptakan darinya istrinya; dan telah menyebarkan dari keduanya (keturunan) laki-laki dan perempuan yang banyak. Takutlah kalian kepada Allah Zat yang dengan-Nya kalian beradu sumpah dan takutlah kalian memutus silaturrahim. Sungguh Allah adalah Zat yang maha mengawasi kalian.”


Ragam Tafsir

 

Imam Fakhruddin Ar-Razi (544-606H/1150-1210 M) menyatakan, berkaitan frasa:وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا “dan Zat yang telah menciptakan darinya istrinya”, ada dua pendapat, apakah Sayyidah Hawa benar-benar tercipta dari Nabi Adam AS atau tidak. Pendapat pertama yang merupakan pendapat mayoritas ulama menyatakan bahwa Sayyidah Hawa tercipta dari tulang rusuk kiri Nabi Adam AS. Pendapat demikian berdasarkan pada hadits:


وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اِسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا؛ فَإِنَّ المَرْأَةَ خُلِقَتْ مِنْ ضِلَعٍ، وَإنَّ أَعْوَجَ مَا فِي الضِّلَعِ أعْلاهُ. فَإِنْ ذَهَبْتَ تُقِيمُهُ كَسَرْتَهُ، وَإنْ تَرَكْتَهُ لَمْ يَزَلْ أَعْوَجَ، فَاسْتَوصُوا بالنِّساءِ


Artinya, “Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, ia berkata: ‘Rasulullah SAW bersabda, ‘Terimalah wasiatku untuk berbuat baik kepada para wanita. Sebab sungguh wanita diciptakan dari tulang rusuk, dan sungguh tulang rusuk yang paling bengkok adalah bagian yang paling atas (sebagai isyarat atas yang paling sulit diatur dari wanita adalah mulutnya). Bila kamu bertindak meluruskannya, maka kamu akan membuatnya pecah. Bila kamu tidak meluruskannya, maka ia akan bengkok terus. Karenanya, terimalah wasiatku untuk berbuat baik kepada para wanita.” (Muttafaq Alaih). (An-Nawawi, Riyadhus Shalihin, [Beirut, Darul Kutub Al-‘Ilmiyyah: 1425 H/2005 M], halaman 77); dan (Ibn ‘Allan As-Shiddiqi, Dalilul Falihin li Thuruqi Riyadhis Shalihin, juz II, halaman 385).


Pendapat kedua, pendapat mufassir mu’tazilah dari kota Isfahan, kota di negeri Persia tempo dulu atau sekarang 340 km dari Teheran Iran, Abu Muslim Al-Ashfihani (254-366 H/868-934 M), menyatakan bahwa yang dimaksud dengan frasa: وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا “Zat yang telah menciptakan darinya istrinya”, adalah Allah menciptakan pasangan Nabi Adam AS yaitu Sayyidah Hawa dari jenisnya, atau sejenis, bukan dari tulang rusuknya. Hal ini identik dengan beberapa ayat, semisal:


وَاللهُ جَعَلَ لَكُمْ مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجًا

 

Artinya, “Allah telah menjadikan beberapa istri dari diri kalian.” (Surat An-Nahl ayat 72).

 

إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولاً مّنْ أَنفُسِهِمْ

 

Artinya, “Karena Allah telah mengutus seorang Rasul (Nabi Muhammad SAW) dari diri kalian orang-orang Arab.” (Surat An-Nahl 72).


لَقَدْ جَاءكُمْ رَسُولٌ مّنْ أَنفُسِكُمْ

 

Artinya, “Sungguh benar-benar telah datang kepada kalian seorang Rasul dari diri kalian orang-orang Arab.” (Surat At-Taubah ayat 128).


Namun demikian, menurut Al-Qadhi Abu Bakar Al-Baqillai (337-403 H/950-1013 M), tokoh utama kalangan Asya’irah kelahiran kota Basrah, Irak sekarang, yang kuat adalah pendapat pertama, agar sesuai dengan frasa sebelumnya: خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ “Tuhan kalian yang telah menciptakan kalian dari jiwa yang satu.”


Andaikan Sayyidah Hawa diciptakan sejak permulaan tanpa dari bahan tulang rusuk adam, maka konsekuensi logisnya, asal usul manusia itu dari dua jiwa, yaitu Adam dan Hawa, bukan dari satu jiwa yaitu Adam AS saja. (Fakhruddin Muhammad Ar-Razi, Tafsir Al-Fakhrur Razi, [Beirut, Darul Fikr: tanpa tahun], juz IX, halaman 167).


Lalu bagaimana pendapat mufassir Ahlussunnah wal Jama’ah lainnya, insya Allah akan dibahas pada kajian tafsir selanjutn
ya. []

 

Sumber: NU Online

Tidak ada komentar:

Posting Komentar