Senin, 25 Juli 2022

(Ngaji of the Day) Makna Isa sebagai ‘Kalimah’ dan ‘Ruh’ dari Allah

Di dalam Al-Qur’an dinyatakan bahwa: (1) Isa adalah ‘kalimah’ dari Allah yang diberikan kepada Maryam (QS Ali Imran: 45); (2) Pernyataan bahwa Isa adalah ‘kalimah Allah’ (QS An-Nisa’: 171); dan (3) Isa adalah ‘ruh dari Allah’ (QS An-Nisa’: 171).

 

Di samping itu, Al-Qur’an juga menegaskan sisi manusiawi Isa. Sebagaiamana disebut dalam QS Ali Imran: 59 berikut ini:

 

اِنَّ مَثَلَ عِيْسٰى عِنْدَ اللّٰهِ كَمَثَلِ اٰدَمَ ۗ خَلَقَهٗ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ لَهٗ كُنْ فَيَكُوْنُ

 

Artinya, “Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: ‘Jadilah (seorang manusia)! Maka jadilah dia.

 

Pada dasarnya QS Ali Imran: 59 ini merupakan penegasan tentang kemanusiawian Isa Al-Masih. Hal ini untuk menjelaskan dan menolak kesalahpahaman masyarakat Nasrani akan keilahian Isa. Kesalahpahaman ini dari perspektif Al-Qur’an disebabkan oleh karena Isa lahir dengan ajaib tanpa adanya percampuran benih dari ayah dan ibu. Beliau lahir hanya dari ibu saja, yakni Siti Maryam.

 

Namun demikian, beberapa pernyataan Al-Qur’an mengenai Isa Al-Masih di dalam Al-Qur’an disinyalir menyepakati keilahiannya seiring waktu. Misalnya, dengan penarikan kesimpulan logis bahwa: (1) Karena Isa adalah kalimah (firman) Allah (sebagaimana dijelaskan dalam beberapa ayat Al-Qur’an yang dijelaskan di atas), dan (2) Firman itu sebagaimana pula Allah, adalah Allah itu sendiri, maka meniscayakan (3) Isa adalah Allah. Hal ini tentu saja bertentangan dengan misi Al-Qur’an dan agama Islam yang ingin menegaskan kemurnian tauhid. Di dalam Islam, keesaan Allah adalah mutlak dan bukan sebagaimana persepsi sebagian kalangan Nasrani yang menyatakan bahwa keesaan Allah itu berada dalam 3 (tiga) pribadi namun satu hakikat.

 

Memang kita menjumpai bahwa di dalam QS Ali Imran: 45 dijelaskan bahwa Maryam diberikan kabar gembira oleh Allah dengan ‘kalimah dari-Nya’ yang bernama Al-Masih Isa bin Maryam:

 

إِذْ قَالَتِ الْمَلائِكَةُ يَا مَرْيَمُ إِنَّ اللّٰهَ يُبَشِّرُكِ بِكَلِمَةٍ مِنْهُ اسْمُهُ الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ وَجِيهًا فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَمِنَ الْمُقَرَّبِينَ

 

Artinya, “(Ingatlah), ketika Malaikat berkata: ‘Hai Maryam, seungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putra yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya Al-Masih Isa putra Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah).”

 

Jika kita mengamati ayat dalam Al-Qur’an surah An-Nisa’: 171, kita akan menjumpai hal yang seakan-akan kontradiksi jika kita menerima penjelasan logis di atas. QS An-Nisa’: 171 berisikan penolakan akan sikap orang Yahudi yang menghina Isa Al-Masih, dan sikap orang Nasrani yang berlebihan di dalam memuliakannya sehingga mempertuhankannya. Ayat tersebut dimulai dari seruan: “Wahai ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar.” Kemudian dilanjutkan dengan pernyataan: “Sesungguhnya Al-Masih, Isa putra Maryam itu, adalah utusan Allah dan “kalimat-Nya” yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan “ruh dari-Nya.” Dari penjelasan di atas, maka hal ini terlihat kontradiksi, karena ayat tersebut dimulai dengan penolakan pemahaman ketuhanan Isa namun kemudian diikuti dengan pernyataan bahwa ia adalah “kalimah-Nya” dan “ruh dari-Nya.” Hal ini terjadi ketika kita menyetujui bahwa jika Isa adalah kalimah (firman) Allah dan firman Allah itu adalah Allah, maka niscaya Isa itu adalah Allah itu sendiri. Naudzubillah.

 

Lalu bagaimana para penafsir menjelaskan kedua ayat ini, yakni QS Ali Imran: 45 dan QS An-Nisa’: 171?

 

Makna “Kalimah Allah”

 

Melalui penafsiran ayat dengan ayat (tafsir Al-Qur’an bil Al-Qur’an) maka penjelasan “kalimah Allah” sebagaimana dalam QS Ali Imran: 45 dan QS An-Nisa’: 171 dijelaskan melalui QS Ali Imran: 59 ini. Ar-Razi misalkan di dalam Mafatih Al-Ghayb menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan ‘kalimah Allah’ di sini adalah pernyataan Allah sebagaimana dalam QS Ali Imran: 59 ini yakni: pernyataan Allah: “jadilah!”.

 

Kalimah-Allah kemudian disandangkan sebagai gelar bagi Isa. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Ar-Razi setidaknya dikarenakan alasan: bahwa setiap hal pada dasarnya terjadi atas kehendak Allah namun secara alamiah terjadi atas sebab akibat. Namun kejadian Isa adalah terlepas dari sebab alamiah tersebut. Dari sini dapat dikatakan bahwa fenomena yang terjadi pada diri Nabi Isa adalah fenomena yang benar-benar menyatakan kebesaran dan kemahakuasaan Allah.

 

Berdasarkan penafsiran ini maka pernyataan Al-Qur’an sebagaimana dalam QS Ali Imran: 45 ditafsirkan sebagai: “Sesungguhnya Allah memberikan kabar bagimu dengan pernyataan Allah “jadilah!”, seorang anak yang bernama Al-Masih Isa.” Demikian pula terjemah dari QS An-Nisa’: 171 menjadi: “Isa putra Maryam itu hanyalah seorang utusan Allah dan tercipta dengan kalimah Allah (jadilah!) yang disampaikan kepada Maryam dan ruh dari-Nya.”

 

Makna “Ruh Allah”

 

Adapun mengenai penafsiran tentang ‘ruh Allah’, para penafsir berbeda-beda dalam memberi penjelasan. Diantaranya adalah:

 

Pertama bahwa dalam kebiasaan masyarakat, istilah ruh identik dengan kecucian dan kemurnian. Maka ketika Isa itu tercipta tanpa adanya benih dari seorang lelaki manapun, dan tercipta dengan lantaran tiupan dari Jibril, hal ini menegaskan bahwa terciptanya Isa adalah atas dasar kesucian dari Allah. Jika penafsiran ini digunakan maka terjemahan dari QS An-Nisa’: 171 adalah sebagai berikut: “Isa putra Maryam itu hanyalah seorang utusan Allah dan tercipta dengan kalimah Allah (jadilah!) yang disampaikan kepada Maryam dan atas dasar kesucian dari-Nya.”

 

Kedua bahwa Allah merupakan suatu sebab kehidupan beragama setiap makhluk. Dan Isa sebagai utusan menjadi jalan dari Allah bagi kehidupan beragama umatnya. Jika penafsiran ini digunakan maka terjemahan dari QS An-Nisa’: 171 adalah sebagai berikut: “Isa putra Maryam itu hanyalah seorang utusan Allah dan tercipta dengan kalimah Allah (jadilah!) yang disampaikan kepada Maryam dan menjadi jalan kehidupan bergama dari-Nya.”

 

Ketiga bahwa kata ruh ditafsirkan sebagai rahamat (kasih sayang). Jika penafsiran ini digunakan maka terjemahan dari QS An-Nisa’: 171 adalah sebagai berikut: “Isa putra Maryam itu hanyalah seorang utusan Allah dan tercipta dengan kalimah Allah (jadilah!) yang disampaikan kepada Maryam dan merupakan bentuk kasih sayang dari-Nya.”

 

Keempat bahwa yang dimaksud dengan pernyataan ‘ruh dari-Nya’ adalah tiupan dari Jibril. Jika penafsiran ini digunakan maka terjemahan dari QS An-Nisa’: 171 adalah sebagai berikut: “Isa putra Maryam itu hanyalah seorang utusan Allah dan tercipta dengan kalimah Allah (jadilah!) yang disampaikan kepada Maryam dan tiupan dari Jibril.”

 

Kelima bahwa yang dimaksud dengan ‘ruh’ di sini adalah kemuliaan. Jika penafsiran ini digunakan maka terjemahan dari QS An-Nisa’: 171 adalah sebagai berikut: “Isa putra Maryam itu hanyalah seorang utusan Allah dan tercipta dengan kalimah Allah (jadilah!) yang disampaikan kepada Maryam dan merupakan kemuliaan dari-Nya.” []

 

 

R. Ahmad Nur Kholis, Pegiat Kajian Ulum Al-Qur’an; Pengajar Mata Pelajaran Fiqih dan Ushul Fiqih di Pondok Pesantren PPAI Al-Fithriyah; dan Ketua LBM NU Kecamatan Ngajum Kabupaten Malang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar