Inilah Naskah Lengkap Deklarasi Nahdlatul
Ulama kepada Dunia
Pengurus Besar Nadlaltul Ulama (PBNU)
menerbitkan “Deklarasi Nahdlatul Ulama” dalam International Summit of Moderate
Islamic Leaders (Isomil) di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta,
yang dihelat sejak Senin (9/5).
Deklarasi tersebut dibacakan Ketua Umum PBNU
KH Said Aqil Siroj, Selasa (10/9) sore, di hadapan para ulama dari berbagai
negara. Naskah deklarasi dirumuskan setelah PBNU menggelar pertemuan terbatas
dengan para ulama itu pada siang harinya.
Berikut naskah lengkah “Deklarasi Nahdlatul
Ulama” di ujung forum internasional yang mengusung tema “Islam Nusantara,
Inspirasi untuk Peradaban Dunia” ini:
Deklarasi Nahdlatul Ulama
بِسْمِ
اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
وَمَا
أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
(الأنبياء:
107)
“Kami (Allah) tidak mengutus engkau
(Muhammad) kecuali sebagai pembawa rahmat bagi semesta” (QS. Al-Anbiya`: 107)
وَلَقَدْ
كَرَّمْنَا بَنِي آَدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ
مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا
(الإسراء:
70)
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan
anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan lautan, Kami beri mereka
rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang
sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan” (QS. Al-Isra`: 70)
وَمَا
جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ
(الحج:78)
“Dan Dia sekali-kali tidak menjadikan
kesukaran untukmu dalam agama” (QS. Al-Hajj: 78)
إِنَّمَا
بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الْأَخْلَاقِ
(رواه
البيهقي)
“Sesungguhnya aku diutus hanya untuk
menyempurnakan akhlaq yang mulia” (HR. Al-Baihaqi)
إِنَّ
اللَّهَ لَمْ يَبْعَثْنِي مُعَنِّتًا وَلا مُتَعَنِّتًا ، وَلَكِنْ بَعَثَنِي
مُعَلِّمًا مُيَسِّرً
(رواه مسلم)
“Sesungguhnya Allah tidak mengutusku
(Muhammad) sebagai orang yang mempersulit atau memperberat para hamba. Akan
tetapi Allah mengutusku sebagai pengajar yang memudahkan (HR. Muslim).
الْمُسْلِمُ
مَنْ سَلِمَ النَّاسُ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ وَالْمُؤْمِنُ مَنْ أَمِنَهُ
النَّاسُ عَلَى دِمَائِهِمْ وَأَمْوَالِهِمْ
(رواه
النسائ)
“Seorang muslim sejatinya adalah orang yang
seluruh manusia selamat dari lisan dan tangannya. Sedang seorang mukmin adalah
orang yang mendatangkan rasa aman kepada orang lain dalam darah dan hartanya”
(HR. An-Nasai)
إِنَّ
اللهَ يُحِبُّ الرِفْقَ فِى الْأَمْرِ كُلِّهِ (متفق عليه)
“Sesungguhnya Allah menyukai kelembutan dalam
semua urusan” (Muttafaq ‘Alaih)
الرَّاحِمُونَ
يَرْحَمُهُمْ الرَّحْمَنُ ارْحَمُوا مَنْ فِي الْأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي
السَّمَاءِ
“Orang-orang yang menyayangi sesama, Sang
Maha Penyayang menyayangi mereka. Sayangilah semua penduduk bumi niscaya
penduduk langit akan menyayangimu” (HR. At-Tirmidzi)
قَالَ
بْنُ بَطَّالٍ فِيهِ الحَضُّ عَلَى اسْتِعْمَالِ الرَّحْمَةِ لِجَمِيعِ الخَلقِ
فَيَدْخُلُ الْمُؤْمِنُ وَالْكَافِرُ وَالْبَهَائِمُ الْمَمْلُوكُ مِنْهَا
وَغَيْرُ الْمَمْلُوكِ وَيَدْخُلُ فِي الرَّحْمَةِ التَّعَاهُدُ بِالْإِطْعَامِ
وَالسَّقْيِ وَالتَّخْفِيفُ فِي الْحَمْلِ وَتَرْكُ التَّعَدِّي بِالضَّرْبِ
(انظر ابن
حجر العسقلاني، فتح الباري بشرح صحيح البخاري، بيروت-دار المفرفة، 1379هـ، ج، 10،
ص. 440)
“Ibnu Baththal berkata: ‘Hadits ini
mengandung anjuran kuat untuk bersikap penuh kasih sayang terhadap semua
makhluk, baik mukmin maupun kafir, binatang piaraan maupun binatang liar, dan
termasuk juga di dalamnya adalah komitmen untuk memberikan bantuan makanan dan
minuman (kepada yang membutuhkan), meringankan beban, dan menghindari berbuat
kekerasan terhadap seluruh makhluk” (Lihat, Ibnu Hajar al-Asqalani, Fath
al-Bari bi Syarhi Shahih al-Bukhari, Bairut-Dar al-Ma’rifah, 1379 H, juz,
XI, h. 440)
مِنَ
الْمَعْلُوْمِ اَنَّ النَّاسَ لاَبُدَّ لَهُمْ مِنَ اْلاِجْتِمَاعِ
وَالْمُخَالَطَةِ ِلأَنَّ الْفَرْدَ الْوَاحِدَ لاَيُمْكِنُ اَنْ يَسْتَقِلَّ
بِجَمِيْعِ حَاجَاتِهِ، فَهُوَ مُضْظَرٌّ بِحُكْمِ الضَّرُوْرَة اِلَى
اْلاِجْتِمَاعِ الَّذِيْ يَجْلِبُ اِلَى اُمَّتِهِ الْخَيْرَ وَيَدْفَعُ عَنْهَا
الشَّرَّ وَالضَّيْرَ. فَاْلإِتِّحَادُ وَارْتِبَاطُ الْقُلُوْبِ بِبَعْضِهَا
وَتَضَافُرُهَا عَلَى اَمْرِ وَاحِدٍ وَاجْتِمَاعُهَا عَلَى كَلِمَةٍ وَاحِدَةٍ
مِنْ أَهَمِّ اَسْبَابِ السَعَادَةِ وَاَقْوَى دَوَاعِى الْمَحَبَّةِ
وَاْلمَوَدَّةِ. وَكَمْ ِبهِ عُمِّرَتِ البِلاَدُ وَسَادَتِ الْعِبَادُ
وَانْتَشَرَ الْعِمْرَانُ وَتَقَدَّمَتِ اْلاَوْطَانُ وَاُسِّسَتِ الْمَمَالِكُ
وسُهِّلَتِ المسَاَلِكُ وَكَثُرَ التَّوَاصُلُ اِلَى غَيْرِ ذَلِكَ مِنْ فَوَائِدِ
اْلاِتِّحَادِ الَّذِيْ هُوَ اَعْظَمُ الْفَضَائِلِ وَأَمْتَنُ اْلاَسْبَابِ
وَالْوَسَائِلِ
(الرئيس
الأكبر لجمعية نهضة العلماء الشيج العالم العلامة هاشم أشعري, مقدمة القانون
الأساسي لجمعية نهضة العلماء)
“Telah dimaklumi bahwa manusia niscaya
bermasyarakat, bercampur dengan yang lain; sebab tak mungkin seorang pun mampu
sendirian memenuhi segala kebutuhan--kebutuhannya. Maka mau tidak mau ia harus
bermasyarakat dalam cara yang membawa kebaikan bagi umatnya dan menolak ancaman
bahaya dari padanya. Karena itu, persatuan, ikatan batin satu dengan yang lain,
saling bantu dalam memperjuangkan kepentingan bersama dan kebersamaan dalam
satu kata adalah sumber paling penting bagi kebahagiaan dan faktor paling kuat
bagi terciptanya persaudaraan dan kasih sayang. Berapa banyak negara-negara
yang menjadi makmur, hamba-hamba menjadi pemimpin yang berkuasa, pembangunan
merata, negeri-negeri menjadi maju, pemerintah ditegakkan, jalan-jalan menjadi
lancar, perhubungan menjadi ramai dan masih banyak manfaat-manfaat lain dari
hasil persatuan merupakan keutamaan yang paling besar dan merupakan sebab dan
sarana paling ampuh” (Rais Akbar Jamiyah Nahdlatul Ulama Hadlratussyekh
Muhammad Hasyim Asy’ari, Muqaddimah Qanun Asasi)
Nahdlatul Ulama telah merampungkan
munaadharah dalam “International Summit of Moderate Islamic Leaders” (Isomil),
“Muktamar Internasional Para Pemimpin Islam Moderat”, yang diselenggarakan pada
tanggal 9-11 Mei di Jakarta, Indonesia. Setelah berkonsultasi dan berdikusi
secara ekstensif bersama banyak ahli dari berbagai bidang yang ikut serta dalam
Muktamar ini, Nahdlatul Ulama berbulat hati menyiarkan “Deklarasi Nahdlatul
Ulama” sebagai berikut:
1.
Nahdlatul Ulama menawarkan wawasan dan pengalaman Islam Nusantara kepada dunia
sebagai paradigma Islam yang layak diteladani, bahwa agama menyumbang kepada
peradaban dengan menghargai budaya yang telah ada serta mengedepankan harmoni
dan perdamaian.
2.
Nahdlatul Ulama tidak bermaksud untuk mengekspor Islam Nusantara ke kawasan lain
di dunia, tapi sekadar mengajak komunitas-komunitas Muslim lainnya untuk
mengingat kembali keindahan dan kedinamisan yang terbit dari pertemuan sejarah
antara semangat dan ajaran-ajaran Islam dengan realitas budaya-budaya lokal di
seantero dunia, yang telah melahirkan beragam peradaban-peradaban besar,
sebagaimana di Nusantara.
3.
Islam Nusantara bukanlah agama atau madzhab baru melainkan sekadar
pengejawantahan Islam yang secara alami berkembang di tengah budaya Nusantara
dan tidak bertentangan dengan syari’at Islam sebagaimana dipahami, diajarkan
dan diamalkan oleh kaum Ahlussunnah wal Jama’ah di seluruh dunia.
4.
Dalam cara pandang Islam Nusantara, tidak ada pertentangan antara agama dan
kebangsaan. Hubbul watan minal iman: “Cinta tanah air adalah bagian dari
iman.” Barangsiapa tidak memiliki kebangsaan, tidak akan memiliki tanah air.
Barangsiapa tidak memiliki tanah air, tidak akan punya sejarah.
5.
Dalam cara pandang Islam Nusantara, Islam tidak menggalang pemeluk-pemeluknya
untuk menaklukkan dunia, tapi mendorong untuk terus-menerus berupaya
menyempurnakan akhlaqul karimah, karena hanya dengan cara itulah Islam dapat
sungguh-sungguh mewujud sebagai rahmat bagi semesta alam (Rahmatan lil
‘Alamin).
6.
Islam Nusantara secara teguh mengikuti dan menghidupkan ajaran-ajaran dan
nilai-nilai Islam yang mendasar, termasuk tawassuth (jalan tengah, yaitu
jalan moderat), tawaazun (keseimbangan; harmoni), tasaamuh
(kelemah-lembutan dan kasih-sayang, bukan kekerasan dan pemaksaan) dan i‘tidaal
(keadilan).
7.
Sebagai organisasi Ahlussunnah wal Jama’ah terbesar di dunia, Nahdlatul Ulama
berbagi keprihatinan yang dirasakan oleh sebagian besar warga Muslim dan
non-Muslim di seluruh dunia, tentang merajalelanya ekstremisme agama, teror,
konflik di Timur Tengah dan gelombang pasang Islamofobia di Barat.
8.
Nahdlatul Ulama menilai bahwa model-model tertentu dalam penafsiran Islamlah
yang merupakan faktor paling berpengaruh terhadap penyebaran ekstremisme agama
di kalangan umat Islam.
9.
Selama beberapa dekade ini, berbagai pemerintah negara di Timur Tengah telah
mengeksploitasi perbedaan-perbedaan keagamaan dan sejarah permusuhan di antara
aliran-aliran yang ada, tanpa mempertimbangkan akibat-akibatnya terhadap
kemanusiaan secara luas. Dengan cara mengembuskan perbedaan-perbedaan
sektarian, negara-negara tersebut memburu soft power (pengaruh opini)
dan hard power (pengaruh politik, ekonomi serta militer) dan mengekspor
konflik mereka ke seluruh dunia. Propaganda-propaganda sektarian tersebut
dengan sengaja memupuk ekstremisme agama dan mendorong penyebaran terorisme ke
seluruh dunia.
10.
Penyebaran ektremisme agama dan terorisme ini secara langsung berperan
menciptakan gelombang pasang Islamofobia di kalangan non-Muslim.
11.
Pemerintahan negara-negara tertentu di Timur Tengah mendasarkan legitimasi
politiknya diambil justru dari tafsir-tafsir keagamaan yang mendasari dan
menggerakkan ekstremisme agama dan teror. Ancaman ekstremisme agama dan teror
dapat diatasi hanya jika pemerintahan-pemerintahan tersebut bersedia membuka
diri dan membangun sumber-sumber alternatif bagi legitimasi politik
mereka.
12.
Nahdlatul Ulama siap membantu dalam upaya ini.
13.
Realitas ketidakadilan ekonomi dan politik serta kemiskinan massal di dunia
Islam turut menyumbang pula terhadap berkembangnya ekstremisme agama dan
terorisme. Realitas tersebut senantiasa dijadikan bahan propaganda ekstremisme
dan terorisme, sebagai bagian dari alasan keberadaannya dan untuk memperkuat
ilusi masa depan yang dijanjikannya. Maka masalah ketidakadilan dan kemiskinan
ini tak dapat dipisahkan pula dari masalah ektremisme dan terorisme.
14.
Walaupun maraknya konflik yang meminta korban tak terhitung jumlahnya di Timur
Tengah seolah-olah tak dapat diselesaikan, kita tidak boleh memunggungi masalah
ataupun berlepas diri dari mereka yang menjadi korban. Nahdlatul Ulama mendesak
Pemerintah Indonesia untuk mengambil peran aktif dan konstruktif dalam mencari
jalan keluar bagi konflik multi-faset yang merajalela di Timur Tengah.
15.
Nahdlatul Ulama menyeru siapa saja yang memiliki iktikad baik dari semua agama
dan kebangsaan untuk bergabung dalam upaya membangun konsensus global untuk
tidak mempolitisasi Islam, dan memarjinalkan mereka yang hendak mengeksploitasi
Islam sedemikian rupa untuk menyakiti sesama.
16.
Nahdlatul Ulama akan berjuang untuk mengonsolidasikan kaum Ahlussunnah wal
Jama’ah sedunia demi memperjuangkan terwujudnya dunia di mana Islam dan kaum
Muslimin sungguh-sungguh menjadi pembawa kebaikan dan berkontribusi bagi
kemaslahatan seluruh umat manusia.
Jakarta, 10 Mei 2016
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
Prof. Dr. K.H. Said Aqil Siroj,
MA Dr. Ir. Helmi Faisal
Zaini
Ketua
Umum
Sekretaris Jenderal
Dr. K.H. Ma’ruf
Amin
K.H. Yahya Cholil Staquf
Rais
‘Aam
Katib ‘Aam
[]
Sumber: NU Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar