Jumat, 02 Desember 2022

(Ngaji of the Day) Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 18

Berikut ini adalah kutipan Surat Al-Baqarah ayat 18, transliterasi, terjemahan, dan tafsirnya: 


صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لَا يَرْجِعُونَ


Shummum bukmun ‘umyun fa hum lā yarji‘ūn.


Artinya, “(Mereka) tuli, bisu, dan buta, maka mereka tidak akan kembali.” (Surat Al-Baqarah ayat 18).


Ragam Tafsir

 

Tafsirul Jalalain menjelaskan Surat Al-Baqarah ayat 18, “(Mereka) tuli” terhadap kebenaran sehingga mereka tidak menerimanya. Mereka juga “bisu” terhadap kebaikan sehingga mereka tidak mampu mengatakannya. Mereka pun “buta” terhadap jalan petunjuk sehingga mereka tidak melihatnya. Dari kesesatan itu, “mereka tidak akan kembali” ke jalan yang benar.


Imam At-Thabari dalam tafsirnya, Jami‘ul Bayan fi Ta’wilil Qur’an, mengutip sejumlah pendapat sahabat dan generasi sesudahnya perihal Surat Al-Baqarah ayat 18. Ia mengutip pendapat Ibnu Abbas RA yang menafsirkan bahwa mereka itu tuli, bisu, dan buta terhadap kebaikan.


Pada riwayat lain, Ibnu Abbas RA mengatakan bahwa mereka tidak mendengar, melihat, dan menalar petunjuk Allah. Sementara Qatadah RA perihal Surat Al-Baqarah ayat 18 mengatakan bahwa mereka tuli, bisu, dan buta terhadap kebenaran sehingga mereka tidak mendengar, melihat, dan mengucapkan kebenaran.


Mereka itu tidak sanggup keluar dari kubangan kesesatan. Mereka juga tidak mampu menarik diri dari kemunafikan. Hal ini membuat para sahabat nabi putus asa terhadap orang-orang munafik yang tidak dapat melihat petunjuk, mengatakan kebenaran, mendengar seruan hidayah, atau menjadi insaf dari kesesatan sebagaimana putus asa para sahabat terhadap pertobatan para pemuka ahli kitab.


At-Thabari juga mengutip pendapat Ibnu Abbas, Murrah, Ibnu Mas’ud, dan sejumlah sahabat perihal Surat Al-Baqarah ayat 18 bahwa orang-orang munafik itu tidak dapat kembali kepada Islam. Pada riwayat berbeda, Ibnu Abbas mengatakan, orang-orang munafik tidak dapat kembali ke jalan petunjuk dan kebaikan. Mereka tidak dapat menemukan jalan keselamatan selama mereka tetap berada di jalan kemunafikan.


Ibnu Katsir dalam tafsirnya, Tafsirul Qur’anil Azhim, mengutip pendapat Qatadah perihal Surat Al-Baqarah ayat 18 yang mengatakan bahwa orang-orang munafik tidak dapat kembali, yaitu tidak bertobat dan tidak sadar.


Adapun Imam Baghowi dalam tafsirnya, Ma‘alimut Tanzil fit Tafsir wat Ta’wil, perihal Surat Al-Baqarah ayat 18, mengutip Atha dan Muhammad bin Ka’ab. Menurut keduanya, Surat Al-Baqarah ayat 18 turun perihal umat Yahudi, penantian panjang mereka atas kehadiran Nabi Muhammad SAW, dan impian penaklukan mereka melalui Nabi Muhammad SAW atas kaum musyrikin Arab. Tetapi ketika Nabi Muhammad SAW diutus di tengah mereka, mereka mengingkarinya.


Allah SWT, kata Imam Baghowi, menyifati kaum Yahudi Madinah ini sebagai kaum yang tuli terhadap kebenaran. Mereka, dalam Surat Al-Baqarah ayat 18, tidak menerima kebenaran. Mereka tidak menerima kebenaran, seolah mereka belum mendengarnya.


Mereka, dalam Surat Al-Baqarah ayat 18, juga kaum yang bisu untuk mengucapkan kebenaran. Mereka, kata Imam Baghowi, tidak mampu mengatakan kebenaran. Ketika mereka menyembunyikan keyakinan yang mereka nyatakan, mereka seakan tidak menyampaikan kebenaran.


Mereka, lanjut Imam Baghowi, juga kaum yang buta tanpa mata hati. Orang tanpa mata hati seperti orang tanpa mata. Mereka, dalam Surat Al-Baqarah ayat 18, tidak dapat kembali ke jalan yang benar dari kubangan kesesatan. Wallahu a’lam.
[]

 

Sumber: NU Online

Tidak ada komentar:

Posting Komentar