KHUTBAH JUMAT
Menjaga Alam, Merawat Masa Depan
Khutbah I
الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَه لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: ولَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا ۚ إِنَّ رَحْمَتَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Menjadi sebuah keniscayaan bagi kita semua untuk senantiasa memanjatkan rasa syukur kepada Allah swt yang telah menganugerahkan berjuta nikmat sehingga kita bisa menjalankan misi utama kita di dunia yakni beribadah kepada Allah swt. Nikmat yang tak bisa kita hitung satu persatu ini harus senantiasa dirawat agar kita tidak tergolong orang kufur nikmat. Nikmat ini harus kita kelola dengan baik sehingga mampu merubah kehidupan kita ke arah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang. Allah swt berfirman:
اِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ
حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْۗ
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum
mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.” (Ar-Ra’du: 11)
Selain rasa syukur, kita juga harus senantiasa menguatkan keimanan dan
ketakwaan kita kepada Allah swt dengan menjalankan perintahNya dan menjauhi
laranganNya. Di antara bentuk menjalankan perintahNya adalah menjaga alam dan
lingkungan. Adapun larangan yang diperintahkan kepada kita adalah tidak boleh
merusak lingkungan yang ini juga bisa menjadi indikator kuatnya keimanan dan
ketakwaan yang kita miliki. Perintah dan larangan ini sudah termaktub dalam
Al-Qur’an dan juga melalui hadits Nabi, di antaranya Allah swt berfirman:
ولَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ
إِصْلَاحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا ۚ إِنَّ رَحْمَتَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ
الْمُحْسِنِينَ
Artinya: “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)
memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima)
dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada
orang-orang yang berbuat baik.” (QS: Al-A'raf Ayat: 56)
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Dalam menjaga lingkungan ini, Rasulullah telah memberi contoh konkret. Pada zaman beliau, sudah ada sebuah kawasan khusus yang dilindungi untuk melestarikan lingkungan sekaligus bentuk konservasi alam. Kawasan tersebut bernama Hima, sebuah kawasan cagar alam di mana ada larangan merusaknya termasuk larangan menggembala onta dan kambing di dalamnya. Pada masa itu Nabi memerintahkan para sahabat untuk menjaga Kawasan Hima di sekitar Madinah guna melindungi lembah, padang rumput, dan tumbuhan yang ada di dalamnya.
Kawasan ini tidaklah dimiliki oleh perorangan melainkan milik umum sebagaimana
hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari:
لاَ حِمَى إِلاَّ لِلَّهِ وَلِرَسُولِهِ
Artinya: “Tidak ada hima’ kecuali milik Allah dan rasul-nya.”
Rasulullah pun menyebut bahwa Kawasan Hima yang di dalamnya dipenuhi dengan
berbagai jenis tumbuh-tumbuhan dan vegetasi sebagai daerah atau tempat tinggal
yang paling menyenangkan jika saja tidak banyak ular di dalamnya. Ini
menggambarkan bahwa daerah hijau penuh dengan tumbuh-tumbuhan menjadi idaman
untuk menjadi tempat tinggal di tengah gersangnya Kawasan jazirah Arab.
Sehingga sudah sepatutnya kita bangsa Indonesia yang tinggal di daerah tropis
dan dianugerahi dengan kesejukan udara serta banyak pepohonan untuk senantiasa
bersyukur dengan menjaga alam ini.
Jangan sampai kita merusak alam sekitar yang nyaman kita tempati ini dengan
prilaku buruk seperti menebang pohon, membuang sampah sembarangan, dan
aktivitas lain yang bisa menggangu keseimbangan alam. Allah sudah mengingatkan
manusia jika merusak alam dengan sebuah bencana yang akan dirasakan akibat
ulahnya. Hal ini termaktub dalam Al-Qur’an surat Ar-Rum ayat 41:
ظَهَرَ ٱلْفَسَادُ فِى ٱلْبَرِّ
وَٱلْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِى ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ ٱلَّذِى
عَمِلُوا۟ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Artinya: Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari
(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Selain melalui Kawasan Hima, Rasulullah juga sudah mendidik umat Islam untuk mencintai alam yang terlihat pada rangkaian ibadah haji. Saat melaksanakan ibadah haji, para jamaah diuji kesalehan ekologinya dengan larangan menebang pohon bahkan dilarang mencabut rumput atau mematahkan ranting. Jika ini dilakukan, maka jamaah harus membayar dam atau denda. Ketentuan ini seharusnya menjadi ibrah bagi kita untuk sangat peduli terhadap lingkungan.
Terlebih di Indonesia yang dikaruniai Allah alam yang sangat indah dengan
berbagai macam kekayaan di dalamnya, semua harus dijaga untuk keberlangsungan
perdaban di masa yang akan datang. Bentuk menjaga ini bisa dilakukan dengan
terus menanam pohon yang sampai-sampai Rasulullah memerintahkan menanam pohon
walaupun esok harinya akan kiamat.
إن قَامَتِ السَّاعَةُ وَفِي يَدِ
أَحَدِكُمْ فَسِيلَةٌ فَإِنِ اسْتَطَاعَ أَنْ لَا تَقُومَ حَتَّى يَغْرِسَهَا
فَلْيَغْرِسْهَا
Artinya: “Jika terjadi hari kiamat sementara di tangan salah seorang dari
kalian ada sebuah tunas, maka jika ia mampu sebelum terjadi hari kiamat untuk
menanamnya maka tanamlah.” (HR. Bukhari dan Ahmad)
Menanam pohon juga menjadi amalan yang mendatangkan manfaat serta pahala bagi
pelakunya dan orang lain. Amalan menanam pohon akan mengalir terus pahalanya
karena menjadi salah satu bentuk sedekah jariyah. Rasulullah bersabda:
حديث أَنَس قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَبْعٌ يَجْرِى لِلْعَبْدِ أَجْرُهُنَّ وَهُوَ
فِي قَبْرِهِ بَعْدَ مَوْتِهِ: مَنْ عَلَّمَ عِلْماً، أَوْ كَرَى نَهْراً، أَوْ
حَفَرَ بِئْراً، أَوْ غَرَسَ نَخْلاً، أَوْ بَنَى مَسْجِداً، أَوْ وَرَّثَ
مُصْحَفاً، أَوْ تَرَكَ وَلَداً يَسْتَغْفِرُ لَهُ بَعْدَ مَوْتِهِ رواه البزار
وأبو نعيم والبيهقي
Artinya: “Hadits sahabat Anas bin Malik ra, Rasulullah saw bersabda: Ada tujuh
yang pahalanya mengalir terus kepada seseorang di alam kuburnya: (1) orang yang
mengajarkan ilmu, (2) orang yang mengalirkan (mengeruk atau meluaskan) sungai,
(3) orang yang menggali sumur, (4) orang yang menanam pohon kurma, (5) orang
yang membangun masjid, (6) orang yang mewariskan mushaf, (7) orang yang
meninggalkan anak keturunan yang memintakan ampunan baginya sepeninggal
kematiannya,’” (HR Al-Baihaqi).
Maasyiral muslimin rahimakumullah,
Menjaga alam meruipakan investasi masa depan yang sangat bermanfaat bagi peradaban. Bukan hanya bisa menjadikan keberlangsungan masa depan yang lebih baik, menjaga alam juga merupakan wujud menjaga hubungan baik dengan alam yang akan mendapatkan ganjaran dari Allah swt. Bukan hanya dalam bentuk yang besar, hal kecil dalam menjaga keseimbangan alam pun juga akan mendapatkan balasan pahala dari Allah. Seperti menyingkirkan duri di tengah jalan. Rasulullah bersabda:
بَيْنَمَا رَجُلٌ يَمْشِي بِطَرِيقٍ وَجَدَ
غُصْنَ شَوْكٍ عَلَى الطَّرِيقِ فَأَخَّرَهُ، فَشَكَرَ اللَّهُ لَهُ فَغَفَرَ لَهُ
Artinya: “Ketika seorang laki-laki berjalan pada suatu jalan dan menemukan
dahan berduri lalu ia membuangnya maka Allah menyanjungnya dan mengampuni
dosanya.” (HR. Bukhari, Muslim)
Oleh karenanya, mari kita lebih meningkatkan kepedulian kepada alam dan
lingkungan sekitar agar anak cucu kita nanti bisa menikmati keindahan alam
karunia Allah swt. Kita perlu memperkuat tekat untuk menjadi insan-insan
beriman dan bertakwa dalam wujud nyata Merawat Jagat, Membangun
Peradaban.
بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ
اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ
الرَّحِيْم
Khutbah II
الْحَمْدُ لِلّٰهِ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ ثُمَّ الْحَمْدُ لِلّٰهِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يٰأَ يُّها الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى
أَلِ سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ .اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ
وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ
وَاْلاَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلَاءَ وَاْلوَبَاءَ والقُرُوْنَ
وَالزَّلَازِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا
وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ بُلْدَانِ
اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ
حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا
اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً
وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
عٍبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ
وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ
وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا
اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ،
وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
H Muhammad Faizin, Sekretaris PCNU Kabupaten Pringsewu, Lampung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar