Senin, 26 Desember 2022

(Ngaji of the Day) Sejarah Puasa Bangsa Arab dan Nabi Muhammad di Masa Jahiliyah

Bulan Ramadhan dan kewajiban berpuasa umat Islam tidak dapat dilepaskan. Pada bulan Ramadhan, umat Islam yang tidak memiliki uzur berkewajiban untuk menjalankan ibadah puasa selama sebulan penuh pada setiap tahunnya.

 

Masalahnya, kenapa pilihannya jatuh pada bulan Ramadhan? Sementara ada sebelas bulan lainnya dalam setahun.


Guru besar hukum Islam di Mesir, Syekh Muhammad Afifi Al-Baijuri, atau dikenal dengan nama pena Syekh Muhammad Khudari Bek (1872-1927 M) dalam karyanya Tarikh Tasyri Al-Islami (Beirut, Darul Fikr: 1995 M/1415 H) menceritakan sejarah penetapan bulan Ramadhan sebagai bulan untuk kewajiban berpuasa.

 

Penulis Kitab Ushulul Fiqhi ini mengawali kajiannya dengan pengertian kata “As-Shaum” atau puasa secara bahasa.


Pengertian puasa dalam Bahasa Arab adalah menahan diri (al-imsak) dari segala sesuatu dan meninggalkannya. Dari pengertian secara bahasa ini kemudian muncul pengertian umum tentang “As-Shaum” atau puasa, yaitu menahan diri dari dua keinginan (syahwatain). (Khudhari Bek, 1995 M/1415 H: 28).


Sebelum Islam datang, puasa sudah dikenal di kalangan bangsa Arab. Imam Bukhari dengan sanadnya dari Aisyah RA meriwayatkan bahwa masyarakat Quraisy pada masa jahiliyyah lazim melaksanakan puasa pada setiap hari Asyura atau 10 Muharram. Rasulullah SAW juga memerintahkan sahabatnya untuk melaksanakan puasa Asyura pada 10 Muharram.


“Siapa saja yang ingin berpuasa, maka hendaknya ia berpuasa. Tetapi siapa saja yang ingin berbuka, hendaknya ia berbuka,” kata Rasulullah SAW.


Tradisi ini berlangsung lama hingga datang kewajiban bagi umat Islam untuk berpuasa di bulan Ramadhan. Dari sini dapat disimpulkan bahwa tradisi berpuasa sudah dikenal dan berlangsung lama di kalangan bangsa Arab.

 

***


Rasulullah dibesarkan dalam tradisi masyarakat Quraisy. Ibnu Ishaq meriwayatkan perihal peristiwa wahyu pertama turun. Ibnu Ishaq menceritakan bahwa Rasulullah SAW bertapa atau bersemadi di Gua Hira selama sebulan penuh pada setiap tahunnya.


Dalam setahun ada satu bulan di mana masyarakat Quraisy berlaku saleh (tahannuts atau tabarrur). Pada bulan itu juga Rasulullah SAW bersemadi selama sebulan penuh untuk mendekatkan diri kepada Allah. Pada bulan itu juga Rasulullah melakukan lebih banyak kesalehan, memberi makan orang miskin yang datang kepadanya dan beragam kesalehan lainnya.


Bulan yang dilazimkan oleh masyarakat Quraisy dan Rasulullah SAW tidak lain adalah bulan Ramadhan di mana Al-Qur’an diturunkan di dalamnya. Dari riwayat ini kita dapat memahami bahwa puasa Ramadhan umat Islam merupakan puasa yang biasa dilazimkan masyarakat Quraisy sebagai bentuk peribadatan di masa Jahiliyah sebelum Islam. (Khudhari Bek, 1995 M/1415 H: 28).

***


Allah memilih bulan Ramadhan melalui perintah-Nya untuk ibadah puasa sebulan penuh bagi umat Islam di mana Ramadhan merupakan bulan pertapaan dan persemadian Rasulullah SAW pada setiap tahunnya. Pada bulan ini terdapat kemuliaan sebab risalah dari Allah melalui Surat Al-Baqarah ayat 183. (Khudhari Bek, 1995 M/1415 H: 29).


Pada tahun pertama perintah wajib puasa Ramadhan, para sahabat dilarang untuk mendekati istri mereka pada malam-malam puasa. Al-Qur’an kemudian meringankan keberatan dan kesulitan pelaksanaan ibadah Ramadhan tersebut melalui Surat Al-Baqarah ayat 187 yang membolehkan mereka untuk menggauli istri pada malamnya.


Rasulullah SAW menganjurkan puasa sunnah beberapa hari tertentu di luar bulan Ramadhan. Sedangkan puasa Ramadhan diwajibkan kepada umat Islam untuk pertama kalinya pada tahun kedua hijriyyah. (Khudhari Bek, 1995 M/1415 H: 29). Wallahu a’lam.
[]

 

(Alhafiz Kurniawan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar