Kamis, 22 Desember 2022

(Ngaji of the Day) Hadits-Hadits tentang Keistimewaan Nabi Saw yang Tak Banyak Diketahui

Pada tulisan kali ini akan kembali diungkapkan beberapa keistimewaan Nabi Muhammad saw. Sebagaimana diketahui, Nabi Muhammad saw memiliki sejumlah keistimewaan. Keistimewaan yang dimaksud adalah: 


1. Nabi saw. Tidak Memiliki Bayangan

 

Dalam kitabnya Subulul-Huda war-Rasyad, Muhammad bin Yusuf as-Shalihi mengutip pendapat Ibn Sab’ bahwa Rasulullah saw. tidak memiliki bayangan. Pasalnya, beliau adalah cahaya. Sementara cahaya tidak akan mengeluarkan bayangan jika tersorot  cahaya lain.    


وقال ابن سبع رحمه اللَّه تعالى: في خصائصه: إن ظله صلى اللَّه عليه وسلم كان لا يقع على الأرض وإنه كان نوراً وكان إذا مشى في الشمس أو القمر لا يظهر له ظل.


Ibnu Sab’ menyebutkan beberapa keistimewaan Nabi saw. Di antaranya bayangan beliau tidak tampak pada tanah. Pasalnya, beliau adalah cahaya. Sehingga jika beliau berjalan di bawah sinar matahari atau cahaya bulan, tidak akan tampak bayangan padanya. (Lihat: Subulul-Huda war-Rasyad, juz 2, halaman 90).  


2. Hati Tetap Terjaga Walau Kedua Mata Nabi saw. Tertidur 

 

Keistimewaan lainnya, hati Rasulullah saw. tidak pernah tidur walau kedua matanya tertidur. Hal itu diakui langsung oleh Rasulullah saw. saat ditanya oleh istrinya, Siti Aisyah. 


عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ، أَنَّهُ سَأَلَ عَائِشَةَ زَوْجَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، كَيْفَ كَانَتْ صَلَاةُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي رَمَضَانَ؟ فَقَالَتْ: مَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ، وَلَا فِي غَيْرِهِ، عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً. يُصَلِّي أَرْبَعًا، فَلَا تَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ، ثُمَّ يُصَلِّي أَرْبَعًا، فَلَا تَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ، ثُمَّ يُصَلِّي ثَلَاثًا. فَقَالَتْ عَائِشَةُ: فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَتَنَامُ قَبْلَ أَنْ تُوتِرَ؟ فَقَالَ: يَا عَائِشَةُ إِنَّ عَيْنَيَّ تَنَامَانِ وَلَا يَنَامُ قَلْبِي


Abu Salamah bin Abdurrahman bin Auf pernah bertanya kepada Siti Aisyah, istri Nabi saw. tentang bagaimana shalatnya Rasulullah saw. pada bulan Ramadhan. Siti Aisyah menjawab, “Baik di dalam bulan Ramadhan maupun di luar Ramadhan, Rasulullah saw. shalat tidak lebih dari 11 rakaat. Beliau tunaikan empat rakaat. Jangan engkau tanyakan bagus dan lamanya. Kemudian beliau tunaikan lagi empat rakaat. Jangan engkau tanyakan bagus dan lamanya. Kemudian beliau tunaikan lagi tiga rakaat.” Siti Aisyah berkata, “Aku sempat bertanya, ‘Wahai Rasulullah, apakah engkau tidur sebelum menunaikan witir?’ Beliau menjawab, ‘Wahai Aisyah, sesungguhnya walau kedua mataku  tidur, tetapi hatiku tidak tidur,’” (HR. Malik). 


3. Nabi saw. Tidak Pernah Menguap

 

Ibnu Hajar al-‘Asqalani menyebutkan dalam Syarah Shahih al-Bukhari bahwa para nabi tidak pernah menguap, termasuk Rasulullah saw. Selain itu, menguap adalah perkara yang tidak disukai Allah dan disenangi oleh setan. Pasalnya, menguap disebabkan oleh banyaknya makan, kenyangnya perut, dan lesunya badan, sehingga berujung pada malasnya beribadah._ (Lihat: Ibnu Hajar, Syarah Shahih al-Bukhari, Jilid 10, halaman 607).       


Sementara para nabi terjaga dari perkara-perkara yang mengurangi derajat kenabiannya. Hal itu dikuatkan dalam sejumlah hadits, di antaranya:  


التَّثَاؤُبُ مِنَ الشَّيْطَانِ، فَإِذَا تَثَاءَبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَرُدَّهُ مَا اسْتَطَاعَ، فَإِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا قَالَ: هَا، ضَحِكَ الشَّيْطَانُ


Menguap itu berasal dari setan. Jika salah seorang dari kalian menguap, maka tahanlah semampu mungkin. Sesungguhnya, jika salah seorang dari kalian berkata ‘hah’, maka setan tertawa, (HR. al-Bukhari). 


Bahkan, dalam hadits lain, setan disebutkan turut masuk ke dalam diri seseorang, manakala dirinya menguap: 


إِذَا تَثَاءَبَ أَحَدُكُمْ فِي الصَّلَاةِ، فَلْيَضَعْ يَدَهُ عَلَى فِيهِ، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَدْخُلُ مَعَ التَّثَاؤُبِ


Jika salah seorang dari kalian menguap di saat shalat, maka letakanlah tangan pada mulutnya. Sesungguhnya, setan turut masuk bersamaan dengan menguap, (HR. Ahmad). 


4. Semua Kotoran Nabi saw. Diserap oleh Bumi

 

Dalam as-Sirah an-Nabawiyah, Ibnu Katsir menyebutkan bagaimana pengalaman Laila, pelayan Siti Aisyah, yang tidak mendapati bekas apa pun setiap kali memasuki tempat buang hajatnya Rasulullah saw. Berikut adalah petikan riwayatnya: 


يْلَى مَوْلَاةُ عَائِشَةَ، قَالَتْ: يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّكَ تَخْرُجُ مِنَ الْخَلَاءِ فَأَدْخُلُ فِي أَثَرِكَ فَلَمْ أَرَ شَيْئًا، إِلَّا أَنِّي أَجِدُ رِيحَ الْمِسْكِ؟ فَقَالَ:  إِنَّا مَعْشَرَ الْأَنْبِيَاءِ تَنْبُتُ أَجْسَادُنَا عَلَى أَرْوَاحِ أَهْلِ الْجَنَّةِ، فَمَا خَرَجَ مِنَّا مِنْ نَتْنٍ ابْتَلَعَتْهُ الْأَرْضُ


Laila, pelayan Siti Aisyah, pernah bertanya kepada Rasulullah, “Wahai Rasul, setiap engkau keluar tempat buang hajat, aku memasukinya. Namun, aku tidak mendapati apa-apa.” Beliau menjawab, “Sesungguhnya kami, wahai golongan para nabi, tubuh kami tumbuh pada ruhnya para penghuni surga. Kotoran apa pun yang keluar dari kami, pasti akan diserap bumi.” (Lihat: Ibnu Katsir, as-Sirah an-Nabawiyah, jilid 4, halaman 650).


Demikian hadits-hadits tentang keistimewaan Rasulullah saw. Semoga melalui hadits-hadits di atas atas, kita semakin cinta kepadanya, senantiasa menaati tuntunannya, serta di akhirat kelak kita mendapatkan syafaatnya. Wallahu a’lam.
[]


Ustadz Tatam Wijaya, alumnus Pondok Pesantren Raudhatul Hafizhiyyah Sukaraja-Sukabumi, Pengasuh Majelis Taklim “Syubbanul Muttaqin” Sukanagara-Cianjur, Jawa Barat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar