Senin, 27 September 2021

(Ngaji of the Day) Abdullah bin Mas’ud, Orang Pertama Terang-terangan Membaca Al-Qur’an

Dalam satu hadits riwayat Ibnu Majah dan Ahmad, Nabi Muhammad Saw bersabda, "Barangsiapa yang ingin membaca Al-Qur’an yang baik seperti pertama kali turun maka bacalah seperti bacaan Abdullah bin Mas’ud."

 

Abdullah bin Mas’ud termasuk dari golongan assabiqunal awwalun (sahabat yang pertama masuk Islam). Beberapa saat setelah masuk Islam, Abdullah bin Mas’ud mengajukan diri menjadi pelayan Nabi Muhammad.

 

Permohonannya pun dikabulkan Nabi. Maka sejak itu, interaksi Bin Mas’ud dengan Nabi begitu intens. Dia selalu mendampingi ke mana pun Nabi pergi. Ia juga selalu menyediakan segala kebutuhan Nabi–mulai dari menyediakan air mandi hingga membawakan sandal dan siwak. Bahkan, kerap kali masuk ke kamar Nabi untuk sekadar mengurus tempat tidurnya.

 

Karena selalu mendampingi Nabi, Abdullan bin Mas’ud menjadi salah satu dari sedikit sahabat yang langsung mengumpulkan dan belajar Al-Qur’an langsung dari mulut Nabi Muhammad. Di samping itu, Abdullah bin Mas’ud memiliki kecerdasan dan ingatan yang kuat sehingga ia mengetahui betul kapan, di mana, dan kepada siapa (asbabun nuzul) sebuah ayat diturunkan. Maka tidak heran, jika Nabi Muhammad menyerukan kepada orang-orang untuk belajar Al-Qur’an–salah satunya--kepada Abdullah bin Mas’ud.

 

"Ambillah Al-Qur’an itu dari empat orang. Yaitu dari Abdullah bin Mas'ud, Salim, Mu'adz bin Jabal dan Ubay bin Ka'ab," kata Nabi Muhammad.

 

Nabi Muhammad suka meminta Abdullah bin Mas’ud untuk membacakan Al-Qur’an untuknya. Selain untuk mengecek bacaan Al-Qur’an sahabatnya itu, Nabi juga suka dengan suara Abdullah bin Mas’ud yang begitu merdu.

 

Terlepas dari itu semua, Abdullah bin Mas’ud adalah sahabat yang pemberani. Setelah Nabi Muhammad, ia tercatat sebagai orang pertama yang membacakan Al-Qur’an dengan terang-terangan di hadapan kaum musyrik Quraisy. Dalam Sirah Nabawiyah (Ibnu Hisyam, 2018) dikisahkan, suatu ketika para sahabat berkumpul dan melontarkan pertanyaan perihal siapa yang berani membacakan Al-Qur’an di hadapan kaum musyrik Quraisy secara terang-terangan. Mengingat pada saat itu orang-orang Quraisy belum pernah mendengarkan Al-Qur’an secala langsung.

 

Seketika itu juga Abdullah bin Mas’ud langsung menawarkan diri untuk menjadi pembaca Al-Qur’an di hadapan musuh-musuh Islam. Para sahabat lainnya awalnya tidak sepakat karena khawatir Abdullah bin Mas’ud akan dicelakai. Mereka ingin orang yang membacakan Al-Qur’an secara terang-terangan adalah sahabat yang keluarganya bisa melindunginya jikalau kaum musyrik berbuat jahat kepadanya.

 

Abdullah bin Mas’ud masih keukeh. Ingin menjadi pembaca Al-Qur’an di hadapan kaum musyrik Quraisy. Dia meyakinkan bahwa pelindungnya adalah Allah. Para sahabat lainnya akhirnya menyetujui permintaan Abdullah bin Mas’ud tersebut.

 

Esok harinya, Abdullah bin Mas’ud datang ke Maqam Ibrahim pada saat waktu dhuha. Pada saat itu, orang-orang musyrik Quraisy tengah duduk-duduk di sekitaran Ka’bah. Di hadapan mereka, Abdullah bin Mas’ud langsung membacakan Surat Ar-Rahman dengan suara merdu nan lantang. Beberapa orang terpesona ketika mendengar bacaan Al-Qur’an Bin Mas’ud. Setelah mendengar beberapa ayat, orang-orang Quraisy mulai sadar perihal apa yang dibaca Abdullah bin Mas’du. Mereka kemudian mendatangi dan memukuli Abdullah bin Mas’ud.

 

Usai kejadian itu, Abdullah bin Mas’ud mendatangi para sahabatnya dengan muka babak belur dan berdarah. Apa yang dikhawatirkan para sahabat terhadap Abdullah bin Mas’ud menjadi kenyataan. Akan tetapi, Abdullah bin Mas’ud tidak gentar sama sekali. Ia bahkan menawarkan diri lagi untuk membacakan Al-Qur’an secara terang-terangan di hadapan kaum musyrik keesokan harinya.

 

"Jika kalian mau, besok pagi aku akan melakukan hal yang sama," kata Abdullah bin Mas’ud.

 

"Tidak. Engkau sudah cukup. Engkau telah memperdengarkan kepada mereka sesuatu yang tidak mereka sukai," jawab para sahabat mencegah Abdullah bin Mas’ud.

 

Abdullah juga banyak meriwayatkan hadits. Ada sekitar 840 hadits yang diriwayatkannya dari Nabi Muhammad. Ali bin Abi Thalib memuji Abdullah bin Mas’ud sebagai sahabat ahli ilmu. Ia begitu menguasai Al-Qur’an dan seluk-beluknya serta meriwayatkan banyak hadits. Abdullah bin Mas’ud meninggal dunia pada saat kekhalifahan Utsman bin Affan, tahun ke-32 Hirjiyah ketika usianya 65 tahun. []

 

(A Muchlishon Rochmat)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar