Suatu hari Uwais Al-Qarni dalam sebuah perjalanan melewati sebuah kampung. Di dalamnya ia menemukan seorang rahib tua yang pembawaannya begitu tenang dan bicara teratur. Uwais Al-Qarni tidak melewatkan kesempatan baik tersebut.
Ia bertanya kepada rahib tersebut soal anak tangga pertama yang harus dipijak oleh seorang yang menapaki jalan ibadah. Uwais Al-Qarni benar-benar ingin mengetahui pandangan rahib tua dan bijaksana tersebut.
“Apakah derajat pertama yang akan ditempati seorang murid (orang yang ingin bersuluk)?”
Rahib itu menjawab, “mengembalikan hak orang yang dizalimi dan meringankan punggung dari hak-hak orang lain karena amal seorang hamba tidak akan naik ke langit selagi ia masih memiliki tanggungan hak orang lain atau hak orang orang yang terzalimi.”
***
Uwais Al-Qarni adalah pemuda saleh yang tinggal di Yaman. Ia pernah menempuh perjalanan dari Yaman menuju Madinah untuk menemui Rasulullah SAW. Tetapi Rasulullah sedang keluar kota untuk suatu kepentingan yang entah sampai kapan kembali pulang.
Uwais Al-Qarni terpaksa meninggalkan Kota Madinah untuk menuju kampong halaman tanpa sempat bertemu dengan Rasulullah SAW. Uwais tidak bisa berlama-lama di Madinah karena ibunya yang sudah tua sedang sakit di Yaman dan berpesan kepada untuk tidak berlama-lama keluar kota.
***
Kisah pertemuan Uwais Al-Qarni dan rahib yang bijak dikisahkan oleh Syekh Nawawi Banten dalam Kitab Nashaihul Ibad, (Indonesia, Daru Ihyail Kutubil Arabiyyah: tanpa tahun), halaman 4. Kisah ini diangkat terkait hadits keimanan kepada Allah dan keutamaan memberikan manfaat kepada orang lain.
Dari riwayat ini berbagai hadits terkait, Syekh Nawawi Banten menyimpulkan, “Inti semua perintah Allah berpulang pada dua hal, ketakziman kepada Allah dan kasih sayang terhadap makhluk-Nya.” Wallahu a‘lam. []
(Alhafiz Kurniawan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar