IS dan
Basis di ASEAN
Oleh:
Bambang Soesatyo
ISLAMIC
State of Iraq and Syria (ISIS) atau Islamic State (IS) sudah sampai pada upaya
merealisasikan pendirian basis di Asia Tenggara. Jika itu terwujud, dia akan
menghadirkan ancaman bencana kemanusian di kawasan ini. Indonesia dan ASEAN
harus all out menggagalkannya.
Khusus di
Indonesia, TNI dan Polri harus diberi payung hukum yang kuat untuk melumpuhkan
jaringan sel-sel IS yang kini bertebaran di sejumlah daerah. Selasa sore (23/5)
sekitar pukul 15.00 waktu Filipina, terjadi pertempuran sengit di kota Marawi,
Mindanao, Filipina.
Terjadi
baku tembak antara militer Filipina dari Brigade Infantri ke-103 melawan
kelompok militan Maute yang nyaris menguasai kota itu. Saat itu, militan Maute
telah mengambil alih sejumlah gedung, rumah sakit, membakar sekolah dan rumah
ibadah.
Maute
melancarkan perlawanan sengit untuk mencegah militer Filipina menangkap gembong
teroris Isnilon Hapilon. Sosok Hapilon dikenal sebagai pemimpin kelompok
penculik Abu Sayyaf.
Pihak
berwajib Filipina mencatat militan Maute dan Abu Sayyaf sudah menyatakan sumpah
setia kepada IS. Mungkin karena itu, AS menilai Hapilon sebagai salah satu
teroris paling berbahaya.
Serangan
militer Filipina hari itu berhasil menewaskan 31 militan Maute. Tetapi
pengumuman resmi juga menyebutkan sedikitnya 11 tentara dan dua polisi Filipina
tewas.
Untuk
menguasai keadaan sepenuhnya, Presiden Filipina Rodrigo Duterte telah
memberlakukan darurat militer di pulau Mindanao. Pertempuran di kota Marawi itu
sudah lebih dari cukup sebagai bukti simpatisan dan sel-sel terkecil IS sudah
bertebaran di kawasan Asia Tenggara.
Mereka
membangun kekuatan untuk mewujudkan basis IS di kawasan ini, setelah terdesak
di Timur Tengah. Anggota ASEAN lainnya akan terus menyimak kelanjutan langkah
pemerintah dan militer Filipina di Mindanao.
Apakah
Filipina mampu menggagalkan niat militan Maute dan Abu Sayyaf mendirikan basis
IS di Marawi? Itulah pertanyaan di benak para pemimpin ASEAN. Sudah banyak data
yang menunjukan sel-sel IS sudah bertebaran di sejumlah negara ASEAN.
Indonesia
baru saja dikejutkan ledakan bom bunuh diri terminal bus Kampung Melayu,
Jakarta Timur, Rabu (24/5). Polri menduga pelakunya terkait jaringan Jamaah
Anshar Daulah (JAD) yang juga berafiliasi dengan IS.
Sebelumnya,
Densus 88 Anti-teror Mabes telah menyergap sejumlah orang atau kelompok yang
juga terindikasi sebagai sel-sel IS. Penjelasan resmi otoritas Filipina
mengungkap sejumlah WNI bergabung dengan militan Maute dalam upaya menguasai
kota Marawi.
Sementara
itu, Sabtu (27/5), pihak berwajib Malaysia menangkap enam pria
berkewarganegaraan Malaysia yang diduga terkait dengan IS. Dalam pertempuran di
Marawi, ada warga Malaysia yang bergabung dengan militan Maute.
Perdana
Menteri Malaysia Najib Razak pernah mengingatkan bahwa IS merupakan ancaman
nyata bagi negaranya. Pada bulan Agustus 2016, Polri menangkap enam terduga
teroris yang terkait dengan IS. Mereka berencana melancarkan serangan ke hotel
Marina Bay di Singapura.
April
2017, Polisi Filipina juga menangkap pasangan suami-istri asal Kuwait di
Manila. Berdasarkan informasi yang diberikan otoritas Kuwait, keduanya diduga
simpatisan IS. Apalagi, keduanya bepergian ke Filipina Selatan.
Bencana
Kemanusiaan
Semua
kegiatan sel-sel IS di kawasan ASEAN itu merupakan rangkaian proses persiapan
mewujudkan basis di Asia Tenggara. Upaya menjadikan Indonesia sebagai basis
makin sulit karena para simpatan IS terus diburu. Apalagi, Polri dan TNI telah
melumpuhkan Santoso alias Abu Wardah, sosok yang memimpin Mujahidin Indonesia
Timur (MIT).
Karena
ruang geraknya di Indonesia makin kecil, militan Maute dan Abu Sayyaf mencoba
menjadikan kota Marawi sebagai basis.
Di Timur
Tengah, IS terus terdesak akibat gempuran militer dari negara-negara barat.
Para anggota IS tidak lagi pergi ke Afrika. Mereka memilih datang ke Asia
Tenggara, dan langsung bergabung dengan kelompokkelompok militan lokal yang
selama ini berafiliasi dengan IS.
Karena
itu, tidak mengherankan jika dalam waktu singkat, aktivitas dan sebaran ancaman
dari sel-sel IS di kawasan ini semakin tinggi intensitasnya Indonesia, Filipina
dan anggota ASEAN lainnya mau tak mau harus all outmenggagalkan niat IS
mewujudkan basisnya di kawasan ini.
Sekali
lagi, ISIS tidak lagi sekadar berencana, tetapi sudah sampai pada tahapan upaya
merealisasikan rencana itu.
Penjelasan
sangat gamblang tentang langkah-langkah IS itu tergambar dari serangan militan
Maute dan Abu Sayyaf dalam upaya menguasai kota Marawi dan kemampuan tempur
mereka menghadapi militer Filipina.
Khusus
mengenai ancaman terhadap Indonesia, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdhatul Ulama,
KH Said Aqil Siroj, sudah mengingatkan bahwa Indonesia merupakan negara tujuan
pelarian kelompok IS paling aman di dunia. Ia mengimbau semua pihak agar
waspada. []
SUARA
MERDEKA, 29 Mei 2017
Bambang
Soesatyo | Ketua Komisi III DPR RI, anggota Fraksi Partai Golkar, dan Presidium
Nasional KAHMI 2012-2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar