Membangun Pondasi
Historiografi Pesantren
Judul
: Fragmen Sejarah NU: Menyambung Akar Budaya Nusantara
Penulis
: Abdul Mun'im DZ
Penerbit
: Compass Pustaka Jakarta
Cetakan
: Januari 2017
Tebal
: xxii+413 hal
ISBN
: 978-602-60537-2-5
Peresensi
: Munawir Aziz, Wakil Sekretaris LTN Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.
Bagaimana memahami
alur pemikiran, pondasi pengetahuan dan historiografi pesantren? Abdul Mun'im
DZ menulis refleksi mendalam tentang bagaimana membangun pengetahuan dan
mengembangkan historiografi Nusantara.
Melalui buku
"Fragmen Sejarah NU", Mun'im mengembangan 'le petit histoire'
(sejarah kecil) pesantren yang disambungkan dengan peta besar dunia, dalam
level nasional dan internasional.
Buku ini berusaha
menggali epistemologi Nusantara sekaligus mengembangkan historiografi
pesantren. Dalam buku ini, Abdul Mun'im DZ menjelaskan bahwa wajah pesantren
dan Nahdlatul Ulama dalam buku-buku akademik, cenderung mengalami peyorasi dan
marginalisasi gagasan. Hal ini, karena tidak adanya pemahaman komprehensif
degan dimensi-dimensi kehidupan warga Nahdliyyin, dari sosiologis-antropologis
hingga spiritualitasnya.
Di sisi lain, ada
warisan pemikiran dan sarjana-sarjana kolonial yang menempatkan pesantren dan
jaringan kunci penggerak Nahdliyyin di lorong sepi sejarah serta pemikiran
sosial. Warisan pemikiran yang khas kolonial ini, tidak memberi ruang bagi
pemikiran, kekayaan budaya dan peran penting pejuang dari pesantren dalam
proses panjang "menjadi Indonesia".
Dalam buku ini,
Mun'im juga menjelaskan ada dua proses pencarian ilmu, yang selama ini menjadi
kekayaan peradaban Nusantara. Yakni, rihlah (lelono broto, perjalanan ilmiah)
dan uzlah (topo broto). Perjalanan panjang untuk memahami dunia dengan segenap
pengalaman, kemudian dikoneksikan dengan renungan dalam pertapaan untuk
mengheningkan diri dan pikiran (hal. 17-18).
Gagasan yang tumbuh
dalam ruang hening, merupakan kristalisasi ide untuk memahami sesuatu yang
berkecamuk dalam dunia luar, yang diperas selama perjalanan. Untuk itu, banyak
kiai pesantren yang sering melakukan perjalanan panjang untuk silaturahmi,
sekaligus melakukan renungan dalam kesunyian untuk mengendapkan pengalaman.
Dari proses inilah, gagasan khas para begawan Nusantara mengalir.
Sejarah kecil gagasan
besar
Kisah-kisah yang
ditampilkan dalam buku ini sangat menarik. Bahkan, ada beberapa yang merupakan
kisah istimewa, karena belum pernah dipublikasikan dalam buku ataupun media
massa. Kisah-kisah rahasia itu, hasil wawancara pribadi maupun perbincangan
penulis dengan warga Nahdliyyin selama perjalanan. Kisah-kisah tentang tokoh NU
yang menjadi kunci dalam beberapa kebijakan strategis negara, jarang terdengar
dalam perbincangan publik. Peran tokoh NU di lingkaran intelijen juga menjadi
penting dipahami.
Misalkan, sebuah
kisah tentang bagaimana Gus Dur berdialog dengan Ali Moertopo, Ketua Operasi
Khusus (Opsus) yang kemudian menjadi Ketua Badan Koordinasi Intelijen Negara
(BAKIN). Ketika itu, Gus Dur baru pulang dari belajar di Mesir, Irak dan
perjalanan berkeliling Eropa. Kedatangan Gus Dur berhasil menggebrak jagad
intelektual Indonesia, dengan argumentasi yang jernih dan cemerlang.
Ketika Gus Dur mulai
menuliskan pemikirannya, banyak tokoh yang merasa putra Kiai Wahid Hasyim ini
akan menjadi intelektual cemerlang. Ali Moertopo, sebagai petinggi intelijen
tertarik dengan sosok Gus Dur. Ia mengundang Gus Dur dalam diskusi terbatas di
bawah koordinasi BAKIN. Menghadapi Ali Moertopo, Gus Dur mampu berdebat dan
melempar argumentasi secara tajam, jernih serta tidak mudah dipatahkan.
Singkatnya, Gus Dur berhasil membuat Ali Moertopo simpatik dengan pikiran
jernihnya. Dari jaringan intelijen, Gus Dur berkenalan dengan Benny Moerdani
dan orang-orang penting dalam jajaran intelijen negara (hal. 211-213).
Bagaimana dengan
sosok Subhan ZE? Dalam buku ini, disebutkan bagaimana Subhan merupakan kader
muda Nahdliyyin yang matang dalam peta politik. Manuver-manuver Subhan ZE
sangat penting untuk memahami bagaimana warga NU bersikap, terutama dalam
konstelasi politik level nasional dan internasional.
"Saat itu para
kader NU selalu mendapatkan informasi tentang perkembangan politik, sehingga
tahu peta politik nasional, sehingga mereka cerdik dalam politik. Nasehat itu
menjadi pegangan aktifis NU dalam mengantisipasi perkembangan politik nasional
pada awal Orde Baru, " tulis Mun'im (hal. 192). Kisah-kisah penting yang
jarang terdengar serta analisis jernih tentang manuver tokoh NU dalam pendulum
sejarah bangsa sangat penting disimak.
Buku ini menjadi
catatan sekaligus renungan berharga, bagaimana membangun pohon pengetahuan yang
berakar dari pemikiran Nusantara, dengan ragam tradisi, pembelajaran dan
khazanah sejarahnya. []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar