Sejumlah Jalan Amal yang
Dipilih Para Sufi
Amal ibadah seorang hamba terutama para sufi
sebagai salah satu pengejawantahan dalam usahanya mendekatkan diri pada Allah
dan sebagai bentuk manifestasi rasa syukurnya kepada Allah, jalan dan
caranya tidaklah satu macam. Mereka memilih jalur amal yang berbeda-beda satu
sama lainnya.
Syekh Zainudin bin Ali dalam kitab Hidayah
Al-Adzkiyaa setidaknya memberikan empat contoh dari bentuk amal-amal kebaikan
tersebut sebagai pilihan tariqoh yang sesuai makom dan posisi masing masing
orangnya. Hal itu sebagaimana keterangan dalam nadham yang tertulis di bawah ini:
لكل
واحدهم طريق من طر ق # يختاره فيكون من ذا واصلا
كجلوسه
بين الانام مربيا # و ككثرة الاوراد كا لصوم الصلا
و
كخدمة لناس والحمل الحطب # لتصدق بمحصل متمولا
"Tiap-tiap dari kelompok manusia (para
sufi) itu memiliki jalan ibadah dari beberapa macam amal ibadah yang dipilihnya
yang dapat menghantarkannya Wusul kehadhratillah".
"Seperti duduk mengajar sesama manusia,
memperbanyak wirid-wirid misalnya puasa dan shalat".
"Dan seperti berkhidmah demi kepentingan
umum, dan mencari kayu bakar yang kemudiah hasil dari penjualan kayu bakar
tersebut disedekahkan".
Atas nadham dalam kitab Hidayah Al Adzkiyaa
di atas Syekh Nawawi Albantani memberikan beberapa anotasi (catatan) dalam
syarahnya Salalim al-Fudhola bahwa masing-masing hamba yang berjalan menempuh
tariqoh supaya dpt wusul kepada Allah itu mempunyai banyak pilihan amal. Di
antaranya:
Pertama, terdapat para penempuh jalan sufi
yang mengajarkan ilmu kepada manusia. Dengan pengajaran ini bertujuan supaya
umat yang masih awam mau beribadah kepada Allah serta memiliki akhlak yang
mulia.
Kedua, ada sebagian orang yang menjalani
toriqoh dengan cara memperbanyak wirid, seperti mengerjakan shalat-shalat sunah
dan puasa-puasa sunah, membaca al-qur'an, bertasbih, dan lain sebagainya.
Toriqoh macam ini menurut Syeh Nawawi merupakan toriqohnya kaum sholihin
yang telah memiliki maqom tajrid. Yaitu suatu makom yang melulu digunakan
untuk beribadah dan menghiraukan faktor asbab seperti bekerja misalnya.
Ketiga, sebagian lain terdapat pula
orang-orang shufi yang menjalani toriqoh dengan cara mengabdi melayani para
ulama fikih dan kaum sufi. Toriqoh semacam ini menurut pendapat Syeh Nawawi
lebih utama daripada amalan sunah, karena selain beribadah juga ada unsur
menolong kepada kaum muslimin.
Argumen ini dikuatkan oleh salah satu
pernyataan Sayyid Abdul Qodir Aljailani:
"Aku bisa Wusul kepada Allah bukan
karena shalat di malam hari dan bukan karena puasa di siang hari, tapi lantaran
sifat dermawan, rendah hati, dan kelapangan hati".
Keempat, lanjut Imam Nawai, ada juga
segolongan sufi yang setiap harinya mencari kayu bakar di hutan dan kemudian
kayu tersebut dijual di pasar. Uang hasil penjualan kayu tersebut lalu
disedekahkan kepada orang yang membutuhkan. Ibadah semacam ini adalah suatu
amal yang sangat berguna bagi sesama manusia dan akan menghasilkan berkah
karena orang tersebut akan didoakan oleh orang-orang yang disedekahi.
Disarikan dari Salalim Alfudhola karya Syekh
Muhammad Nawawi Al Jawi.
[]
Sumber: NU Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar