Senin, 27 Maret 2017

(Buku of the Day) Ayat-Ayat Makam Keramat; Menggapai Tangan Tuhan Lewat Kuburan



Taman Surga di Makam Keramat


Judul                : Ayat-Ayat Makam Keramat; Menggapai Tangan Tuhan Lewat Kuburan
Penulis             :  H. Abdul Aziz Sukarnawadi, Lc, M.A.
Penerbit            : CV Aswaja Pressindo
Terbitan            : Maret, 2016
Tebal                : x + 102 halaman; 12 x 19 cm
Peresensi          : Mukhammad Ichwanul Arifin, Mahasiswa UIN Sunan Ampel dan Pengurus IPNU Surabaya.

Tidak ada yang bisa penulis ucapkan setelah membaca sebuah buku karya Tuan Guru Abdul Aziz Sukarnawadi ini selain dengan dahsyat dan luar biasa. Kata-kata tersebut memang tidak berlebihan dilekatkan pada buku tersebut sebab ketika membacanya dari halaman ke halaman seakan-akan kita diperintah untuk membuang seluruh akal sehat (common sense) dengan berbagai keistimewaan serta kalam-kalam ulama pada buku tersebut.

Kendati Tuan Guru Abdul Aziz lahir dari kandung Nahdlatul Wathan (NW), namun tulisan-tulisannya juga menjadi hujjah bagi kalangan Nahdliyyin (Sebutan untuk warga NU) untuk membela amaliyahnya yang selama ini selalu diserang dan mencoba untuk diluluhlantakkan oleh segelintir masyarakat di luar Ahlussunnah wal Jamaah. Sambutan yang diberikan oleh KH Abdillah As’ad, Direktur Aswaja NU Center Banyuwangi sudah memberi garansi betapa bagus dan direkomendasikan buku tersebut.

Buku ini mengupas tuntas tentang kemuliaan menziarahi makam-makam keramat Kekasih Allah untuk berdoa, bertabarruk, berdzikir dan lain sebagainya yang merupakan tradisi mulia yang sudah menjadi kebiasaan para ulama terkemuka dari masa ke masa serta dari berbagai penjuru dunia. Dengan tenang para ulama terpercaya itu berkeyakinan, kuburan keramat lah jendela astral bagi umat manusia untuk menggapai dengan mudah tangan Tuhan kapan saja mereka inginkan. Tentunya, jendela gaib itu akan terbuka bagi para hamba yang percaya dan dengan hati yang insyaf akan kekuasaan Allah. (hlm. 2)

Namun, pendidikan modern saat ini merubah paradigma pemikiran kita ke arah yang sangat progesif dengan menafikan hal-hal yang dianggap serba TBC (Tahayyul, Bid’ah, Churafat). Dan yang cukup memprihatinkan saat ini adalah banyak kader-kader dari Ahlussunnah wal Jamaah mulai terjangkiti dengan gaya pendidikan saat ini. Mereka tidak akan segan mencap kufur bahkan Syirik terhadap segala hal-hal amaliyah yang dianggap dapat merusak akal sehat. Bahkan dengan dalil mencegah kekufuran tersebut, segelintir orang berusaha untuk membongkar makam-makam keramat tersebut dengan Pekikan Takbir. Semoga Allah memberikan petunjuk kepada mereka.

Sebuah hadits riwayat at-Tirmizi disebutkan bahwa siapapun yang meninggal dunia maka kuburnya akan menjadi taman surga atau pun liang api neraka sebagaimana ditentukan oleh amal perbuatannya di dunia. Jikalau seperti itu, lantas bagaimana dengan makam para Nabi dan Wali? Sudah tentu makam mereka menjadi taman surga. Bagi orang-orang merasa, ketika mereka menziarahi makam keramat berarti ia sejenak meninggalkan area duniawi dan sejenak singgah di alam surga, lalu kembali ke dunia dengan membawa nikmat raksasa dari SurgaNya. Atas dasar itulah bangunan makam nabi dan wali kemudian dimegahkan, dikubahkan, dikelambui dan diwangikan, sebagai bentuk penghormatan yang setinggi-tingginya kepada taman surga tersebut beserta penghuninya.

Yang menarik dalam buku ini ialah terdapat kalam-kalam para Ulama terkemuka yang menjelaskan tentang kemuliaan, manfaat serta Ijabah-nya doa-doa para ulama ketika berdoa di makam keramat tersebut. beberapa ulama yang memberikan kesaksian tentang kuburan keramat ialah Imam Malik bin Anas, Imam Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i, Imam Ahmad bin Hanbal, Syekh Abdul Aziz ad-Dabbagh, Syekh Abdul Wahhab asy-Sya’roni, Syekh Muhammad Alawi al-Maliki, Imam Ibnu Hibban, Imam Jalaluddin as-Syututi, Imam Abu Hamid al-Ghazali serta banyak ulama lainnya yang memberi keistimewaan tentang menziarahi makam-makam keramat. Imam as-Syafi’i contohnya dalam kitab Tarikh Bahgdad karya al-Khatib al-Baghdadi pernah berkata “Sesungguhnya aku bertabarruk dengan Imam Abu Hanifah (699-767 M) dan menziarahi makam beliau setiap hari. Apabila aku mempunyai hajat tertentu, maka aku melakukan sholat dua rokaat lalu mendatangi makam beliau dan berdoa di sana. Tidak lama kemudian hajatku terpenuhi.” (hlm. 11)

Tidak hanya itu, dalam buku ini juga terselip titah Habib Luthfi bin Yahya selaku pimpinan Jam’iyyah Ahl at-Thariqoh al-Mu’tabarah an-Nahdliyah (JATMAN). Beliau berpesan kepada seluruh umat Islam di Indonesia untuk menziarahi makam-makam Wali untuk menarik pertolongan, petunjuk serta perlindungan Allah SWT. Sebab dengan sering menziarahi para wali (baik yang hidup atau pun wafat) bisa menimbulkan kecintaan serta Keridhoan Allah sehingga rahmat, keberkahan serta ampunanNya selalu terlimpah, jauh dari bencana, musibah, penyakit serta diberi kelancaran rezeki. (hlm. 76)

Dari pemaparan singkat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa merupakan tradisi yang sangat mulia untuk senantiasa mengunjungi makam-makam keramat yang dipercaya sebagai kekasihnya. Sebab Allah swt selalu ada serta dekat dengan para kekasihnya, Allahpun menyuruhmu untuk menghadap kepada para kekasihnya. maka jadikanlah kekasihnya sebagai wasilah-mu terhadap Allah SWT. []

Tidak ada komentar:

Posting Komentar