Taman Surga di Makam
Keramat
Judul
: Ayat-Ayat Makam Keramat; Menggapai Tangan Tuhan Lewat Kuburan
Penulis
: H.
Abdul Aziz Sukarnawadi, Lc, M.A.
Penerbit
: CV Aswaja
Pressindo
Terbitan
: Maret, 2016
Tebal
: x + 102 halaman; 12 x 19 cm
Peresensi
: Mukhammad Ichwanul Arifin,
Mahasiswa UIN Sunan Ampel dan Pengurus IPNU Surabaya.
Tidak ada yang bisa
penulis ucapkan setelah membaca sebuah buku karya Tuan Guru Abdul Aziz
Sukarnawadi ini selain dengan dahsyat dan luar biasa. Kata-kata tersebut memang
tidak berlebihan dilekatkan pada buku tersebut sebab ketika membacanya dari
halaman ke halaman seakan-akan kita diperintah untuk membuang seluruh akal
sehat (common sense) dengan berbagai keistimewaan serta kalam-kalam ulama pada
buku tersebut.
Kendati Tuan Guru
Abdul Aziz lahir dari kandung Nahdlatul Wathan (NW), namun tulisan-tulisannya
juga menjadi hujjah bagi kalangan Nahdliyyin (Sebutan untuk warga NU) untuk
membela amaliyahnya yang selama ini selalu diserang dan mencoba untuk
diluluhlantakkan oleh segelintir masyarakat di luar Ahlussunnah wal Jamaah.
Sambutan yang diberikan oleh KH Abdillah As’ad, Direktur Aswaja NU Center
Banyuwangi sudah memberi garansi betapa bagus dan direkomendasikan buku
tersebut.
Buku ini mengupas
tuntas tentang kemuliaan menziarahi makam-makam keramat Kekasih Allah untuk
berdoa, bertabarruk, berdzikir dan lain sebagainya yang merupakan tradisi mulia
yang sudah menjadi kebiasaan para ulama terkemuka dari masa ke masa serta dari
berbagai penjuru dunia. Dengan tenang para ulama terpercaya itu berkeyakinan,
kuburan keramat lah jendela astral bagi umat manusia untuk menggapai dengan
mudah tangan Tuhan kapan saja mereka inginkan. Tentunya, jendela gaib itu akan
terbuka bagi para hamba yang percaya dan dengan hati yang insyaf akan kekuasaan
Allah. (hlm. 2)
Namun, pendidikan
modern saat ini merubah paradigma pemikiran kita ke arah yang sangat progesif
dengan menafikan hal-hal yang dianggap serba TBC (Tahayyul, Bid’ah, Churafat).
Dan yang cukup memprihatinkan saat ini adalah banyak kader-kader dari
Ahlussunnah wal Jamaah mulai terjangkiti dengan gaya pendidikan saat ini.
Mereka tidak akan segan mencap kufur bahkan Syirik terhadap segala hal-hal
amaliyah yang dianggap dapat merusak akal sehat. Bahkan dengan dalil mencegah
kekufuran tersebut, segelintir orang berusaha untuk membongkar makam-makam
keramat tersebut dengan Pekikan Takbir. Semoga Allah memberikan petunjuk kepada
mereka.
Sebuah hadits riwayat
at-Tirmizi disebutkan bahwa siapapun yang meninggal dunia maka kuburnya akan
menjadi taman surga atau pun liang api neraka sebagaimana ditentukan oleh amal
perbuatannya di dunia. Jikalau seperti itu, lantas bagaimana dengan makam para
Nabi dan Wali? Sudah tentu makam mereka menjadi taman surga. Bagi orang-orang
merasa, ketika mereka menziarahi makam keramat berarti ia sejenak meninggalkan
area duniawi dan sejenak singgah di alam surga, lalu kembali ke dunia dengan
membawa nikmat raksasa dari SurgaNya. Atas dasar itulah bangunan makam nabi dan
wali kemudian dimegahkan, dikubahkan, dikelambui dan diwangikan, sebagai bentuk
penghormatan yang setinggi-tingginya kepada taman surga tersebut beserta
penghuninya.
Yang menarik dalam
buku ini ialah terdapat kalam-kalam para Ulama terkemuka yang menjelaskan
tentang kemuliaan, manfaat serta Ijabah-nya doa-doa para ulama ketika berdoa di
makam keramat tersebut. beberapa ulama yang memberikan kesaksian tentang
kuburan keramat ialah Imam Malik bin Anas, Imam Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i,
Imam Ahmad bin Hanbal, Syekh Abdul Aziz ad-Dabbagh, Syekh Abdul Wahhab
asy-Sya’roni, Syekh Muhammad Alawi al-Maliki, Imam Ibnu Hibban, Imam Jalaluddin
as-Syututi, Imam Abu Hamid al-Ghazali serta banyak ulama lainnya yang memberi
keistimewaan tentang menziarahi makam-makam keramat. Imam as-Syafi’i contohnya
dalam kitab Tarikh Bahgdad karya al-Khatib al-Baghdadi pernah berkata
“Sesungguhnya aku bertabarruk dengan Imam Abu Hanifah (699-767 M) dan
menziarahi makam beliau setiap hari. Apabila aku mempunyai hajat tertentu, maka
aku melakukan sholat dua rokaat lalu mendatangi makam beliau dan berdoa di
sana. Tidak lama kemudian hajatku terpenuhi.” (hlm. 11)
Tidak hanya itu,
dalam buku ini juga terselip titah Habib Luthfi bin Yahya selaku pimpinan
Jam’iyyah Ahl at-Thariqoh al-Mu’tabarah an-Nahdliyah (JATMAN). Beliau berpesan
kepada seluruh umat Islam di Indonesia untuk menziarahi makam-makam Wali untuk
menarik pertolongan, petunjuk serta perlindungan Allah SWT. Sebab dengan sering
menziarahi para wali (baik yang hidup atau pun wafat) bisa menimbulkan
kecintaan serta Keridhoan Allah sehingga rahmat, keberkahan serta ampunanNya
selalu terlimpah, jauh dari bencana, musibah, penyakit serta diberi kelancaran
rezeki. (hlm. 76)
Dari pemaparan singkat
di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa merupakan tradisi yang sangat mulia
untuk senantiasa mengunjungi makam-makam keramat yang dipercaya sebagai
kekasihnya. Sebab Allah swt selalu ada serta dekat dengan para kekasihnya,
Allahpun menyuruhmu untuk menghadap kepada para kekasihnya. maka jadikanlah
kekasihnya sebagai wasilah-mu terhadap Allah SWT. []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar