Haul Mbah Sambu dan
Agenda Kebudayaan Lasem
Setiap setahun sekali
tanggal 14 Dzulhijjah, selama 3 hari Masjid Jami’ Lasem menyelenggarakan
Haul Mbah Sambu, Adipati Tejakusuma I atau Mbah Srimpet dan Masyayih Lasem. Acara
haul tersebut bukan hanya diisi kegiatan ritual atau keagamaan seperti tahlil,
hataman Al Qur’an, sunatan massal dan prosesi pemberangkatan/ pemulangan jamaah
haji. Tapi juga dimeriahkan oleh berbagai kegiatan berdimensi budaya. Seperti
karnaval, lomba hadrah, dan lomba pidato.
Rangkaian kegiatan
tersebut melibatkan berbagai elemen masyarakat secara swadaya dan
diselenggarakan cukup meriah, sebagai event budaya terbesar di Lasem bahkan
Rembang. Sehingga wajar jika dalam workshop penguatan budaya lokal tanggal
9-10 Desember 2011 di Yogyakarta yang diselenggarakan Universitas Negeri
Yogyakarta atas kerjasama Direktorat Pendidikan Masyarakat Kemendikbud penulis
yang diundang sebagai Ketua RB3/ Sambua memasukkannya dalam Agenda Kebudayaan
Tahunan Rembang.
Mbah Sambu atau
Sayyid Abdurrahman Basayaiban wafat 1671. Beliau putera Pangeran Benawa, putera
dari Jaka Tingkir alias Sultan Hadiwijaya Raja Kerajaan Pajang, cikal bakal
Kerajaan Mataram Islam. Menantu Sultan Trenggono Raja Kerajaan Islam Demak.
Mbah Sambu berjasa menyiarkan agama Islam di Lasem. Wilayah Lasem saat itu
meliputi Sedayu Gresik, Tuban, Rembang, Pati sampai Jepara. Atas jasanya
menjaga stabilitas keamanan itu Mbah Sambu yang juga menantu
Adipati Lasem diberi tanah perdikan kampung Kauman termasuk lokasi Masjid
Jami’ Lasem sekarang.
Keturunan Mbah Sambu
meninggalkan Rumah Gedong di Kampung Kauman Desa Karang Turi. Memberi
kesempatan menempati sementara kepada warga termasuk yang berstatus boro selama
tidak mampu membeli rumah atau kontrak. Sampai sekarang Rumah Gedong tua
peninggalan abad 17 itu masih berdiri megah, masih ditempati beberapa kepala
keluarga. Pemerintah seharusnya tanggap menetapkan sebagai bangunan cagar
budaya.
Mbah Sambu juga
tercatat dalam sejarah asal usul masyayikh Lasem, Pesantren Tebuireng dan
Tambakberas Jombang sebagai leluhur mereka. Puncak acara haul pada Jumat 16
September 2016 diisi pembacaan Tahlil oleh Gus novian Azis mas’ud, sambutan
Nadzir oleh KH M. Zaim Ahmad Ma’shoem dan Mauidzoh Hasanah oleh KH.Agus Qayyum.
Malam hari sebelumnya diisi Gema Shalawat dan pembagian hadiah lomba hadrah al
banjari se Kab.Rembang dan sekitarnya
Pagi sebelumnya
pembacaan tahlil di makam Mbah Srimpet Adipati Lasem Tejokusumo 1. Dilanjutkan
siangnya hataman Al Qur’an bi Ghaib di berbagai masjid dan musolla sekitar.
Kemudian di makam Mbah Sambu. Sehari sebelumnya pada siang hari juga ada
sunatan massal yang diikuti 25 anak. Masyarakat Lasem dihibur Karnaval
berkeliling jalan raya Surabaya-Semarang di seputar Lasem tidak kurang 3
jam diikuti puluhan regu, sekitar 2000 orang, dari berbagai sekolah,
pondok pesantren. Organisasi kemasyarakatan, sekolah dan perguruan tinggi
termasuk UT Pokjar Lasem, yang 2 tahun kemarin dilepas oleh Gubernur Ganjar
Pranowo. Mereka berpartisipasi secara sukarela. Berbagai corak ditampilkan
peserta pawai. Ada beberapa SD/ MI menurunkan 8 Group Marching Band yang tampil
sangat dahsyat. Saya menyaksikannya cukup terharu, sangat membanggakan.
Peserta lainnya ada
yang berpakaian daerah dan modis tapi ada juga yang apa adanya mencerminkan
kesederhanaan namun penuh semangat berjalan kaki yang cukup jauh sembari
membawa sepanduk bertuliskan pesan-pesan penuh makna, mengusung tema-tema
tertentu, slogan atau ajakan melanjutkan perjuangan masyayih, atau bercanda
menggunakan atribut seperti topi petani yang beraroma kritik membangun,
berperan laskar sabil’, busana karnaval batik. Seperti Universitas Terbuka PP
Kauman Lasem mengusung tema pendidikan “pembelajaran sepanjang hayat” seperti
tema Hari Aksara Internasional yang jatuh tanggal 7 oktober. Karnaval tahun ini
ini juga ada Kirab Piala Mbah Sambu FC Juara Liga Santri Nasional
Regional Jateng
Di sepanjang jalan
yang dilalui peserta karnaval berderet ratusan pedagang kaliki lima dadakan. 2
Tahun haul sebelumnya juga ada lomba pidato. Mereka tampil di panggung yang
dipersiapkan panitia cukup apik dan megah. Penampilan mereka tidak main-main,
semuanya tampil semangat dan cukup serasi. Dengan thema Menjadi generasi
muda yang berprestasi dan berakhlakul karimah.
Sebagaimana dawuh
Kyai Habib Ridwan dalam pembacaan manaqib tahun lalu, perlu juga diikuti tahlil
pahlawan Islam dalam perang kuning 1750 dalam Babad Lasem disebutkan RM
Margono, Tumenggung Widyaningrat atau Oei Ing Kiat dan Kyai Baidlowi Awwal atau
Ki Joyo Tirto bakda sholat Jumat di Masjid Jami Lasem weworo perang sabil
menyerang Markas Kompeni Belanda di Rembang. Sehingga wajar semangat persatuan
semua etnis yang terjalin sejak dulu itu dalam FGD Pelestarian Kota Pusaka yang
diselenggarakan BAPPEDA Rembang dan Kementerian PU tanggal 18 September 2014
penulis dari Padepokan Sambua mengusulkan Lasem Kota Harmoni, mengusung nilai
luhur kebersamaan.
Setelah puncak acara
nanti masih menyisakan acara prosesi pemulangan jamaah haji beberapa hari
kemudian, menunggu kedatangan dari tanah suci. Insyaallah 4 oktober 2016. Pesan
yang ingin disampaikan pemberangkatan haji dipusatkan di masjid agar mendapat
doa keselamatan dari jamaah masjid bagi jamaah haji asal Indonesia. Sedangkan
kedatangan jamaah haji langsung ke masjid tidak ke rumah untuk melakukan sujud
syukur dengan menunaikan sholat kemudian membacakan doa untuk kaum muslimin dilanjutkan
bersalaman dan selanjutnya diantar jamaah masjid ke rumah masing-masing.
Kegiatan berbasis
budaya local di atas dalam rangkain kegiatan haul tersebut diharapkan nantimya
dikembangkan terus. Tahun depan dari elemen masyarakat dapat mengusulkan tambahan
beberapa agenda rangkaian kegiatan Haul Mbah Sambu, seperti pameran seni budaya
Islam termasuk kaligrafi dan batik, tentu saja sangat positif selama sejalan
dengan nilai-nilai perjuangan dan dakwah masyayikh Lasem. []
(Abdullah
Hamid/Fathoni)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar