Kamis, 29 Desember 2016

(Hikmah of the Day) Belajar dari Ketawadhuan Mbah Dullah Kajen



Belajar dari Ketawadhuan Mbah Dullah Kajen


KH Abdullah Salam adalah seorang Ulama kharismatik asal Kajen, Pati, Jawa Tengah. Kharisma beliau membuat semua kalangan, mulai dari masyarakat bawah sampai dengan para pejabat dan pengusaha, menaruh hormat kepadanya. Bahkan sekelas Presiden Gus Dur yang ketika itu baru saja dilantik, harus menyempatkan diri secara khusus untuk sowan kepada Kiai yang oleh masyarakat Pati tersebut akrab disapa dengan panggilan Mbah Dullah.

KH Imam Aziz, salah satu Ketua PBNU yang juga santri beliau pernah bercerita. Dulu, karena mungkin ada suatu halangan, pernah Mbah Dullah datang terlambat di suatu acara resepsi. Sebagaimana lazimnya ketika seorang Kiai datang, tuan rumah akan menyambut dan mempersilakan sang Kiai untuk duduk di kursi paling depan. Hal itu semata-mata dilakukan sebagai bentuk penghormatan.

Waktu itu, suasana di lokasi resepsi sudah ramai dengan para tamu undangan. Seluruh tempat duduk telah penuh ditempati. Hanya beberapa barisan belakang dan barisan paling depan saja yang masih kosong. Barisan depan memang sengaja kosong karena biasanya diperuntukkan bagi Kiai dan orang-orang yang dituakan, termasuk Mbah Dullah ini.

Ketika Mbah Dullah "rawuh", tuan rumah pun menyambut, menggandeng dan mempersilakan beliau untuk menempati kursi bagian depan yang memang telah disediakan. Namun Mbah Dullah menolak. Beliau malah mengambil tempat duduk di belakang bersebelahan dengan para tamu biasa.

Hal itu kontan membuat tuan rumah kebingungan dan mencari berbagai cara untuk membujuk Mbah Dullah agar "kerso" menempati tempat duduk di depan. Namun tak ada satupun cara yang berhasil. Mbah Dullah memilih untuk tetap tidak beranjak dari tempat duduknya sampai akhir acara.

Dari sikap tersebut, nampaknya Mbah Dullah ingin mengajarkan kepada kita semua bahwa setinggi apapun derajat kita, tak usahlah merasa istimewa dan juga berharap untuk diperlakukan istimewa. Sejatinya semua manusia adalah sama, tak ada yang lebih unggul dari yang lainnya. Rasa lebih unggul adalah salah satu bentuk dari kesombongan. Dan satu sifat itulah yang amat sangat dikutuk oleh Allah SWT. 

Kita bisa bercermin dari kisah iblis yang pada akhirnya mendapatkan laknat dari Allah SWT. Diriwayatkan bahwa pada awal mulanya Iblis adalah hamba yang sangat taat. Bahkan saking taatnya, tak ada satu jengkal tempat pun di alam semesta ini yang tidak pernah digunakan iblis untuk bersujud, semuanya pernah digunakan iblis untuk bersujud kepada Allah selama ribuan tahun. Namun ketaatan iblis sekian lama itu, tak ada artinya karena telah habis dilumat api kesombongan.

Semoga kita bisa meneladani sikap rendah hati Mbah Dullah, sembari terus berdoa agar Allah menghindarkan kita dari sifat sombong dan merasa unggul ataupun benar dibanding yang lain. []

(Syauqi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar