Doa Nabi Ibrahim yang
Mengubah Kota Mekkah
Agak mustahil,
bagaimana mungkin di gurun batu, tak ada tumbuh-tumbuhan, bisa ada kehidupan.
Itulah Mekkah yang dulu disebut Bakkah.
Di kelilingi banyak
bukit, tapi bukit batu. Kering kerontang, panas menyengat. Tekstur tanahnya tak
menarik. Tapi, setiap tahun, puluhan juta orang dari negeri-negeri yang jauh
bahkan sangat jauh datang menyesaki kota ini, dengan berjalan kaki, berkendara,
dan sebagainya.
Itulah Mekkah yang
dahulu didoakan Nabi Ibrahim agar menjadi kota yang berkah dan memberkahi;
menjadi negeri yang selalu dirindukan banyak orang. Walau kering kerontang,
tapi tak kekurangan.
Alkisah, pulang ke
Palestina, setelah mengantar anak (Ismail) dan isrtinya (Hajar) ke Mekkah, Nabi
Ibrahim menengadahkan tangan ke langit, sambil berdoa:
“Ya Allah sungguh aku
telah menempatkan sebagian keturunanku di sebuah lembah tandus, dekat rumah-Mu,
agar mereka mendirikan shalat. Jadikanlah sebagian manusia cenderung kepada mereka
dan limpahkanlah rezeki berupa buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur”.
Dengan modal doa itu,
Nabi Ibrahim berani meninggalkan sang istri dan anaknya yang masih bayi di
lembah tandus itu. Dikisahkan, Ibrahim sangat jarang menengok anak dan istrinya
ini. Mungkin hanya tiga kali.
Namun, Allah
mengabulkan seluruh item doa Nabi Ibrahim. Anak dan istrinya sehat, tak
kekurangan suatu apa. Pertama-tama Allah hanya membukakan sumur zamzam buat
mereka, lalu berduyun-duyun orang dari daerah lain mendatangi Mekkah, membawa
binatang ternak, gandum, dan lain-lain.
Orang luar membawa
barang berniagaan, sumur zamzam menyediakan minuman. Ajaib, air yang muncul
dari sela-sela bukit batu itu tak pernah letih mengeluarkan air. Sumur zamzam
terus membasahi kerongkongan jamaah haji dan umrah yang kehausan, dari masa ke
masa, sejak zaman Nabi Ibrahim hingga kita sekarang.
Mekkah pun tak pernah
kekurangan pangan. Jamaah haji dan umrah yang datang silih berganti terus
berdampak secara ekonomi. Mereka datang bukan hanya untuk beribadah melainkan
juga berniaga.
Suka atau tidak,
Mekah akhirnya bukan hanya menjadi pusat aktivitas keberagamaan, melainkan
menjadi area yang menarik secara bisnis-perniagaan. Itulah sebabnya, Mekah
selalu hidup, siang dan malam.
Pelajaran apa yang
bisa diambil dari kisah ini? Doa adalah senjata kaum beriman. Doa bisa mengubah
yang tak mungkin menjadi mungkin. Nabi Ibrahim sudah meneladankan, kita saja
yang perlu istiqomah mengamalkan. Apalagi berdoa di bulan Ramadan; bulan penuh
berkah dan ampunan. []
KH Abdul Moqsith
Ghazali, Wakil Ketua Lembaga Bahtsul Masail PBNU.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar