Membangun Generasi
Entrepreneurship
Judul
: Pengembangan Kreativitas dan Entrepreneurship dalam Pendidikan Nasional
Penulis
: Prof. Dr. H.A.R. Tilaar, MSc.Ed.
Penerbit
: Buku Kompas
Tebal
: xviii + 237 halaman
Cetakan
: I, Juni 2012
Peresensi
: Fathoni Ahmad
Salah satu teori
pedagogik (ilmu mendidik) menerangkan bahwa keberhasilan pembelajaran di kelas
tergantung kualitas guru, kualitas guru ada pada hebatnya kepala sekolah,
hebatnya kepala sekolah terletak pada kompetensi mumpuni dari para pengawas
pendidikan, dan seterusnya hingga vertikal ke atas, Kepala Dinas Pendidikan,
serta Menteri Pendidikan itu sendiri.
Mengapa demikian?
Argumentasi logis bisa diarahkan pada peran sentral para stakeholder
(pihak-pihak terkait) tersebut. Siswa merupakan individu yang memerlukan
pengarahan dan bimbingan guru dari setiap materi dan nilai-nilai kehidupan yang
diajarkan. Begitu juga dengan posisi kepala sekolah dan pengawas pendidikan
yang mempunyai tanggung jawab penuh untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia pendidikan.
Untuk mewujudkan
kualitas pendidikan yang terintegrasi dengan kemajuan zaman, stakeholder
pendidikan tersebut harus mempunyai kreativitas untuk mengolah pembelajaran.
Karena pembelajaran yang kreatif akan memunculkan generasi yang kreatif pula,
terutama dalam menghadapi perkembangan zaman yang terus menerus berbuah
kemajuan.
Pada titik inilah
berpikir kreatif perlu ditumbuhkembangkan pada diri siswa oleh guru sehingga
menciptakan generasi dengan kreativitas tinggi di berbagai bidang kehidupan.
Namun demikian, pada tataran peserta didik, mengembangkan kreativitas dalam
ranah kecakapan hidup lebih krusial sehingga mereka lebih siap ketika
menghadapi jenjang yang lebih fokus dalam menempuh pendidikan berikutnya.
Buku yang ditulis
oleh Prof Dr HAR Tilaar, MSc.Ed, Guru Besar Emeritus Universitas Negeri Jakarta
(UNJ) ini berupaya mengulas secara detail dan mendalam tentang cara berpikir
kritis, berpikir kreatif, dan kompleks. Selain menjelaskan tataran praktis, suami
dari Martha Tilaar ini juga menjelaskan secara filosofis bagaimana cara
berpikir secara metodik sehingga memunculkan manusia-manusia kreatif.
Menurut HAR Tilaar,
berpikir kreatif sangat perlu dikembangkan pada kemampuan siswa agar tumbuh
generasi yang memiliki jiwa entrepreneurship tinggi. Jadi para entrepreneurship
tidak hadir dari ruang kosong, tetapi ditumbuhkan melalui pembiasaan berpikir
kritis, kreatif, juga berpikir kompleks (halaman 59). Bagaimana caranya? Tentu
untuk menjawab pertanyaan ini juga memerlukan para pendidik kreatif yang mampu
mengolah materi ajar menjadi energi pendorong kreativitas berpikir siswa
melalui berbagai metode pembelajaran.
Misal, seperti apa
yang dijelaskan HAR Tilaar di halaman 91. Dia menjelaskan bahwa embrio berpikir
kreatif hadir ketika keingintahuan secara epistemologis selalu bersemayam dalam
diri pendidik atau guru. Tahap berpikir ini merupakan dasar berpikir kritis dari
seorang guru. Guru yang berpikir kritis tidak dapat menerima sebagaimana adanya
yang telah diteliti maupun yang disampaikan oleh para pakar.
Dari proses tersebut,
bisa dipahami bahwa seorang pendidik yang kritis akan mempertanyakan
ketentuan-ketentuan yang telah dianggap baku dan tidak perlu dipersoalkan lagi.
Sikap baku ini tidak akan menghasilkan perubahan dalam masyarakat. Di titik
inilah kreativitas lahir dari tahap berpikir kritis atas segala sesuatu yang
dianggap baku.
Yang menarik dalam
buku ini, yaitu kreativitas yang menjadi embrio manusia-manusia
entrepreneurship menurut HAR Tilaar tidak di-hegemoni dalam satu bidang
tertentu, misal bisnis dan perdagangan. Dewasa ini, orang-orang mengidentikkan
entrepreneurship hanya kepada kelompok yang mampu dan berhasil dari aspek
bisnis dan dagang. Padahal jika menilik tahap-tahap di atas secara
epistemologis, wilayah entrepreneurship ada pada tataran, di mana manusia
selalu berpikir kritis dan kretaif sehingga menciptakan hal-hal yang berguna
bagi masyarakatnya.
Jika ada seorang
penulis yang begitu produktif, baik menulis buku, artikel di berbagai media
cetak, online, dan lain-lain, mereka juga manusia-manusia entrepreneurship.
Jika diukur secara material, tentu mereka menghasilkan pundi-pundi dari usaha
menulisnya itu. Lebih jauh lagi, mereka berhasil memahamkan suatu ilmu lewat
tulisan-tulisannya. Demikian juga dengan bidang-bidang lain, yang itu
mewujudkan manfaat secara luas bagi kehidupan masyarakat.
Peresensi berusaha
secara gamblang memahami bahwa entrepreneurship terletak pada jiwa dan cara
berpikir. Adapun kesuksesan dari hasil berpikir dan semangatnya itu merupakan
hasil yang didorong oleh sebuah tindakan. Jadi, jika manusia masih mempunyai
jiwa dan cara berpikir kritis dan kreatif yang berorientasi untuk kebaikan
manusia, pada titik itulah manusia bisa dikatakan adalah seorang
entrepreneurship. Demikian juga bagi seorang guru dan seluruh stakeholder
pendidikan, baik dalam bidang penyusunan materi ajar, metode pembelajaran,
kurikulum, instrumen, dan lain-lain.
HAR Tilaar tidak
memungkiri bahwa manusia abad ke-21 adalah manusia yang terbuka (inklusif),
tidak terikat oleh ketentuan-ketentuan sebelumnya yang serba baku. Dia harus
memiliki epistemologi baru yang tidak menerima begitu saja secara positivistik
hal-hal yang dihadapinya. Di sini terlihat manusia berpikir secara positivistik
yang melawan arus. Sikap kritis inilah yang menjadikan manusia mampu berpikir
kreatif sehingga proses ini bisa dikatakan menjadi landasan kreativitas dan
entrepreneurship.
Pengembangan
kreativitas dan entrepreneurship harus menjadi tujuan pendidikan bagi seorang
guru, kepala sekolah, pengawas, orang tua, dan seluruh masyarakat. Utamanya
dalam proses pembelajaran di sekolah, materi ajar dan kurikulum harus diarahkan
kepada tumbuh kembang kreativitas siswa. Proses manisfestasi kreativitas memang
tidak mudah bahkan proses internalisasinya bisa lama jika tidak mampu
mempratikkannya secara makna (meaning).
Karena meaning ini
menjadi kriteria utama dalam mengembangkan kreativitas. Sejatinya guru
membiarkan siswa mengeksplorasi kompetensinya. Tetapi secara makna, guru
membiarkan kincir-kincir kreativitas tumbuh berkembang dengan baik. Jadi, bisa
dikatakan bahwa berpikir kreatif yang akan menghasilkan manusia-manusia entrepreneurship
yaitu proses berpikir pada hal-hal substantif. Muara dari semua tahapan
berpikir yang telah dijelaskan di atas yaitu makhluk bernama INOVASI. Wallahu
a’lam bisshowab. []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar